ILMU EKONOMI Suharyono
Pendahuluan Permasalahan Ekonomi - Komoditi apa yg harus diproduksi dan berapa banyaknya - Bagaimana komoditi tsb (barang dan jasa) harus diproduksi - Bagi siapa berbagai komoditi tsb diproduksi Permasalahan ekonomi di atas masuk dalam ruang lingkup teori ekonomi mikro. Permasalahan utama: keinginan tidak terbatas, tetapi sumberdaya terbatas.
Analisis permasalahan di atas belum dapat menerangkan beberapa masalah lain, seperti: pengangguran, pertumbuhan lambat, inflasi, dll. Karena itu diperlukan teori Ekonomi Makro. Definisi Ilmu ekonomi (economics): ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memanfaatkan sumberdaya yang langka untuk memenuhi kebutuhan yang alternatif sifatnya.
Ekon. Mengumpulkan deskriptif informasi Ek. Mikro Menjelaskan Ilmu Ek. Teori hub. antar ekonomi variabel Ek. makro Ekon. Menerapkan terapan teori untuk men- laskan fakta
Ek. Mikro dan Makro Teori ekonomi dibagi 2 cabang : - Teori ekonomi mikro (teori harga) - Teori ekonomi makro (teori ekon. agregatif) Ekon. Mikro: mempelajari perilaku ekonomi dari unit ekonomi secara individual (konsumen, produsen, pemilik faktor produksi) Disebut Teori Harga karena berkaitan dengan bekerjanya sistem hargadan pengaruhnya.
Tujuan Teori Mikro: melatih mengadakan deduksi tentang perilaku konsumen dan produsen,sebagai unit ekonomi yang kecil, dan untuk memahami alokasi sumber2 ekon. yang ada dalam suatu masyarakat ttt. Ekon. Makro : mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan (agregatif) Variabel2: tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, pengeluaran konsumsi RT, saving, investasi, jumlah uang yang beredar, tingkat harga, tingkat bunga, neraca pembayaran internasional, utang Pemerintah, dll.
Ekonomi Makro Tujuan Ekon. Makro: mengetahui hukum2 ekon. yang diperlukan untuk dapat memecahkan masalah2 ekon. makro. Tujuan Kebijakan Ekon. Makro: - Tingkat kesempatan kerja tinggi (full employment) - Kapasitas produksi yang tinggi (terkait dengan pertumbuhan) - Tingkat pendapatan nasional yang tinggi (terkait dengan kesejahteraan masyarakat)
- Stabilitas perekonomian: pendapatan, kesempatan kerja, harga. - Neraca pembayaran LN yang seimbang - Distribusi pendapatan yang merata (terkait dengan keadilan sosial) Hubungan antar variabel Makro 1. Hub. sebab akibat (kausalitas) Mis: C = f (Y) Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan Y = variabel bebas C = variabel terikat
C = a + bY a = konstanta = konsumsi minimal yang dikeluarkan meskipun tidak memiliki penghasilan. b = Marginal Propensity to Consume (MPC) yakni perbandingan antara pertambahan C dengan pertambahan Y (Δ C/∆ Y ) 0 < b < 1 2.Hubungan fungsional Berubahnya variabel yang satu otomatis merubah variabel yang lain. Y = C + S Y = C + I maka S = I
Jika Y dan C tetap, maka S akan bertambah sebesar pertambahan Y Jika I sedangkan C tetap, maka Y yang diakibatkan meningkatnya S Teori Makro Klasik dan Modern Klasik (Adam Smith, Say) - Percaya keampuhan sistem ekonomi Liberal (laissez faire) yng dianggap bisa mensejahterakan masyarakat - Campur tangan Pem. seminimal mungkin
Dengan laissez faire akan terjadi tingkat ekonomi yang optimal (full employment) dan alokasi yang efisien. Ketidak seimbangan dalam pasar barang, pasar uang, dan pasar tenaga kerja, akan kembali seperti semula. Campur tangan Pem. yang disetujui : + Menghapus monopoli dan hambatan kelembagaan yang menghalangi fleksibi- litas harga + Pengaturan terhadap uang yang beredar
Kritik: Perkembangan distribusi pendapatan yang tidak sesuai dengan perkembangan GDP dan tingkat harga, sehingga menimbulkan masalah sosial. Krisis tahun 30-an tidak dapat diatasi dengan mekanisme pasar sehingga perlu campur tangan Pemerintah. b. Modern (Keynesian) - Sistem laissez faire harus dihilangkan - Pemerintah harus lebih banyak campur tangan - Faktor produksi dan kegiatannya masih dapat dilakukan swasta, tetapi Pem. melakukan pengaturan makro.
