KOORDINASI OCR DAN GFR PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Saluran Transmisi Sistem Per Unit Komponen Simetris.
Advertisements

Busbar/Rel Merupakan peralatan tempat pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik.
Gardu Induk (Konsep Dasar)
Pertemuan ke :2 Bab. II  Pokok bahasan : Proteksi dengan menggunakan relay  Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam relay, fungsi.
Pertemuan ke :3 Lanjutan Bab.II  Mengulas materi pada pertemuan sebelumnya yaitu menayakan perbedaan jenis relay arus lebih sekitika ( moment-instantaneous),
JENIS PANEL LISTRIK DAN PANEL TEGANGAN TINGGI
Analisis Kesalahan Pada Sistem Tenaga.
Sistem Hubungan Netral TR
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Pertemuan ke : 4 Bab. III  Pokok bahasan : Peralatan input relay  Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam trafo tegangan, dan trafo.
SISTEM TENAGA LISTRIK.
Pertemuan ke : 10 Bab. IX Pokok bahasan : Perlindungan Sistem Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengerti tentang pola pengamanan sistem distribusi,
PENYALURAN (TRANSMISI) TENAGA LISTRIK
TRANSFORMATOR DAN DISTRIBUSI DAYA
RELAI TEGANGAN LEBIH / KURANG.
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR ARUS Firmansyah Medisa,
SISTEM DISTRIBUSI.
VIII. REGULASI TEGANGAN SISTEM 13ISTRIBUSI
IX. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI
TRAFO INSTRUMENT.
GENERATOR PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Mata Kuliah : Grounding System Jumlah SKS : 1 (Satu)
Trafo Instrumen.
Mengoperasikan PLC pada sistem operasi unit generator pembangkit
TEKNIK TENAGA LISTRIK TRANSFORMATOR
MEMASANG PROTEKSI PEMBANGKIT
Teknik Pembangkit Listrik
RANGKAIAN LISTRIK TIGA FASA
RANGKAIAN EKIVALEN SUATU SALURAN TRANSMISI
Memasang peralatan proteksi
MACAM – MACAM ALAT UKUR DAN PENGGUNAANYA
V. PERTIMBANGAN PERANCANGAN SISTEM SEKUNDER
Tri Rahajoeningroem, MT T. Elektro - UNIKOM
PRINSIP DASAR PROTEKSI
TRANSFORMATOR Pertemuan 7-8
VI. PERHITUNGAN SUSUT TEGANGAN DAN RUGI DAYA
INSTALASI TENAGA LISTRIK
IV. PERTIMBANGAN PERANCANGAN SISTEM PRIMER
Oleh : SGO Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi
ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
VII. PEMAKAIAN KAPASITOR PADA SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Jaringan Dirstribusi Loop
TRANSFORMATOR.
PROTEKSI GENERATOR Pokok bahasan : Proteksi Generator
Analisis Perhitungan Short-Circuit MVA
Beberapa jenis single line diagram yaitu :
TEGANGAN TINGGI.
Manfaat dan Bahaya Listrik
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTIRTA
Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya
Disusun oleh: Annisa Wigati
PEMASANGAN DISTRIBUSI
TRAFO ARUS PENYULANG JENUH, PENYEBAB DAN DAMPAKNYA
PERUBAHAN ENERGI PenyaluranEnergi.
TEORI LISTRIK TERAPAN. 1. RUGI TEGANGAN 1.1.PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan.
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah.
RANGKAIAN LISTRIK TIGA FASA. MENGAPA LISTRIK AC ? Transmisi listrik harus menggunakan tegangan yang sangat tinggi agar rugi-rugi rendah Untuk distribusi.
POLA/sistem PEMBUMIAN
RANGKAIAN LISTRIK TIGA FASA
SISTEM TENAGA LISTRIK.
SISTEM TENAGA LISTRIK.
KONSEP DASAR ANALISIS HUBUNG SINGKAT Pelatihan Analisis Sistem Tenaga.
Materi 1 SUTT SUTET SKTT PMT PMS GI Pemeliharaan Kelistrikan – Edi Nugraha Kustiwa.
Nama : Muhamad Firdaus Robbani kelas : Elektro Nim : Tugas : Analisis Sistem Grounding Pada Gardu Induk Transformator Distribusi 20 KV.
TEORI LISTRIK DIKLAT PENGOPERASIAN GARDU INDUK Meningkatkan Kompetensi Menawarkan Solusi Anton Suranto.
BAB 1. ANALISIS ALIRAN DAYA ( LOAD FLOW STUDY )  Analisis aliran daya ini terdiri dari perhitungan-perhitungan aliran daya dan tegangan dari suatu jaringan.
KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI PERTEMUAN 1 CHAIRUL NAZALUL ANSHAR, S.Pd., M.PdT OLEH.
DISUSUN OLEH: NAMA : AL RASHID BIN MOH ARSYAD NIM : KELAS : 2B D3 TEKNIK LISTRIK.
PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai – Nilai Perusahaan Grounding System.
Analisis Perhitungan Short- Circuit MVA. Latar Belakang Perhitungan dan analisa yang mendalam perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus.
Transcript presentasi:

