MEMAHAMI MISKONSEPSI DAN KONTROVERSI SEPUTAR IMUNISASI BY : DEWI RINI ASTUTI ZEGA, SST
MISKONSEPSI IMUNISASI Miskonsepsi adalah kesalahpahaman/ pandangan seseorang yang salah terhadap sesuatu. Miskonsepsi vaksin adalah kesalahpahaman seseorang tentang vaksin dan vaksinasi. Kesalahpahaman tentang vaksin di antaranya : 1. Penyakit telah menghilang sebelum vaksin di perkenalkan akibat perbaikan sanitasi dan higienes Pengamatan difteria dieropa setelah perang dunia II menunjukkan adanya insiden penyakit, sejalan dengan perbaikan sanitasi dan higiene. Namun penurunan kejadian penyakit yang permanen baru tampak setelah program imunisasi dijalankan secara luas. Kondisi sosial ekonomi yang membaik mempunyai dampak positif bagi penyakit. Nutrisi yang cukup, penemuan anti biotik dan pengobatan lain, telah meningkatkan angka harapan hidup bagi pasien. Kepadatan penduduk yang berkurang, telah menurunkan transmisi penyakit.
2. Mayoritas Anak yang sakit telah di vaksinasi Memang dalam suatu kejadian luar biasa (KLB) jumlah anak yang sakit dan pernah di imunisasi, mungkin lebih banyak dibandingkan jumlah anak yang sakit dan belum di imunisasi. Di terangkan dengan dua faktor : a. Tidak ada vaksin yang efektif 100% b. Jumlah anak yang di imunisasi lebih banyak di banding jumlah anak yang belum di imunisasi di negara yang telah menjalankan program imunisasi. 3. vaksin menimbulkan efek samping yang berbahaya, kesakitan,bahkan kematian vaksin merupakan produk yang sangat aman. Hampir semua efek samping vaksin bersifat ringan dan sementara, seperti nyeri di lengan pada bekas suntikan atau demam ringan. Besarnya resiko harus di bandingkan dengan besarnya manfaat vaksin. Fakta menunjukan bahwa penyakit lebih banyak menimbulkan resiko komplikasi maupun kematian pada anak di banding imunisasi. anak akan menderita lebih banyak sakit jika tidak mendapat imunisasi.
4. Penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin telah tidak ada di negara kita, sehingga anak tidak perlu di imunisasi. Angka kejadian beberapa penyakit yang dapat di cegah oleh vaksin memang telah menurun drastis. Namun kejadian penyakit tersebut masih cukup tinggi di negara lain, siapapun termasuk wisatawan dapat membawa penyakit itu secara tidak sengaja dan dapat menimbulkan wabah. Hal tersebut serupa dengan KLB polio di indonesia pada tahun 2005 yang lalu. sejak tahun 1995, tidak ada kasus polio yang disebabkan oleh virus polio liar. virus polio selanjutnya menyebabkan wabah merebak ke 10 provinsi, 48 kabupaten. Dari analisis genetik virus, diketahui bahwa virus berasal dari afrika barat. Dari pengalaman tersebut , terbukti bahwa anak tetap harus mendapatkan imunisasi karena dua alasan : Alasan pertama adalah anak harus di lindungi meskipun resiko terkena penyakit adalah kecil, bila penyakit masih ada, anak yang tidak terproteksi tetap masih dapat terinfeksi. Alasan kedua imunisasi anak penting untuk melindungi anak lain di sekitarnya.
5. Bila anak tidak demam setelah divaksinasi , berarti vaksinya tidak bekerja. Perlu dibedakan antara imunogenitas vaksin dan reaktogenitas vaksin. Imunogenitas vaksin adalah kemampuan vaksin tertentu membentuk imunitas atau kekebalan pada individu yang menentukan daya proteksi vaksin. Reaktogenitas adalah respon tubuh yang tidak nyaman yang timbul setelah imunisasi. 6. Setelah imunisasi vaksin polio oral, bayi tidak boleh minum ASI selama beberapa jam Dalam masyarakat termasuk dikalangan paramedis ,terdapat isu bahwa setelah imunisasi polio oral, pemberian ASI perlu ditunda untuk jangka waktu tertentu. Ada yang menganjurkan untuk menunda 15 menit, ada yang menganjurkan penundaan sampai 1 jam . Pendapat tersebut tidak beralasan . Efek ASI terhadap vaksin polio oral telah diteliti oleh john dan kawan-kawan, pada 300 bayi berusia 6-15 minggu di india. Dengan demikian ASI tidak memperlihatkan hambatan pada pembentukan anti body terhadap OPV pada bayi setelah periode neonatus
B. KONTROVERSI IMUNISASI Kontroversi adalah : perdebatan, persengketaan, pertentangan Kontroversi vaksin adalah : perdebatan/ pertentangan/ persengketaan dalam masalah vaksin dan vaksinasi. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia. Permasalahannya adalah beberapa daerah tersebut (Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Banten) menolak pemberian vaksin polio karena diragukan kehalalannya. Masih banyak sekali jenis-jenis vaksin yang bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan. Seorang pakar dari Amerika mengatakan bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda dan ekstrak mentah lambung babi. Di tengah kontroversi tersebut MUI telah menetapkan keputusan No 16 tahun 2005 yang mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin polio.