Pemerintah boleh menyerap TK yang menganggur meskipun terpaksa harus defisit anggaran Bila terjadi inflasi, Pemerintah harus mengurangi anggaran Full employment hanya bisa dicapai dengan tindakan yang terencana, bukan sesuatu yang datang sendiri (supply create its own demand) Dalam kaitan dengan pasar uang, tidak sependapat dengan Teori Kuantitas MV = PT bahwa perubahan dalam jumlah uang yang beredar menimbulkan perubahan yang sama terhadap harga.
Pendapatan Nasional Ada 4 variabel yang dominan dalam Ekn.Makro: 1. Output (Produk Nasional Bruto) 2. Kesempatan kerja 3. Inflasi 4. Neraca pembayaran Tujuan perekonomian makro: - Produk nasional yang tinggi dan laju pertumbuh an ekonomi yang cepat
- Kesempatan kerja yang besar dan tingkat pengangguran yang rendah Tujuan perekonomian makro: - Produk nasional yang tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat - Kesempatan kerja yang besar dan tingkat pengangguran yang rendah - Stabilitas harga dalam pasar bebas - Keseimbangan neraca pembayaran LN dan stabilitas nilai kurs valuta asing
Penciptaan kondisi: Kebijakan fiskal Kebijakan moneter, melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan mempengaruhi tingkat sukubunga Kebijakan pendapatan, dengan membuat pedoman tingkat upah (sukarela) atau pengendalian upah (paksaan) Kebijakan perekonomian LN, melalui kebijakan perdagangan dan campurtangan atas nilai kurs VA
Dalam perekonomian moderen ada 4 sektor perekonomian yan terlibat, yakni: - Sektor RT (household sector) - Sektor Perusahaan (business sector) - Sektor Pemerintah (government sector) - Sektor Luar negeri (Foreign sector) Barang dan jasa mengalir dan berputar dalam empat sektor tesebut tanpa berhenti. Inilah yang dinamakan mesin perekonomian.
Belanja Nasional, Produk Domestik Bruto dan Produk Nasional Bruto Barang dan jasa yang dihasilkan sektor perusahaan dan mengalir ke sektor lain, harus dibayar oleh masing-masing sektor tsb. Pembayaran tersebut dinamakan Belanja atau Pengeluaran Nasional. Pengeluaran Nasional (National Expenditure): pembayaran barang dan jasa yang dihasilkan sektor perusahaan; nilainya sama dengan :
Produk Domestik Bruto : nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu Produk Nasional Bruto = Produk Domestik Bruto dikurangi Pendapatan Neto terhadap LN Pendapatan Neto terhadap LN = hasil penanaman modal di LN dikurangi hasil penanaman modal asing di DN PNB (GNP) : salah satu ukuran kemakmuran suatu negara
Perhitungan PDB dan PNB ada 2 cara: 1. Perhitungan atas dasar harga yang berlaku. Kelemahan: tidak mungkin mengetahui pertumbuhan yang sesungguhnya 2. Perhitungan atas dasar harga konstan, melalui indeks harga yang ditetapkan pada satu tahun tertentu Besarnya Pendapatan Nasional dapat menggu - nakan 3 pendekatan: 1. Pendekatan produksi : menghitung nilai akhir barang dan jasa dari semua unit produksi
2. Pendekatan pendapatan: mengumpulkan data pendapatan semua pemilik sumberdaya, meliputi: upah dan gaji, sewa, bunga, laba. 3. Pendekatan pengeluaran, dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran dari 4 sektor perekonomian, yakni RT (konsumsi = C), Perusahaan (investasi = I), Pemerintah (G), Perdagangan LN (selisih ekspor – impor = X – M) Di Indonesia : - Pendekatan produksi - Pendekatan pengeluaran
(1)Produk Domestik Bruto Rp………… Pendapatan neto thd LN Rp. ………. (-) Perhitungan : (1)Produk Domestik Bruto Rp………… Pendapatan neto thd LN Rp. ………. (-) (2) Produk Nasional Bruto (GNP) Rp. ……….. Penyusutan Rp………….(-) (3) Produk Nasional Neto (NNP) Rp. ………… Pajak tidak langsung Rp………….(-) (4) Pendapatan Nasional (NI) Rp. ……….. dikurangi penjumlahan dari: - Keuntungan perush.yg tdk dibagi - Pajak yg dikenakan Pem.atas keuntungan perusahaan - Iuran yang dipungut perusahaan untuk jaminan sosial Rp. …………(-) Rp. ………..