KOORDINASI OCR DAN GFR PADA JARINGAN DISTRIBUSI Pribadi Kadarisman Dan Wahyudi Sarimun.N PT PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Pelatihan PRI.K dan WYD SN

Penyampaian Tenaga listrik pada sistem Distribusi KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK Sebagai syarat utama didalam penyaluran Tenaga listrik mulai dari Pusat Listrik s/d beban (konsumen) Penyampaian Tenaga listrik pada sistem Distribusi 1. Kawat udara 2. Melalui kabel Tanah GANGGUAN-GANGGUAN YANG TERJADI DISEBABKAN 1. Jika mempergunakan kabel tanah : beban lebih atau terpacul 2. Jika mempergunakan kawat udara: Petir, Binatang dan pohon GANGGUAN INI BISA MENYEBABKAN 1. Gangguan 3 fasa 2. Gangguan 2 fasa 3. Gangguan 1 fasa - ketanah PRI.K dan WYD SN

Jaringan Distribusi primer PENGAMAN JARINGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI A. DI JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER B. DI JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER SUTM SKTM GH GI TR GD Jaringan Distribusi primer Sambungan Rumah Jaringan Distribusi sekunder TR Rumah konsumen PRI.K dan WYD SN

Sistem Distribusi : a. Distribusi Sekunder - MCB (di rumah konsumen) SUPAYA GANGGUAN INI TIDAK MENYEBABKAN PEMADAMAN BESAR (BLACK OUT), PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DIBUAT PENGAMANAN (PROTEKSI) BERTINGKAT Sistem Distribusi : a. Distribusi Sekunder - MCB (di rumah konsumen) - NH fuse di LV switch board - Pengaman Beban di Gardu Distribusi b. Distribusi Primer OCR, GFR dan PMT di Incoming dan Outgoing feeder 2. Gardu InduK : OCR, GFR, Differential Relay Karena adanya tingkatan Pengaman (Proteksi) perlu penyetelan rele : Waktu dan Arus KHUSUSNYA DI INCOMING DAN OUTGOING FEEDER 20 kV Banyak cara untuk menyetel Rele: Dengan mempergunakan: Calculator, Program Qbasic, program Visual Basic 6.0, program Pascal, Program Cobol dls 2. Dengan mempergunakan program EXCEL PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND GANGGUAN HUBUNG SINGKAT, - BERBAHAYA BAGI : PERALATAN - MENGGANGGU : PELAYANAN - PERLU DIKETAHUI BESARNYA ARUS SEBELUM KEJADIAN SESUNGGUHNYA. DALAM PERENCANAAN SISTEM SPESIFIKASI PMT& CT, KONDUKTOR DARI SEGI PENGUSAHAAN , BESAR ARUS GANGGUAN HUBUNG SUNGKAT TERUTAMA KONTRIBUSINYA UNTUK KOORDINASI RELAI OLEH SEBAB ITU : DICARIKAN CARA MENGHITUNG YANG MUDAH, CEPAT SEHINGGA BISA SEGERA DIGUNAKAN LANGSUNG DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI LAPORAN PRI.K dan WYD SN

