KONSTRUKSI BANGUNAN BANGUNAN TINGGI
Apa itu Gedung Tinggi ? Pertama kali tentu perlu mengetahui kriteria yang menentukan apa yang dimaksud bangunan tinggi. Ternyata tidak ada definisi pastinya, bangunan dapat menunjukkan unsur ketinggian melalui beberapa aspek atau kategori berikut.
a) Kriteria tinggi relatif terhadap lingkungannya
Ketinggian absolut bukan kriteria satu-satunya, tergantung bangunan sekitarnya. Bangunan 14 lantai, bukan bangunan tinggi jika ada di kota Chicago atau Hong Kong, tetapi akan menjadi bangunan tertinggi jika berada di kota kecil, di Palangka Raya misalnya.
b) Kriteria tinggi berdasarkan proporsinya Gedung tinggi ternyata bukan hanya tentang tinggi tetapi juga tentang proporsi. Ada banyak bangunan yang tidak terlalu tinggi, tetapi cukup ramping untuk memberikan tampilan sebuah gedung tinggi, terutama terhadap lingkungan gedung disekitarnya. Sebaliknya, ada banyak tapak bangunan yang besar atau cukup tinggi tetapi karena proporsi ukuran luas lantainya dan tingginya maka tidak termasuk bangunan tinggi.
c) Kriteria tinggi berdasarkan teknologi yang digunakan Jika bangunan memakai teknologi yang spesifik pada bangunan tinggi (misalnya, lift kecepatan tinggi, bracing penahan angin dll), dapat pula digolongkan gedung tinggi.
Meskipun jumlah lantai tidak cukup baik digunakan sebagai indikator ketinggian suatu gedung, karena tinggi lantai kadang tergantung dari fungsi dan dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya (misal, kantor berbeda dengan perumahan), tapi bangunan lebih dari 14 atau lebih dari 50 meter tingginya - dapat dipakai sebagai indikator batas untuk disebut sebagai gedung tinggi.
d). Kriteria bangunan super tinggi Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mendefinisikan "super tinggi“ sebagai bangunan lebih dari 300 meter tingginya. Meskipun saat ini ada gedung tinggi lebih dari 800 meter, tetapi pertengahan tahun 2011 hanya ada 54 bangunan yang lebih dari 300 meter yang telah selesai dan ditempati di seluruh dunia ini. Catatan : Comcast Center (58 lantai, 297 m), selesai 2008, tertinggi di Philadelphia, Pennsylvania, dan tertinggi ke-15 di USA; CCTV (China Central TV Headquarters) (44 lantai, 234 m), selesai 2008, Beijing, China; Almas Tower (68 lantai, 360 m), selesai 2008, tertinggi ke-3 di Dubai, setelah Emirates Park Towers dan Burj Khalifa.
Bagaimana Gedung Tinggi Diukur ? Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mengelompokkan ketinggian gedung berdasarkan bagian atas tertinggi yang diukur. Tentu saja semuanya diukur dari bagian bawah, yaitu dari elevasi terbuka paling bawah yang menjadi pintu masuk gedung tersebut. Tinggi bagian atas yang diukur adalah : a) Tinggi puncak bangunan arsitektur, termasuk menara, tetapi tidak termasuk antena, signage, tiang bendera atau peralatan non-arsitektural lainnya. Cara ini banyak dipakai CTBUH menentukan peringkat “World’s Tallest Buildings”. b) Tinggi lantai yang dihuni (terpakai) paling atas. c) Tinggi ke puncak gedung tertinggi, termasuk peralatan non-arsitektural, misal menara radio dsb.
Perbedaan Gedung dan Menara Telekomunikasi (Observasi) Berkaitan dengan gedung tinggi, perlu dibedakan dengan menara telekomunikasi atau pengamat (observasi) yang memang dibuat tinggi. CTBUH dalam hal ini hanya mengevaluasi gedung tinggi, sesuai namanya Tall Building. Untuk membedakannya, adalah didasarkan pada prosentasi lantai terhadap tinggi yang dapat dimanfaatkan. Jika kurang dari 50% dianggap sebagai konstruksi menara dan sebaliknya.