Rp. ………….. Pembayaran transfer Rp…………… (+) (5) Pendapatan Personal (PI) Rp. …………. dikurangi Pajak perseorangan (pajak penda- patan, pajak kekayaan, dll) Rp…………… (-) (6) Pendapatan disposabel Rp. …………. Catatan : Pembayaran transfer terdiri atas: + Uang pensiun yang dibayarkan + Bantuan Pem. (veteran, penderita cacat, bencana alam) + Beasiswa
Pendapatan Personal : semua jenis pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu negara atau sektor RT Pendapatan Disposabel : pendapatan yang siap dibelanjakan oleh sektor RT, dan sisanya ditabung
Konsumsi, Pendapatan dan Tabungan Hubungan antara Pendapatan (Y) dengan Konsumsi (C) dan Tabungan (S) dijelaskan oleh Keynes dengan hukum Psychological Law of Consumption - Bila Y maka C , tetapi tidak sebanyak tambahan pendapatan - Setiap tambahan kenaikan pendapatan akan digunakan untuk C dan S - Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan C dan S
Contoh Y C S 10 11,5 -1,5 12 13,0 -1,0 15 15 - 20 18 2 25 22 3 Hubungan antara Konsumsi dengan Pendapatan disebut Hasrat Konsumsi (Propensity to Consume) atau Fungsi Konsumsi Fungsi Konsumsi : fungsi yang menghubungkan laju pengeluaran konsumsi dg tkt pendapatan
c,s D C 22 18 15 B 13 11,5 F S O Y 10 12 15 20 25 S
Garis OBD – scale line : garis yang menunjuk- kan bahwa titik tsb besarnya Y = C Titik B – break even point : titik yg menunjukkan besarnya C =Y FC – garis fungsi konsumsi :garis yg menunjuk- kan besarnya konsumsi pada berbagai tingkat Y Daerah FBO : daerah dissaving (utang) Daerah DBC: daerah saving SS – garis fungsi saving : garis yang menunjuk- kan besarnya S pada berbagai tingkat Y
Aplikasi dalam Perekonomian Tertutup - Sederhana Tertutup : perek. yg tdk mengenal hub ekon dg negara lain Sederhana: tdk ada transaksi ekonomi yang melibatkan pemerintah Bentuk umum Fungsi Konsumsi: C = a + c Y (1) a = nilai konstan, yakni besarnya C pd Y sebesar Nol
Angka MPC umumnya < 1, tetapi > 0,5. Yang pasti positif c = Marginal Propensity to Consume (MPC), yakni: perbandingan antara besarnya ∆ C dengan besarnya ∆ Y c = MPC = ∆ C / ∆ Y (2) Angka MPC umumnya < 1, tetapi > 0,5. Yang pasti positif MPC <1: penggunaan ΔY tdk seluruhnya utk C MPC > 0,5 : penggunaan ΔY sebagian besar digunakan utk C Average Propensity to Consume (APC) : perbandingan antara besarnya C pd suatu tkt Y APC = C/Y (3)
C = (APCn – MPC) Yn + MPC. Y (4) Bila APC dan MPC diketahui, maka persamaan fungsi konsumsi bisa ditentukan, yakni : C = (APCn – MPC) Yn + MPC. Y (4) Contoh: Bila Y = Rp.200 T - C = Rp.180 T dan Y = Rp.220 T - C = Rp.195 T Tentukan: a. Persamaan fungsi C b. Letak BEP Jawab : APC200 = C/Y = 180/200 = 0,90 APC220 = 195/220 MPC = Δ C / Δ Y = 15/20 = 0,75
