Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha"— Transcript presentasi:

1 Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha
Bagian 2 Pertemuan 4

2 KEMULIAAN KELAHIRAN SEBAGAI MANUSIA
Merefleksikan kelahiran sebagai manusia yang bebas dan terberkahi akan mendorong diri kita untuk memanfaatkan eksistensi kita sebagai manusia dengan maksimal.

3 Ada Tiga Tahap dalam Merefleksi Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia
Mengenali eksisitensi manusia dengan delapan kebebasan dan sepuluh berkahnya. Menyadari betapa besar nilainya, Merenungkan betapa sulit memperolehnya.

4 Delapan Kebebasan terdiri dari :
1. Mengenali eksisitensi manusia dengan delapan kebebasan dan sepuluh berkahnya. Delapan Kebebasan terdiri dari : 4 rintangan yang tidak berkaitan dengan manusia,yaitu : Kita terbebas dari kelahiran makhluk neraka Kita terbebas dari kelahiran sebagai hantu kelaparan dan kehausan Kita terbebas dari kelahiran sebagai binatang Kita terbebas dari kelahiran sebagai dewa yang berumur panjang

5 4 rintangan yang berkaitan dengan manusia, yaitu :
Terlahir di daerah terpencil dimana kita tidak mempunyai akses untuk memperoleh pendidikan yg memadai. Terlahir di daerah dimana kita mempunyai akses untuk pendidikan, tetapi “tidak tersedia kata-kata Buddha” maksudnya adalah bahwa didaerah tersebut tidak terdapat Buddha Dharma. Terlahir disuatu daerah dimana terdapat ajaran Buddha, namun kita terlahir dengan kemampuan intelektual yg terbatas. Implikasinya kita tidak mampu belajar tentang bagaimana berpraktek Dharma. Menganut pandangan salah. Hal ini adalah rintangan sangat besar untuk berpraktek Dharma.

6 Sepuluh Anugrah terdiri dari:
5 anugrah / kondisi yg menguntungkan yg berhubungan dg diri kita : Kita telah terlahir sebagai manusia Terlahir di daerah sentral (daerah dimana terdapat ajaran Buddha) Kita mempunyai indera yang sehat Kita tidak berbuat suatu karma yg ekstrim / berat (membunuh Ibu, Ayah, Arahat, memecah belah Sangha dan melukai seorang Sammasambuddha) Memiliki keyakinan kepada “sumber inti” / Tripitaka

7 5 anugrah (kondisi yg menguntungkan) yg berhubungan dengan makhluk lain :
Kita hidup pada suatu masa ketika Buddha hadir di dunia Kita hidup pada suatu masa dimana tidak saja Buddha hadir di dunia tetapi juga mengajarkan Dhamma. Kita hidup dimasa Ajaran Buddha masih dilestarikan. Kita terlahir di masa Buddha Dharma dan praktisi Dharma masih diminati dan dihormati oleh masyarakat. Kehadiran orang-orang yg mempunyai rasa kasihan pada yang lain (merujuk para dermawan yang ingin membantu mereka yang membaktikan dirinya untuk praktik Dharma).

8 Refleksi Kita beruntung menikmati delapan kebebasan yang memberikan kita kenyamanan untuk praktik Dharma. Kita juga mempunyai sepuluh anugrah/keberuntungan Sangat penting untuk menelaah hal ini dari waktu ke waktu untuk menyadari bahwa kita benar-benar beruntung memperoleh semua itu.

9 Ada tiga alasan utama yang membuat hidup kita penuh berkah
Simpulan Ada tiga alasan utama yang membuat hidup kita penuh berkah Terlahir sebagai manusia. Lahir pada saat ajaran Buddha masih ada Bisa belajar dan praktik Dhamma.

10 1. Terlahir sebagai manusia adalah berkah
“Kiccho manussapatilābho; kicchaṁ maccāna jīvitaṁ; kicchaṁ saddhammassavanaṁ; kiccho buddhānamuppādo” Dhp. 182 Sungguh sulit dapat dilahirkan sebagai manusia; sungguh sulit kehidupan manusia; sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar (Dhamma); begitu pula sungguh sulit munculnya seorang Buddha

11 Perumpamaan Bandingkan statistik jumlah manusia dan jumlah binatang
Buddha membandingkan jumlah manusia bagai pasir yang tercolek di ujung kuku, sedangkan yang terlahir bukan sebagai manusia sebanyak pasir di atas bumi. manusia < binatang < makhluk neraka

12 Dalam Kitab Bodhicaryavatara
Ada seekor kura-kura buta yang muncul ke permukaan laut sekali dalam seratus tahun. Ada seseorang yang melempar gelang ke laut tersebut. Seberaa besar kemungkinan si kura-kura buta muncul ke permukaan air dan kepalanya masuk tepat di gelang yang tertiup angin berganti-ganti arah dan dipermainkan ombak.