Beberapa Kontroversi tentang vaksin : Pelaksanaan program imunisasi Perbedaan pendapat sering kali terjadi di antara para ilmuwan dengan para penentu kebijakan dimasa yang lampau dan bahkan sampai saat ini. Dari sejarah kita ketahui adanya pertentangan program imunisasi di masyarakat, yaitu sejak masa pasteur mengenalkan imusasi rabies dan banyak masalah lagi. Setelah perang dunia II,vaksin berkembang sangat pesat, sejalan dengan berkembangnya teknologi biakan pada sel hidup yang semula dianggap tidak etis. Untuk beberapa waktu kemampuan imunisasi mencegah kejadian penyakit dan bahkan mampu menghilangkan penyakit cacar dari bumi. Tapi pada tahun 2000-an masih banyak penentang imunisasi melalui media masa. Kelompok penentang imunisasi pada saat ini menggunakan media maya (internet) untuk memicu isu-isu anti imunisasi.
2. Vaksin dan keamanannya Masalah yang di lontarkan adalah: Imunisasi yang diwajibkan pemerintah telah merampas hak warganegara untuk memilih tidak diimunisasi (hak untuk sakit dan menjadi sumber penularan). Khusus di Indonesia, UU wabah memberikan sanksi pada siapapun yang melalaikan atau menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah. 2. Vaksin dan keamanannya Vaksin adalah suatu bahan yang dapat merangsang kekebalan dan dibuat dengan menggunakan teknologi kedokteran yang paling maju, meskipun ada kelemahan dari metode imunisasi ini. Kelemahan ini mungkin baru terungkap setelah vaksin digunakan dalam waktu yang lama. Kontroversi berasal dari: a. Jenis dan bahan vaksin Vaksin digolongkan menjadi beberapa jenis (vaksin hidup-mati, vaksin rekombinan) dibuat dengan cara yang berbeda dan memberikan “kelemahan” yang berbeda pula. Vaksin hidup paling banyak menuai tuduhan.
3. Respon imun penerima vaksin b. Bahan dalam vaksin Bahan dalam vaksin terutama adalah bahan pengawet, bahan anti beku, bahan pewarna dan bahan yang ikut dalam proses pembuatan vaksin 3. Respon imun penerima vaksin Resipien atau penerima vaksinasi yang sakit berat atau yang pertahanan tubuhnya tidak normal besar kemungkinannya akan menjadi sakit. Imunisasi polio oral pada anak dengan defisiensi imun akan mengakibatkan pengeluaran imun polio lebih lama dibanding dengan anak normal. 4. Adanya pemicu Beberapa pemicu dasar diantaranya: Reaksi neurologik Beberapa vaksin diduga menyebabkan reaksi pada susunan syaraf. Reaksi ini sangat jarang dan belum jelas patogenesisnya.
Tips untuk menyelesaikan masalah kontroversi imunisasi 1. Penjelasan yang jujur Penjelasan secara proaktif, diberikan pada setiap orang tua bayi yang akan diimunisasi dengan vaksin tertentu, meskipun orang tua tidak menanyakannya secara aktif, sehingga tercipta komunikasi yang baik antara dokter dan orang tua. Penjelasan mencakup manfaat imunisasi dan efek samping (jika ada). 2. Menunjukkan empati dan perhatian yang besar Orang tua bayi harus diyakinkan bahwa dokter juga sangat memperhatikan dan membantu orang tua dalam upaya membesarkan anak sehingga akan memperkuat kepercayaan orang tua terhadap dokter dalam imunisasi 3. Membekali diri dengan pengetahuan Mengetahui pokok-pokok dasar imunnisasi, termasuk di antaranya tentang sifat tiap vaksin yang digunakan.