C = (APCn – MPC) Yn + MPC.Y = (0,90 – 0,75) 200 + 0,75 Y = (0,15) 200 + 0,75 Y C = 0,75 Y + 30 Jadi C = 0,75 Y + Rp. 30 T b. Terjadi BEP bila Y = C atau Y – C = 0 Y - (0,75 Y + 30 ) = 0 Y - 0,75Y – 30 = 0 0,25 Y = 30 maka Y = 120 Jadi BEP pada Rp.120 T per tahun
Fungsi Saving Saving adalah bagian dari Y yang tidak dikonsumsi S = Y – C (5) Bila dihubungkan dengan persamaan Fungsi C, maka : S = Y – C } C = a + cY } S = Y – (a + cY) = Y – a – cY S = (1 – c) Y – a atau S = (1 – MPC) Y – a (6)
Contoh: Bila C = 0,75Y + Rp.30 T Hitung dan gambarkan fungsi Saving Jawab: S = (1 - c) Y – a = (1 – 0,75) Y – 30 S = 0,25 Y – 30 Mencari titik BEP: Y – C = 0 Y – (0,75 Y + 30) = 0 Y – 0,75 Y – 30 = 0 0,25 Y = 30 Y = 120 Jadi Titik BEP pada Y = Rp. 120 T
C,S C = 0,75 Y + 30 30 S = 0,25 Y - 30 Y O 120 - 30
s = MPS = Δ S / Δ Y (7) APSn = Sn / Yn (8) Marginal Propensity to Save (MPS) MPS : perbandingan antara besarnya Δ S dengan besarnya Δ Y s = MPS = Δ S / Δ Y (7) Ciri : untuk fungsi S yang berbentuk garis lurus, besarnya nilai s pada semua tingkat Y adalah sama Average Propensity to Save (APS) APS : perbandingan antara besarnya S dengan besarnya Y APSn = Sn / Yn (8)
Hubungan antara MPC dengan MPS dan APC dengan APS MPC + MPS = 1 (9) atau MPC = 1 – MPS MPS = 1 - MPC Pembuktian: Y = C + S Δ Y = Δ C + Δ S Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg Δ Y, maka : Δ Y / Δ Y = Δ C + Δ S Δ Y 1 = Δ C / Δ Y + Δ S / Δ Y atau 1 = MPC + MPS
APC + APS = 1 (10) b. APC dengan APS atau APC = 1 – APS APS = 1 - APC Pembuktian: Y = C + S , maka Yn = Cn + Sn Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg Yn, maka : Yn/ Yn = Cn + Sn Yn 1 = Cn / Yn + Sn / Yn 1 = APCn + APSn
Contoh: Diketahui C = 0,75 Y + Rp. 20 T Hitung : Fungsi S, APC, APS, MPC dan MPS untuk berbagai tingkat Y Tk.Y C S APC APS MPC MPS 0 20 -20 - - - - 20 35 -15 1,75 -0,75 0,75 0,25 40 50 -10 1,25 -0,25 0.75 0,25 60 65 - 5 1,1/12 -1/12 0,75 0,25 80 80 - 1 0 0,75 0,25 100 95 5 0,95 0,05 0,75 0,25 120 110 10 11/12 1/12 0,75 0,25
Keseimbangan Pendapatan Nasional - Dari segi sumber : Y = C + I - Dari segi penggunaan : Y = C + S Hubungan C, I, S dan Y digambarkan sbb: C1 + I1 = Y1 : sumber Y1 = C2 + S2 : penggunaan C2 + I2 = Y2 Y2 = C3 + S3 C3 + I3 = Y3 dst. Bila Y1 =Y2 = Y3 maka Y dlm keadaan ekulibrium
Y yang seimbang : tingkat Y di mana tidak ada kekuatan ekonomi yang memiliki kemampuan untuk mengubahnya; atau Tingkat Y yang setiap kali ada gangguan akan kembali ke arah tingkat semula. Keseimbangan disebabkan oleh berimbangnya kekuatan konsumen yang membelanjakan pendapatannya dengan produsen yang menghasilkan barang dan jasa. Keseimbangan terjadi bila Cp (barang yg diproduksi) = Ce (jumlah brg yg ingin dibeli konsumen). Bila itu terjadi maka S = I