13 Sebab kelahiran sebagai manusia yaitu;
sebab pertama adalah praktik disiplin moral yang murni, kedua adalah praktik dari enam kesempurnaan (kemurahan hati/dana, disiplin moral/sila, kesabaran/ksanti, usaha yang bersemangat/virya, konsentrasi/dhyana dan keabijaksanaan/prajna), ketiga adalah membuat aspirasi dengan motivasi yang murni.

14 2. Lahir pada saat ajaran Buddha masih ada
Sukkho buddhānamuppādo; sukhā saddhamadesanā; sukhā saṁghassa sāmaggī; samaggānaṁ tapo sukho; Dhp. 195 Kelahiran para Buddha adalah sebab kebahagiaan; Pembabaran ajaran benar adalah sebab kebahagiaan; Persatuan Saṅgha merupakan sebab kebahagiaan; an usaha perjuangan mereka yang telah bersatu merupakan sebab kebahagiaan;

15 3. Bisa belajar dan praktik Dhamma
Yo ca vassataṁ jīve apassaṁ dhammaṁ uttamaṁ akāhaṁ jāvitaṁ seyyo Passato dhammaṁ uttamaṁ Walupun seseorang hidup seratus tahun Tetapi tidak dapat melihat kebenaran luhur Sesungguhnya lebih baik kehidupan sehari Dari orang yang dapat melihat kebenaran luhur

16 Terlahir sebagai manusia pada saat ajaran Buddha masih ada adalah berkah; namun berkah terbesar adalah bisa belajar dan praktik Dhamma Dharma tidak berarti bila hanya tercetak di buku-buku/kitab suci tanpa dipraktikkan

17 Renungan waktu kehidupan kita ini sangat bermakna karena mempunyai potensi besar dari saat ke saat. Bila kita mencurahkan diri dengan sepenuh hati pada praktik pemurnian karma buruk dan praktik penghimpunan karma baik, maka kita akan mampu menghitung tak terhitung penyebab-penyebab untuk pencapaian kebebasan atau pencerahan.

18 Martabat Manusia “Na jacca rassalo hoti; Na jacca hoti brahmana; Kammana rassalo hoti; Kammana hoti brahmana” (Vasala Sutta, Sutta Nipata 136) Bukan karena kelahiran dia disebut hina, bukan karena kelahiran dia disebut mulia, tetapi karena perbuatan dialah disebut hina, dan karena perbuatan pula dia disebut mulia. Akibat dari semua perbuatan akan kembali pada diri kita masing-masing. Buddha menyatakan didalam Samyutta NIkaya I, ayat 227 sebagai berikut; “ sesuai dengan benih yang ditabur begitulah buah yang akan dipetik, pembuat kebaikan akan mendapat kebahagiaan. Pembuat kejahatan akan mendapat penderitaan. Taburkanlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari semua itu”.

19 TANGGUNG JAWAB SOSIAL Individu adalah bagian integral dari keseluruhan masyarakat dan alam semesta. Ada pendapat : bahwa untuk memperbaiki masyarakat harus di mulai dengan perbaikan individu terlebih dahulu, tapi .... Perubahan dalam masyarakat harus disertai perubahan individu dalam hubungan yang dinamis dengan masyarakat, bukan individu yang terpisah dalam masyarakat. Buddha mengajarkan reformasi spiritual personal, tetapi juga struktural. Buddha mendirikan sangha, suatu struktur monastik yang membawa orang individual dan kelompok mengatasi penderitaan. Buddha membongkar struktur sosial yang timpang dan deskriminatif di zamannya

20 TANGGUNG JAWAB SOSIAL Tanggung jawab sosial haruslah secara riil menghadapi persoalan masyarakat, hal ini manyangkut apa yang dilakukan untuk masyarakat, baik dilingkungan internal maupun eksternal. Teladan Buddha: Dalam keseharian Buddha menerapkan 3 kewajiban: Buddhacariya : mengajar diri sendiri; Naticariya : mengajar keluarga; (mengajar Dharma kepada ayahnya, mantan istrinya, keluarga yang lain, mengajar di surga tavatimsa kepada ibunya yg sudah wafat) Lokacariya : mengajar lingkungan, semesta dengan sangat sempurna; (sepanjang hanyat mengajar Dharma kepada semua makhluk hingga nayak yg tercerahkan sempurna)

21 Be Happy

22 Jawablah pertanyaan berikut ini.
Jelaskan tanggung jawab sosialmu sebagai anak, mahasiswa dan masyarakat! Jelaskan mengapa kelahiran manusia dianggap sebagai berkah!


Download ppt "Manusia Ditinjau Dari Agama Buddha"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google