Sistem Struktur Bangunan Tinggi berdasarkan Jenis Material Meskipun hanya digunakan dua macam material untuk bangunan tinggi, yaitu baja dan beton, tetapi terkait dengan sistem strukturnya maka dapat dibedakan dalam empat (4) macam material struktur, sebagai berikut : Gedung struktur baja (steel), jika unsur-unsur utama struktur vertikal dan lateral, maupun sistem lantainya memakai struktur baja. Gedung struktur beton (concrete), jika unsur-unsur utama struktur vertikal dan lateral, maupun sistem lantainya memakai struktur beton bertulang. Gedung struktur komposit (composite), jika dipakai kombinasi keduanya, baja dan beton komposit sebagai elemen-elemen utama struktur, termasuk dalam hal ini bangunan baja dengan core-wall dari beton bertulang. Gedung struktur campuran (mixed), jika bangunannya memakai sistem struktur yang berbeda, antara bagian bawah dan atasnya, atau sebaliknya.
Dari studi CTBUH, pemakaian bahan material gedung tinggi dari tahun ke tahun terjadi perkembangan. Struktur baja pada awal mulanya sangat dominan. Era 1990 terjadi perkembangan pesat material beton, bahkan dari catatan tahun 2010 pemakaian struktur beton bertulang untuk gedung tinggi mendominasi, dan mengalahkan struktur baja. Meskipun dalam hal ini, jelas baja tidak bisa ditinggalkan, tetapi berubah menjadi baja tulangan dan profil komposit untuk bersama-sama memikul dengan beton. Material baja tidak akan dapat dihilangkan, karena material inilah yang akan menahan gaya tarik pada elemen beton bertulang.
ERA GEDUNG MEGA-TINGGI (> 2020) Laju pertambahan tinggi bangunan, ibarat laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Era sekarang ini adalah masa pesat-pesatnya, lihatlah:
Gambar di atas memperlihatkan progres perkembangan teknik rekayasa dan teknologi konstruksi gedung-tinggi. Jika 2010 definisi gedung super tinggi (>300 m) sudah cukup mengakomodasi, maklum hanya 54 buah di seluruh dunia ini. Maka sejak Burj-Khalifa berhasil dibangun (2010), maka peta situasi berubah siginifikan. Untuk membandingkannya dapat dilihat gedung-gedung tinggi berdasarkan dekadenya, era lalu (2000), sekarang (2010), dan nantinya (2020), lihat Gambar berikut
Dekade 2000 ke 2010 ada peningkatan 17%, selanjutnya dari dekade 2010 ke 2020 yang dimulai dengan berdirinya Burj-Khalifa, peningkatannya sebesar 36%. Jadi era saat ini telah terjadi revolusi ilmu pengetahuan tentang gedung tinggi. Saat inilah terjadi peralihan antara era super-tinggi (300 m) menuju era mega-tinggi (600 m).
PARTISIPASI INDONESIA DALAM ERA MEGA-TINGGI Ternyata salah satu anak negeri ini ada yang mampu mewujudkan diri terlibat dan menjadi bagian dari era mega tinggi tersebut. Luar biasa tentunya. Sebagaimana ada pada daftar gedung mega-tinggi yang dilansir CTUBH, pada urutan ke-5 tercantum gedung Signature Tower Jakarta (638 m) akan ada di Jakarta.
Meskipun gedung di atas masih dalam tahap desain, dan terlihat belum adanya aksi nyata di lapangan tapi kemungkinan terwujudnya akan lebih besar dan lebih cepat dari mimpi bangsa ini akan jembatan bentang panjang penghubung Jawa-Sumatera. Ini dimungkinkan karena adanya perbedaan karakter proyek gedung dan jembatan. Gedung bersifat lokal, dapat dimiliki swasta dan pengaruhnya terhadap lingkungan tidak sebesar proyek jembatan. Jadi ketika proyek jembatan Jawa-Sumatera dalam tahap sosialisasi maka bisa saja proyek gedung tinggi ini berjalan, tanpa harus menunggu kesiapan yang lain.
Aku Masih Kuliah Ketika temanku bangun, aku masih tidur. Ketika temanku mandi, aku masih tidur. Ketika temanku kuliah, aku masih tidur. Ketika temanku pulang, aku bangun. Dan, Ketika temanku lulus, aku masih kuliah. Sebuah renungan