KITA TIDAK TAHU CARA HITUNGNYA KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND CARA MENGHITUNG ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT BISA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HUBUNG SINGKAT MASUKKAN DATANYA, RUN PROGRAMNYA DAPAT HASIL CARA INI MUDAH PELAKSANAANNYA, TAPI ADA KERUGIANNYA : KITA TIDAK TAHU CARA HITUNGNYA AGAR CARA HITUNG DAPAT KITA KUASAI BISA DIHITUNG DENGAN CARA SEDERHANA MUDAH MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM EXCEL KARENA PAKET PROGRAM YANG BANYAK DIKENAL STAF PLN BISA DIPAKAI UNTUK MENGHITUNG KOORDINASI BISA DILACAK RUMUS YANG DIGUNAKAN BELAJAR ULANG SETELAH TRAINING UNTUK ITU PERLU BEKAL ILMU CARA MENGHITUNG PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT UNTUK : GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 3 FASA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT 2 FASA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT SATU FASA KETANAH RUMUS DASAR YANG DIGUNAKAN ADALAH HUKUM OHM I = V Z I = ARUS GANGGUAN H.S V = TEGANGAN SUMBER Z = IMPEDANSI DARI SUMBER KETITIK GANGGUAN, IMPEDANSI EKIVALENT BIASANYA NILAI IMPEDANSI EKIVALENT INI YANG MEMBINGUNGKAN PARA PEMULA. PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND DARI KETIGA JENIS GANGGUAN, PERBEDAANNYA ADA PADA UNTUK GANGGUAN 3 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH IMPEDANSI URUTAN POSITIF NILAI EKIVALEN Z1 TEGANGANNYA ADALAH E FASA UNTUK GANGGUAN 2 FASA : IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 TEGANGANNYA ADALAH E FASA-FASA UNTUK GANGGUAN 1 FASA KETANAH IMPEDANSI YANG DIGUNAKAN ADALAH JUMLAH IMPEDANSI URUTAN POS. + URUTAN NEG. + URUTAN NOL NILAI EKIVALEN Z1 + Z2 + Z0 TEGANGANNYA ADALAH E FASA PRI.K dan WYD SN