Bila Cp > Ce berarti sejumlah barang tidak terjual sehingga S > I. Produsen mengurangi produksinya dan Y akan berkurang. Berkurangnya Y akan mengurangi besarnya S dan I secara bersama-sama. Keduanya akan kembali pada tingkat semula asalkan S lebih cepat daripada I. Bila Cp < Ce, penjualan barang akan lebih cepat. Produsen akan menghasilkan barang lebih banyak maka Y akan naik ke tingkat keseimbangan.
C + I 710 Cp > Ce C, C+I C, 650 E C 515 [ Ce > Cp Y 475 650 750
Titik keseimbangan E tercapai ketika pendapatan = 650 Titik keseimbangan E tercapai ketika pendapatan = 650. Jadi Y = C + I = 650. Y = C + I disebut Pendapatan Keseimbangan Bila Prod.Nas menjadi 750, maka besarnya permintaan adalah 710 sehingga ada kelebihan 60 (Cp > Ce). Pengusaha akan mengurangi produksi sehingga kembali sama dengan permintaan yakni 650. Bila produk nasional 475, maka besarnya permintaan 515 (Cp < Ce) sehingga kekurangan 60. Hal ini mendorong perusahaan memperluas produksi sampai terjadi titik keseimbangan.
Menghitung tingkat pendapatan Ekuilibrium Saving Invesment Approach (SIA) S = I : Keseimbangan Y – C = I Y – (a+cY) = I Y – a – cY = I Y – cY = a + I Y ( 1 – c) = a + I Y = a + I 1 – c Y = 1 (a + I) 1 - c
2. Consumption Invesment Approach (CIA) Y = C + I } C = a + cY } Y = a + cY + I Y – cY = a + I Y (1 – c) = a + I Y = a + I 1 – c Y = 1 (a + I) 1 - c
Diket: a. Fungsi C per tahun : C = 0,75 Y + Rp.25 T b. Besarnya I per tahun: I = Rp. 60 T Hitung : - Besarnya Y ekuilibrium - Besarnya C ekuilibrium - Besarnya S ekuilibrium Jawab: a. Besarnya Y eq. Y = 1 (a + I) 1 – c = 1 (25 + 60) 1 – 0.75
= 1 (85) 0,25 = 4 X Rp. 85 = Rp. 340 T b. Besarnya C Eq. = 1 (85) 0,25 = 4 X Rp. 85 = Rp. 340 T b. Besarnya C Eq. C = 0,75 Y + 25 = 0,75 (340) + 25 = Rp. 280 T c. Besarnya Saving Eq. S = Y – C = 340 – 280 = Rp. 60 T
Multiplier (Angka pelipat/pengganda) Tingkat keseimbangan Y dapat berubah bilamana salah satu faktor ( I atau S) karena sesuatu hal berubah, sehingga I tidak sama dengan S. Perubahan itu akan berlangsung sampai mencapai titik keseimbangan baru Keseimbangan baru dapat lebih besar atau lebih kecil dari sebelumnya, tergantung perubahan I atau S. Bila I atau S maka Y Sebaliknya bila I dan S maka Y
Keseimbangan pendapatan nasional tidak selalu menguntungkan Faktor I lebih sering mengalami kegoncangan. Hal itu disebabkan karena I banyak dipengaruhi oleh faktor2 : Pengharapan, dugaan, serta ramalan terhadap perek. Masa mendatang. Sedangkan faktor S lebih bersifat konstan. Hubungan antara Δ I dan Δ Y yang diakibatkan oleh perubahan I tersebut, dijelaskan dengan konsep Multiplier (angka pengganda)
Multiplier adalah bilangan yang harus dikalikan dengan perubahan I agar dapat mengetahui besarnya perubahan Y yang disebabkan oleh perubahan I tersebut; atau Multiplier : angka pelipat yang menunjukkan berapa besarnya Δ Y sebagai akibat dari Δ I Δ I. k = Δ Y atau k = Δ Y / Δ I (11)
