PENILAIAN STATUS GIZI SECARA KLINIS
PEMERIKSAAN KLINIS Pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Pemeriksaan klinis secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu: Pemeriksaan Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik. Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu. Kelainan yang terjadi pada kulit, rambut, mata, membran mukosa mulut dan dan bian tubuh lain dapat dipakai sebagai petunjuk ada/tidak masalah gizi kurang
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) Yaitu keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor (Depkes RI, 1999)
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) Tanda Tanda Klinis Marasmus : kelihatan kurus, tinggal tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Kulit keriput jaringan lemak subkutis sangat tipis, bahkan sampai tidak ada Sering disertai diare kronik Tekanan darah,detak jantung, dan pernafasan berkurang
Tanda Klinis Marasmus Wajah
Tanda Klinis Kwashiokor Oedem Wajah membulat dan sembab Otot mengecil Perubahn status mental seperti cengeng, bawel,dll Pembesaran hati Anak sering menolak segala jenis makanan infeksi,anemia,dan diare atau mencret Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut Gangguan kulit Pandangan mata nampak sayu
KWASHIOKOR
KWASHIOKOR
MARASMUS-KAWASHIOKOR
ANEMIA GIZI BESI Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang dari batas normal. Pemeriksaan gejala klinis pada Anemia terhadap target organ : Mata, Kuku, Bibir & Lidah
TANDA TANDA KLINIS ANEMIA Lelah, lesu, lemah, letih, lalai (5L) Bibir tampak pucat Nafas pendek Lidah licin Denyut jantung meningkat Susah buang air besar Nafsu makan berkurang Kadang-kadang pusing Mudah mengantuk
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Beberapa keadaan yang disebabkan karena tubuh kekurangan Yodium (I). Akibat GAKY (Pudjiaji, 1997): Pembesaran kelenjar gondok ada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian pranatal, melahirkan bayi kretin. Pada anak-anak: pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik. Pada orang dewasa: pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, gangguan mental. Pada tingkat berat mengakibatkan cacat fisik dan mental seperti tuli, bisu-tuli, pertumbuhan badan terganggu, badan lemah, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu.
Urutan pemeriksaan kelenjar gondok: Klien berdiri tegak/duduk menghadap pemeriksa Pemeriksa melakukan pengamatan di daerah leher depan bagian bawah, terutama pada lokasi kelenjar gondoknya Mengamati apakah ada pembesaran kelenjar gondok (grade II atau III) Jika bukan pembesaran kelenjar gondok, klien diminta posisi tengadah dan menelan ludah Pemeriksa berdiri di belakang klien dan melakukan palpasi. Menentukan diagnosis apakah klien menderita gondok atau tidak dengan kriteria: (a) jika salah satu atau kedua lobus kelenjar < ruas terakhir ibu jari klien = normal. (b) Jika salah satukedua lobus > ruas terakhir ibu jari klien = gondok.n kond
Klasifikasi Gondok (Mnr WHO) Normal (O) Grade I A Grade I B Grade 2 Grade 3 Tidak ada gondok Gondok terdeteksi hanya dengan palpasi/perabaan dan tidak nampak bahkan ketika leher dibentangkan Gondok dapat diraba tetapi kelihatannya hanya saat leher terbentang penuh Gondok terlihat dengan posisi leher normal Gondok sangat besar yang bisa dilihat pada jarak jauh
Dalam melakukan Palpasi gondok, pemeriksa harus memperhatikan kondisi sebagai berikut: Cahaya hendaknya menerangi bagian leher orang yang diperiksa Pada saat mengamati kelenjar gondok, posisi mata pemeriksa harus sejajar (horisontal) dengan leher orang yang diperiksa Palpasi (perabaan) jangan dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau terlalu lemah. Tekanan yang terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar masuk atau pindah ke bagian belakang leher, sehingga tidak teraba.
KEKURANGAN VITAMIN A Penyakit mata yang diakibatkan kekurangan vitamin A disebut xeroptalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada anak – anak di indonesia ummnya terjadi pada usia 2 – 3 tahun. Gejala xeroptalmia terbagi dua, yaitu: Keadan yang reversibel yaitu yang dapat sembuh Buta senja (hemerolopia) Xerosis conjunctiva Xerosis cornea Bercak bitot Keadaan yang irreversibel, yaitu keadaan yang agak sulit sembuh Ulserasi kornea Keratomalasia
Klasifikasi KVA XN: buta senja (nigth blindess only) X1A: conjunctiva mengering/conjunctiva serosis X1B: bercak bitot dan conjunctiva mengering (bitot spot ditambah conjunctiva serosis) X2: kornea mengering/serosis X3A: ulserasi kornea dan kornea mengering X3B: ketaromalasia XS: parut kornea (cornea scars) XF: xeropthalmia fundus Deteksi KVA dilakukan dengan inspeksi/pemeriksaan terhadap mata
Tanda Klinik Keratomalacia atau ulserasi kornea (tukak kornea) Mata menjadi lunak, bertukak Klasifikasi WHO: Luas kurang dari 1/3 kornea: X3A Luas 1/3 kornea atau lebih: X3B
Tanda Klinik Cacad kornea Menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan Klasifikasi WHO: XS
Tanda Klinik Cacad kornea Menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan Klasifikasi WHO: XS
Xerophthalmia X3
Xerophthalmia X3 (detail mata)
Cacat kornea
Cacat Kornea
Indikator Kesehatan Masyarakat ANEMIA GIZI BESI Tingginya prevalensi anemia di Indonesia: Ibu hamil (63,5%) Anak balita (55,5%) Anak usia sekolah 6-12 tahun (25-35%) Wanita dewasa (30-40%) Pekerja berpenghasilan rendah (30-40%) Pria dewasa (20-3-%) KEKURANGAN VITAMIN A Bercak bitot dengan konjungtiva mengering > 0,50% Kornea mengering/ulserasi kornea/keratomalasia > 0,01 % Parut kornea > 0,05%, dari total yang diperiksa
Indikator Kesehatan Masyarakat GAKY Klasifikasi daerah endemis gondok berdasarkan prevalensi TGR: < 5% (normal) 5,0-19,9% (ringan) 20,0-29,9% (sedang) ≥ 30% (berat
Keunggulan Pemeriksaan Klinis Relatif murah Tidak memerlukan tenaga khusus, tenaga paramedis dapat dilatih Sederhana, cepat, mudah diinterpretasikan Tidak memerlukan peralatan yang rumit
Kelemahan Pemeriksaan Klinis Beberapa gejala klinis sulit terdeteksi Gejala klinis tidak bersifat spesifik, terutama pada KEP ringan dan sedang. Gejala klinis yang sama adakalanya disebabkan bukan hanya oleh satu macam kekurangan zat gizi saja atau bukan karena faktor gizi Adanya gejala klinis yang bersifat multiple Gejala klinis dapat terjadi pada permulaan kekurangan zat gizi atau pada saat akan sembuh Adanya variasi gejala klinis yang timbul Agar kesimpulan lebih tepat dan baik, maka pemeriksaan klinis harus dipadukan dengan antropometri, labolatorium dan survey konsumsi makanan.
TERIMA KASIH