BENTUK JARINGAN PERLU DIKETAHUI UNTUK MENGHITUNG ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT UNTUK DISTRIBUSI YANG DIPASOK DARI GARDU INDUK / KIT : AMBIL DATA Z POS. NEG, Z NOL PENYULANG 20 KV BUS 150 KV ATAU TEG. KIT TRAFO DAYA SUMBER KIT HITUNG 75 % Z BUS 20 KV HITUNG 50 % Z DARI KIT AMBIL DATA Xd” MVA kV DARI SISTEM 150 KV, AMBIL DATA IMPEDANSI MVA, KV dll HITUNG 100 % Z HITUNG 25% Z AMBIL DATA S C LEVEL UNTUK SIMULASI LOKASI GANG. HITUNG Z SUMBER PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND SUMBER KIT MEWAKILI SEKIAN BANYAK SUMBER PEMBANGKIT YANG ADA DIDALAM SISTEM 150 KV TERMASUK DIDALAMNYA : IMPEDANSI SUMBER PEMBANGKIT. IMPEDANSI TRAFO UNIT IMPEDANSI TRANSMISI SEPERTI CONTOH BERIKUT : Trafo unit transmisi KIT 1 Trafo unit KIT 2 transmisi transmisi Trafo unit G.I A KIT 3 transmisi PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND BAGAIMANA MENGHITUNG IMPEDANSI SUMBER ? SHORT CIRCUIT LEVEL DI BUS 150 KV (MVA) MINTA KE PLN P3B UNTUK APA ? KV 2 MVA DENGAN RUMUS DAPAT DIHITUNG IMPEDANSI SUMBER MISALKAN SHORT CIRCUIT LEVEL DIBUS 150 KV G.I A = 500 MVA 150 2 500 = MAKA, XS = 45 OHM INGAT NILAI INI DISISI 150 KV KARENA AKAN MENGHITUNG I GANGG. SISI 20 KV, MAKA IMPEDANSI DISISI 150 KV, TRANSFER KE SISI 20 KV CARANYA 150 KV 20 KV 45 OHM ? 20 KV PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND DASAR HITUNGANNYA DAYA DISISI 150 KV = DAYA DISISI 20 KV MVA SISI 150 = MVA SISI 20 KV KV1 2 Z1 KV2 2 Z2 = KALAU KV1 = 150 KV DAN Z1 = 45 OHM, DAN KV2 = 20 KV MAKA 20 2 Z2 = x 45 OHM 150 2 = 0.8 OHM , SEHINGGA GAMBARNYA 20 KV IMPEDANSI INI BERKALU UNTUK URUTAN POSITIF DAN NEGATIF 0.8 OHM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND MENGHITUNG REAKTANSI TRAFO TENAGA DI G.I CONTOH TRAFO TENAGA DENGAN DATA : DAYA = 10 MVA RATIO TEGANGAN 150/20 KV REAKTANSI = 10 % PERHITUNGAN : IMPEDANSI DASAR PADA TRAFO (100 % ) SISI 20 KV 20 KV 2 ZB = = 40 OHM 10 MVA REAKTANSI TRAFO = 10 % XT = 10 % x 40 OHM REAKTANSI YANG DIHASILKAN ADALAH REAKTANSI URUTAN POSITIF DAN NEGATIF. = 4 OHM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND REAKTANSI URUTAN NOL TRAFO MEMPERHATIKAN ADA ATAU TIDAKNYA BELITAN DELTA KAPASITAS DELTA SAMA DENGAN KAPASITAS BINTANG NILAI XT 0 = XT 1 BERLAKU PADA TRAFO UNIT PADA CONTOH XT 0 = 4 OHM TRAFO TENAGA DI G.I DENGAN HUBUNGAN Yy BIASANYA PUNYA BELITAN DELTA DENGAN KAPASITAS SEPERTIGA x KAPASITAS PRIM. (SEKUNDER) NILAI XT 0 = 3 x XT 1 PADA CONTOH XT 0 = 3 x 4 OHM = 12 OHM TRAFO TENAGA DI G.I DENGAN HUBUNGAN Yy YANG TIDAK PUNYA BELITAN DELTA DIDALAMNYA NILAI XT 0 = BERKISAR ANTARA 9 S/D 14 KALI XT 1 PADA CONTOH HITUNGAN DIAMBIL NILAI XT 0 = 10 x XT 1 = 10 x 4 OHM PRI.K dan WYD SN = 40 OHM