C1+ I1 C,I C + I B A O Y Y1
Pendapatan Nasional yang seimbang terletak pada Y, dengan rencana konsumsi dan investasi sebesar C + I Dengan penambahan investasi yang terus menerus, ternyata C + I naik menjadi C1 + I1 sebanyak jarak AB. Pendapatan juga naik dari Y ke Y1 yang besarnya berlipat kali AB Rumus : k = Δ Y Δ I Contoh: Diketahui Fungsi C = 0,75 Y + R.20 T Pada periode I, besarnya I pertahun 40 T Pada periode II, besar I per thn 80 T
Dengan Multiplier, hitunglah besarnya Y Eq. pada periode ke 2 Jawab : k = 1 = 1 = 4 1 – c 1 – 0,75 Perubahan I = I2 – I1 = 80 -40 = 40 Y eq pada periode I : Y1 = 1 (a + I) 1 – c = 1 (20 + 40) 1 – 0,75 = 4 (60) = 240
Proses bekerjanya multiplier Y eq pada periode II Y2 = Y1 + Δ I = Y1 + k. Δ I Ingat : k = Δ Y / Δ I = 240 + 4 (40) = 400 Proses bekerjanya multiplier Peningkatan I dapat terjadi dalam 2 kemungkinan: Terjadi dalam 1 kali saja, kemudian kembali pada investasi sebelumnya Terjadi terus menerus dalam jumlah yang sama
Proses Perubahan Y (dalam C = 0,75 Y + 20) Dengan satu kali perubahan Periode C I Y 1 200 40 240 2 200 40 240 3 200 80 280 4 230 40 270 5 222,5 40 262,5 6 216,9 40 256,9 ~ 200 40 240 (titik keseimbangan semula)
Dengan perubahan I secara terus menerus Periode C I Y 1 200 40 240 2 200 50 250 3 207,5 60 267,5 4 220,6 70 290,6 5 237,9 80 317,9 6 258,4 90 348,4 7 281,3 100 381,3 8 285,9 100 385,9 ~ 100 ? (titik keseimbangan baru)
Perubahan jumlah C dan jumlah S Besarnya C dan S ditentukan Y Karena itu bila Y berubah, maka C dan S juga berubah Perubahan C C1 = C0 + ΔC Δ C = MPC. ΔY Ingat : MPC = ΔC/ΔY Jadi C1 = C0 + MPC. ΔY (13)
S1 = S0 + (1 – MPC) ΔY Perubahan S S1 = S0 + ΔS ΔS = ΔS .ΔY =MPS. ΔY -Ingat MPS =ΔS/ΔY ΔY Jadi S1 = S0 + MPS. ΔY Karena MPS + MPC = 1 maka rumus tsb dapat ditulis menjadi S1 = S0 + (1 – MPC) ΔY
Contoh. Diketahui: 1. Fungsi konsumsi: C = 0,75Y + Rp.20 T 2. Pada tahun 1970 besarnya I per tahun Rp. 40 T 3. Pada tahun 1971, besarnya I per tahun Rp.60 T Soal: Dengan menggunakan Multiplier, hitunglah: a. Y equlibrium yang baru b. C equilibrium yang baru c. S equilibrium yang baru
Jawaban Besarnya Multiplier Investasi k = 1 = 1 = 4 1 – c 1 – 0,75 ΔI = I1 - I0 = 60 – 40 = 20 a. Besarnya Y eq pada tahun 1970 (periode 0) Y0 = 1 (a + I) Ingat Rumus (10) (1 – c) = 1 (20 + 40) 1 – 0,75 = 4 (60) = 240
Besarnya Y eq pada tahun 1971 (periode 1) Y1 = Y0 + k1 . ΔI Ingat : Y1 = Y0 + ΔY ΔY = k. ΔI = 240 + 4 (20) = 240 + 80 = 320 Konsumsi eq 1970 C0 = 0,75Y + 20 = 0,75 (240) + 20 = 180 + 20 = 200
Konsumsi eq 1971 C1 = C0 + MPC. ΔY Ingat rumus (13) = 200 + 0,75 (320 – 240) = 200 + 0,75 (80) = 260 c. S eq 1970 S0 = (1 – c) Y – a Ingat Rumus (6) = (1 – 0,75) 240 – 20 = 40