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND IMPEDANSI PENYULANG DATA IMPEDANSI PENYULANG DIDAPAT DIHITUNG DARI TABEL PER KM IMPEDANSI PENYULANG PANJANG PENYULANG x Z PER KM SIMULASIKAN LOKASI GANGGUAN PER 25 % 50 % 75 % 100 % x PANJANG PENYULANG ATAU PER 10 % 20 % 30 % . . . . . . 100 % x PANJANG PENYULANG CONTOH PERHITUNGAN, MENGAMBIL IMPEDANSI URUTAN POSITIF = IMPEDANSI URUTAN NEGATIF = ( 0.12 + j 0.23 ) OHM/ KM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND IMPEDANSI URUTAN NOL = ( 0.18 + j 0.53 ) OHM/ KM PANJANG PENYULANG DALAM CONTOH = 10 KM SEHINGGA : IMPEDANSI URUTAN POSITIF DAN URUTAN NEGATIF, DIHITUNG U/ % PANJANG IMPEDANSI Z1 , Z2 25 % 0.25 x 10 KM x (0.12 + j 0.23) OHM/KM = (0.3 + j 0.575) OHM 50 % 0.50 x 10 KM x (0.12 + j 0.23) OHM/KM = (0.6 + j 1.150) OHM 75 % 0.75 x 10 KM x (0.12 + j 0.23) OHM/KM = (0.9 + j 1.725) OHM 100 % 1.00 x 10 KM x (0.12 + j 0.23) OHM/KM = (1.2 + j 2.3) OHM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND IMPEDANSI URUTAN NOL, DIHITUNG U/ % PANJANG IMPEDANSI Z0 25 % 0.25 x 10 KM x (0.18 + j 0.53) OHM/KM = (0.45 + j 1.325) OHM 50 % 0.50 x 10 KM x (0.18 + j 0.53) OHM/KM = (0.90 + j 2.650) OHM 75 % 0.75 x 10 KM x (0.18 + j 0.53) OHM/KM = (1.35 + j 3.975) OHM 100 % 1.00 x 10 KM x (0.18 + j 0.53) OHM/KM = (1.8 + j 5.300) OHM MENGHITUNG IMPEDANSI EKIVALEN Z1 eki DAN Z2 eki DAPAT LANGSUNG DIHITUNG SESUAI LOKASI GANGGUAN, DENGAN MENJUMLAHKAN ZS + ZT + % ZL PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND HITUNGAN Z1 eki DAN Z2 eki Z1 eki = Z2 eki = Z1 s + Z1 t + Z1 penyulang TERGANTUNG LOKASI GANG. INGAT HITUNGAN IMPEDANSI SUMBER INGAT HITUNGAN IMPEDANSI TRAFO = j 0.8 + j 4.0 + Z1 penyulang = j 4.8 + Z1 penyulang U/ % PANJANG IMPEDANSI Z1 , Z2 eki 25 % j0.48 + (0.3 + j 0.575) OHM = (0.3 + j 5.375) OHM 50 % j0.48 + (0.6 + j 1.150) OHM = (0.6 + j 5.950) OHM 75 % j0.48 + (0.9 + j 1.725) OHM = (0.9 + j 6.525) OHM 100 % j0.48 + (1.20 + j 2.30) OHM = (1.2 + j 7.100) OHM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND HITUNGAN Z0 HITUNGAN DIDASARKAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL SISTEM PASOKAN DARI G.I PENTANAHAN TAHANAN 40 OHM Z0 DIHITUNG MULAI DARI TRAFO YANG DITANAHKAN TAHANAN NETRAL NILAI 3 RN IMPEDANSI PENYULANG TRAFO DI G.I UMUMNYA PUNYA BELITAN DELTA KAP. 1/3 X0 TRAFO = 3 x X1 TRAFO = 3 x j 4.0 = j 12 OHM 3 RN = 3 x 40 = 120 OHM Z0 penyulang = % panjang x Z0 total PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND PERHITUNGAN Z0 ekivalen Z0 eki = Z0 T + 3 RN + Z0 penyulang TERGANTUNG LOKASI GANG. INGAT HITUNGAN Z0 TRAFO INGAT TAHANAN PENTANAHAN = j 12 + 120 + Z0 penyulang U/ % PANJANG IMPEDANSI Z0 eki 25 % j12 + 120 + (0.45 + j 1.325) OHM = (120.45 + j 13.325) OHM 50 % j12 + 120 + (0.90 + j 2.650) OHM = (120.90 + j 14.650) OHM 75 % j12 + 120 + (1.35 + j 3.975) OHM = (121.35 + j 15.975) OHM 100 % j12 + 120 + (1.80 + j 5.300) OHM = (121.80 + j 17.300) OHM PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN : V Z I = GANGGUAN TIGA FASA : RUMUSNYA : V = TEGANGAN FASA - NETRAL Z = IMPEDANSI Z1 ekivalen 20.000/ 3 GANGGUAN DI 25 % PANJANG PENYULANG I = (0.3 + j 5.375) IMPEDANSI MASIH DALAM KOMPLEKS KARENA ARUS DIAMBIL MAGNITUTENYA 20.000/ 3 I = = 2144.9 AMPER (0.32 + 5.3752 ) PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND SECARA LENGKAP DIBUAT TABEL : U/ GANGG. DI % PANJANG ARUS GANGGUAN 3 FASA 20.000/ 3 25 % I = = 2144.9 AMPER (0.32 + 5.3752 ) 20.000/ 3 I = 50 % = 1930.9 AMPER (0.62 + 5.9502 ) 20.000/ 3 I = = 1753.06 AMPER 75 % (0.92 + 6.5252 ) 20.000/ 3 100 % I = = 1603.60 AMPER (1.22 + 7.1002 ) PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND V Z I = GANGGUAN DUA FASA : RUMUSNYA : V = TEGANGAN FASA - FASA Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 ) ekivalen 20.000 GANGGUAN DI 25 % PANJANG PENYULANG I = 2*(0.3 + j 5.375) KARENA Z1 = Z2 , MAKA Z1 + Z2 = 2Z1 IMPEDANSI MASIH DALAM KOMPLEKS ARUS YANG AKAN DIMANFAATKAN = MAGNITUTENYA 20.000 I = = 1857.6 AMPER (0.62 + 10.752 ) PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND SECARA LENGKAP DIBUAT TABEL : U/ GANGG. DI % PANJANG ARUS GANGGUAN 2 FASA 20.000 25 % I = = 1857.6 AMPER (0.62 + 10.752 ) 20.000 I = 50 % = 1672.2 AMPER (1.22 + 11.902 ) 20.000 I = = 1518.2 AMPER 75 % (1.82 + 13.052 ) 20.000 100 % I = = 1388.8 AMPER (2.42 + 14.202 ) PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND GANGGUAN SATU FASA KETANAH : V Z I = RUMUSNYA : V = 3 x TEGANGAN FASA Z = IMPEDANSI ( Z1 + Z2 + Z0 ) eki GANGGUAN DI 25 % PANJANG PENYULANG 3 x 20.000/ 3 I = 2*(0.3 + j 5.375) + (120.45 + j 13.325) (Z1 + Z2) eki = 2 x Z1 eki Z0 eki = DIAMBIL DARI HITUNGAN TERDAHULU 34641.016 34641.016 I = = = 280.74 AMPER 121.05 + j 24.075 121.052 + 24.0752 PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND SECARA LENGKAP DIBUAT TABEL : U/ GANGG. DI % PANJANG ARUS GANGGUAN 1 FASA KETANAH 34641.016 25 % I = = 280.74 AMPER 121.052 + 24.0752 34641.016 I = 50 % = 277.23 AMPER 122.102 + 26.552 34641.016 I = = 273.8 AMPER 75 % 123.152 + 29.0252 34641.016 100 % I = = 270.4 AMPER 124.22 + 31.502 PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND PERHITUNGAN KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH SETELAN RELAI ; SETELAN ARUS BERDASARKAN ARUS BEBAN RELAI DEFINITE : 1.2 x IBEBAN RELAI INVERSE : 1.05 x IBEBAN SETELAN WAKTU RELAI DEFINITE : LANGSUNG PADA TAP RELAI INVERSE : DIHITUNG BERDASAR KAN ARUS GANGGUAN DALAM CONTOH HITUNGAN RELAI : O.C INVERSE PENYULANG 20 KV RASIO C.T 150/5 BEBAN PENYULANG : 100 AMPER BERAPA NILAI SETELAN ARUS PADA RELAI ARUS LEBIHNYA ?? PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND NILAI SETELAN ARUS RELAI ARUS LEBIH : ISET primer = 1.05 x IBEBAN = 1.05 x 100 AMPER = 105 AMPER BERAPA NILAI SETELAN YANG DILAKUKAN PADA RELAI ?? 1 ISET sekunder = ISET primer x RASIO C.T 5 150 = 105 x AMPER NILAI INI YANG DITERAP KAN UNTUK SETELAN DI RELAI ARUS LEBIH = 3.5 AMPER BAGAIMANA SETELAN WAKTUNYA ?? PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND NILAI SETELAN WAKTU RELAI ARUS LEBIH DIHITUNG BERDASARKAN ARUS GANGGUAN YANG MENGALIR DIBUAT RELAI PALING HILIR BEKERJA DALAM WAKTU 0.3 DETIK UNTUK GANGGUAN YANG YERJADI DI DEPANNYA DALAM HAL INI : RELAI DI PENYULANG 20 KV UNTUK GANGGUAN H.S DI DEPAN PENYULANG TSB. MISALKAN UNTUK GANGGUAN 3 FASA TERJADI DI 25 % PANJANG PENYULANG. ARUS GANGGUAN = 2144.9 AMPER PRIMER SETTING RELAI = 105 AMPER PRIMER WAKTU KERJA = 0.3 DETIK 0.14 x tms RUMUS SETELAN WAKTU RELAI INVERSE t = IF ISET 0.02 - 1 PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND 0.14 x tms t = IF ISET 0.02 - 1 tms DAPAT DIHITUNG 0.14 x tms 0.3 = 2144.9 0.02 - 1 105 2144.9 105 0.02 - 1 0.3 x tms = 0.14 TANPA SATUAN = 0.133 PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND SETELAN RELAI INCOMING 20 KV TRAFO TENAGA KAPASITAS = 10 MVA TEGANGAN = 150/ 20 KV IMPEDANSI = 10 % C.T RASIO = 400/ 5 ( SISI 20 KV ) I nominal TRAFO : KVA I = KV x 3 10.000 = 20 x 3 = 288.7 AMPER PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND NILAI SETELAN ARUS RELAI ARUS LEBIH SISI INCOMING 20 KV : ISET primer = 1.05 xINOMINAL = 1.05 x 288.7 AMPER = 303.1 AMPER BERAPA NILAI SETELAN YANG DILAKUKAN PADA RELAI ?? 1 ISET sekunder = ISET primer x RASIO C.T 5 400 = 303.1 x AMPER NILAI INI YANG DITERAP KAN UNTUK SETELAN DI RELAI ARUS LEBIH = 3.79 AMPER BAGAIMANA SETELAN WAKTUNYA ?? PRI.K dan WYD SN

KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND UNTUK GANGGUAN 3 FASA TERJADI DI 25 % PANJANG PENYULANG. ARUS GANGGUAN = 2144.9 AMPER PRIMER SETTING RELAI = 303.1 AMPER PRIMER WAKTU KERJA = (0.3+ 0.4) DETIK 0.14 x tms RUMUS SETELAN WAKTU RELAI INVERSE t = IF ISET 0.02 - 1 0.14 x tms 0.7 = tms DAPAT DIHITUNG 2144.9 0.02 - 1 303.1 2144.9 303.1 0.02 - 1 0.7 x tms = 0.14 PRI.K dan WYD SN

CARANYA BAGAIMANA ??? SILAHKAN MENCOBA KOORDINASI RELAI ARUS LEBIH & GROUND 2144.9 303.1 0.02 - 1 0.7 x tms = 0.14 TANPA SATUAN = 0.199 = 0.2 DIBULATKAN NILAI - NILAI SETELAN MASIH HARUS DIUJI DULU UNTUK MASING-MASING LOKASI GANGGUAN, MISAL PADA LOKASI GANGGUAN 25%, 50%, 75%, 100% PANJANG SALURAN CARANYA BAGAIMANA ??? SILAHKAN MENCOBA PRI.K dan WYD SN

Data : TRAFO TENAGA PENYULANG PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT PRI.K dan WYD SN

SETELAN OVER CURRENT RELAY & GROUND FAULT RELAY PRI.K dan WYD SN

TERIMA KASIH GRAFIK SETELAN RELAY ANTARA INCOMING DAN OUTGOING FEEDER PRI.K dan WYD SN