S eq tahun 1971 S1 = S0 + MPS. ΔY Ingat Rumus (14) = 40 + (1 – 0,75) (320 – 240) = 40 + 0,25 (80) = 60
Accelerator Psychological Law of Consumption menyebutkan bahwa bila Y bertambah maka C juga bertambah.Dengan bertambahnya pengeluaran konsumsi maka para pengusaha akan memperluas produksinya. Untuk itu diperlukan barang-barang modal atau investasi baru. Jelas bahwa perluasan investasi terjadi karena ada pertambahan pendapatan dan pertambahan konsumsi lebih dulu. Proses inilah yang disebut Proses Akselerasi, yakni terjadinya investasi baru karena adanya pertambahan konsumsi.
Investasi yang terjadi karena proses akselerasi ini disebut dengan Investasi Dorongan (induced invesment). Sedangkan I yang ditentukan oleh faktor lain yang mempengaruhi harapan pengusaha disebut Investasi Otonom (autonomous invesment). Besarnya pertambahan I sebagai akibat dari pertambahan C tergantung pada koefisien accelerator, yakni perbandingan antara pertambahan I dengan pertambahan C Acc = ΔI /ΔC (15)
Proses bekerjanya Akselerator Soal : Selama 5 periode, besarnya investasi otonom berturut-turut adalah sama besarnya, yakni 100. Bilamana besarnya MPC adalah 0,50 dan koefisien akselerator 2, tentukan besarnya kenaikan Y dalam kelima periode tersebut. Jawab : I maka Y Y maka C sesuai dengan MPC nya C menyebabkan I yang tidak langsung (induced I) yang besarnya tergantung pada Acc.
Period I otonom C I dorongan Kenaikan Y 1 100 - - 100 2 100 50 100 250 1 100 - - 100 2 100 50 100 250 3 100 125 150 375 4 100 187,5 125 412,5 5 100 206,25 37,5 343,75 Keterangan : Y menyebabkan C sebesar 100 X MPC = 50 C menyebabkan I dorongan sebesar ΔC X Acc = 50 X 2 = 100 I otonom, kenaikan C dan I dorongan menyebabkan kenaikan Y sebesar 250 Dst. 1 3 2
Perekonomian Tiga Sektor (Tertutup) Komponen APBN terdiri dari : Penerimaan : - Pajak - Bukan pajak (hasil SDA, Laba BUMN, lainnya) Pengeluaran : - Pengeluaran Konsumsi Pem.(Government Expenditure = Government Purchase) - Pengeluaran pemerintah (Government Transfer)
Pajak (tax) : uang atau daya beli yang diserahkan oleh masy Pajak (tax) : uang atau daya beli yang diserahkan oleh masy. kepada pem di mana terhadap penyerahan uang atau dayabeli tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung Pajak digunakan untuk membiayai Pengel.Pem. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (G): semua pengeluaran pemerintah di mana pemerintah secara langsung menerima balas jasanya. Mis: gaji PNS, pembelian barang dan jasa Transfer Pemerintah (Tr) : pengeluaran pemerintah di mana pemerintah tidak menerima balas jasa langsung. Mis sumbangan untuk bencana alam dan penganggur,uang pensiun, beasiswa, subsidi BBM,dll.
Konsumsi masyarakat ditentukan oleh tinggi rendahnya Y yang siap dibelanjakan (disposable income/takehome income). Pendapatan Nasional Rp. ……. Transfer Pemerintah Rp. …….(+) Rp. ……. Pajak Rp. …….(-) Pendapatan disposabel Rp. ……. Yd = Y + Tr - Tx
Dalam perek tiga sektor, fungsi C = a + cY diganti dengan C = a + cYd Karena Yd = Y + Tr - Tx maka C = a + c (Y + Tr – Tx) atau C = a + cY + c Tr – c Tx Sedangkan fungsi S menjadi: S = Yd – C = Yd – (a + c Yd ) = Yd – a – c Yd S = (1 – c) Yd – a atau S = (1 – c) (Y + Tr – Tx ) - a
Tugas. Diketahui C = 0,75 Yd + 20 M Tr = Rp.40 M Tx = Rp.20 M Carilah : 1. Fungsi C sebelum Tr dan Tx 2. Fungsi C sesudah Tr tetapi sebelum Tx 3. Fungsi C sesudah Tx tetapi sebelum Tr 4. Fungsi C sesudah Tr dan sesudah Tx 5. Fungsi S sesudah Tr dan sesudah Tx
Jawaban 1. C sebelum Tr dan sebelum Tx C = 0,75 Yd + 20 = 0,75 (Y + Tr – Tx) + 20 = 0,75 (Y + 0 – 0) + 20 = 0,75 Y + 20 2. C sesudah Tr dan sebelum Tx = 0,75 ( Y + 40 – 0) + 20 = 0,75 Y + 30 – 0 + 20 = 0,75 Y + 50
3. C sesudah Tx tetapi sebelum Tr C = 0,75 (Y + 0 – 20) + 20 = 0,75 Y + 0 – 15 + 20 = 0,75 Y + 5 4. C sesudah Tr dan sesudah Tx C = 0,75 (Y + 40 – 20) + 20 5. S sesudah Tr dan sesudah Tx S = (1 - c) (Y + Tr - Tx ) – a = (1 – 0,75) ( Y + 40 -20 ) -20 = 0,25 Y - 15
1 - c Pendapatan Nasional Ekulibrium Y = C + I + G C = a + c Yd Yd = Y + Tr – Tx = a + c Yd + I + G = a + c (Y + Tr – Tx) + I + G = a + cY + c Tr – c Tx + I + G Y-cY = a + cTr – cTx + I + G (1 – c) Y = a + cTr – cTx + I + G Y = a + c Tr – c Tx + I + G 1 - c
Perekonomian Terbuka Y = C + I + X - M Y = C + S C + S = C + I + X – M atau S + M = I + X Jadi syarat Keseimbangan Perekonomian Terbuka bukan lagi S = I S = S0 + s Y S0 = besarnya S pd Y sebesar 0 s = MPS = Δ S/ ΔY M = M0 + m Y M0 = besarnya M pd Y sebesar 0 m = Δ M / Δ Y
Tugas. S0 + s Y + M0 + m Y = I + X a Y + m Y = I + X – S0 – M0 Y (s + m) = I + X – S0 – M0 Y = I + X – S0 – M0 s + m Tugas. Contoh: Diketahui S = - 40 + 0,3 Y M = 20 + 0,2 Y Pengeluaran I = 280 Pengeluaran X = 100 Hitunglah : Y eq, S eq, M eq, C eq, dan kondisi neraca perdagangan
Jawaban : (a) Pendapatan nasional ekuilibrium I + X – S0 - M0 Y = s + m = 280 + 100 + 40 – 20 = 800 0,3 + 0,2 (b) S eq = -40 + 0,3 Y = -40 + 0,3 X 800 = -40 + 240 = 200 (c) M eq = 20 + 0,2 Y = 20 + 0,2 X 800 = 20 + 160 = 600
(d) C eq Y = C + I + X – M 800 = C + 280 + 100 - 180 C = 800 – 200 = 600 atau C = Y – S = 800 – 200 = 600