Pertemuan 5 Bab III KORIDOR DALAM PENGELOLAAN LANSKAP (2) FAKULTAS KEHUTANAN UGM (S1) MATA KULIAH PENGELOLAAN LANSKAP Pertemuan 5 Bab III KORIDOR DALAM PENGELOLAAN LANSKAP (2) Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., M.Agr., PhD.
Studi pada Skala Landscape Studi pada skala lanskap terutama difokuskan terhadap lanskap secara keseluruhan dan bukan pada koridor tunggal. Sebagian besar penelitian observasional deskriptif atau pada skala lanskap menemukan adanya hubungan positif antara probabilitas pendudukan atau penguasaan dari sebuah patch habitat yang sesuai dan kepadatan elemen lanskap yang dianggap berfungsi sebagai koridor (e.g., Pahl et al 1988;. Bright et al 1994;. Vos and Stumpel 1996). Misalnya, dalam sebuah studi dari tupai merah (sciurus vulgaris) (Verboom and Van Apeldoorn 1990), probabilitas pendudukan patch habitat yang cocok tergantung pada jarak pagar yang mengelilingi areal perkebunan kayu yang dibuat oleh masyarakat yaitu antara 200-600 m.
Tupai merah (sciurus vulgaris)
Dalam studi lain, kemungkinan munculnya spesies holly (Ilex aquifolium) (tumbuhan cemara) tampak lebih tinggi dengan peningkatan jarak pagar tanaman 1.000 m pada lanskap pertanian (Grashof-Bokdam 1997). Pada kedua contoh, efek fragmentasi dan kualitas habitat dapat dipertanggungjawabkan.
Pada tipe analisis skala lanskap yang kedua, habitat patch yang yang benar-benar terhubung oleh koridor dibandingkan dengan patch habitat yang tidak terhubung. Dalam beberapa penelitian, kemungkinan kolonisasi yang lebih tinggi atau frekuensi yang lebih tinggi dari individu yang mengunjungi ditemukan pada patch habitat yang dihubungkan oleh koridor daripada yang patch tidak berhubungan (Dmowski dan Kozakiewicz 1990;. Dunning et al 1995).
Beberapa penelitian eksperimental pada skala lanskap telah menunjukkan efek positif dari koridor (misalnya, Mansergh dan Scotts 1989). Machtans et al. (1996) dan Desrochers dan Hannon (1997) mempelajari penggunaan jalur hutan linier antar patch hutan yang berdekatan oleh burung pada hutan pada kondisi sebelum dan sesudah panen.
Penggunaan strip oleh spesies muda terlihat meningkat, dan jumlah pergerakannya menurun secara signifikan ketika kondisi hutan sudah di panen, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan strip pada hutan adalah sebagai koridor penyebaran, Haddad (1999a) dalam sebuah studi eksperimental dengan dua spesies kupu-kupu menunjukkan bahwa koridor menyebabkan peningkatan gerakan pada tingkat interpatch.
Studi pada Skala Koridor Sebagian besar studi pada skala koridor, inventarisasi terbuat dari jenis yang ada di koridor. Namun, spesies yang terdapat di koridor tidak memberikan bukti bahwa koridor benar-benar berfungsi sebagai jalur penyebaran antara patch habitat. Penjelasan alternatif dan mungkin lebih akurat adalah bahwa koridor menyediakan habitat ekstra untuk spesies tersebut. Namun, untuk spesies yang tidak bergerak seperti tanaman, koridor yang terdiri dari habitat reproduksi mungkin satu-satunya cara efektif untuk meningkatkan konektivitas antar populasi.
Kebanyakan penelitian tentang penggunaan koridor didasarkan pada pengukuran gerakan hewan yang menggunakan radiotelemetry, menandai kembali, dan pengamatan perilaku. Keuntungan dari radiotelemetry dan pengamatan langsung teknik penandaan kembali adalah bahwa perilaku dan aktual rute yang diambil dalam lanskap heterogen dapat direkam. Sebuah indikasi tidak langsung untuk fungsi koridor jenis lanskap tertentu dapat berasal dari preferensi relatif untuk jenis habitat tertentu oleh individu yang bergerak. Misalnya, dalam beberapa penelitian yang dilakukan di lanskap pertanian, pendokumentasian preferensi untuk pagar tanaman dan menghindari bidang terbuka. (misalnya, Bright dan Morris 1991).
Searching Web for radiotelemetry http://www.michigan.gov/dnr/0,1607,7-153-10370_12143-70426--,00.html http://www.ilmb.gov.bc.ca/risc/pubs/tebiodiv/wildliferadio/rtelml20-01.htm
Pendekatan Modeling untuk Memprediksi Efektivitas Koridor Model penyebaran membantu untuk memprediksi efektivitas koridor, karena mereka mengekstrapolasi pola pergerakan individu untuk membedakan dalam konektivitas antar populasi pada lanskap atau skala regional. Secara umum, pendekatan model bertujuan untuk menyelidiki efektivitas koridor yang direncanakan atau mengetahui apakah koridor membutuhkan model spasial realistis (Wiens 1997). Ketika fokus pada perpindahan, model seperti memperhitungkan komposisi lanskap dan konfigurasi dalam kombinasi dengan parameter perpindahan spesies yang spesifik pada lanskap (Wiens et al. 1997).
Model spasial realistis gerakan didasarkan pada informasi spasial yang disediakan oleh sistem informasi geografis. Dua format umum digunakan untuk mewakili informasi spasial: grid (raster) dan vector format. Dalam representasi gerakan, kita amati perbedaan yang sama antara model dengan sel-sel gerakan di grid, dan model di mana gerakan diwakili sebagai urutan bergerak (vektor), bergerak ditandai dengan panjang, sudut, dan durasi ( Turchin 1998).
Dalam model gerakan berbasis jaringan (Johnson et al 1992a, b; Dalam model gerakan berbasis jaringan (Johnson et al 1992a, b;.. Schippers et al 1996), pilihan tujuan penyebaran sel dari wilayah yang bersebelahan melalui beberapa aturan. Model ini dapat dengan mudah mengakomodasi rincian yang spesifik, seperti preferensi untuk sel dengan habitat tertentu. Namun, batas perilaku yang ditampilkan oleh factor penyebar yang berada disisi tidak sesuai dalam pendekatan ini, sebagai format grid yang selalu bertentangan dengan render tepi dan elemen linier dalam lanskap.
Pendekatan Penelitian Tekanan untuk mengembangkan pengetahuan kita mengenai koridor tidak akan pernah selesai untuk implementasi koridor, jika penerapan ini didasarkan pada pengetahuan saat ini akan memberikan keuntungan bagi spesies yang terancam. Pengembangan kerangka kerja untuk menjelaskan karakteristik kunci suatu spesies berpengaruh terhadap keefektifan dari koridor.
Simulasi penelitian dengan model spesies dalam lanskap dengan menggunakan computer dapat digunakan sebagai pendekatan. Penelitian ini membutuhkan penjelasan mengenai interaksi antara karakteristik spesies, seperti habitat spesifik, kecepatan pergerakan spesies, tingkat kematian, pemilihan habitat, dan perilaku pada bentuk lanskap yang berbeda. Model dari dampak luasan koridor dan pergerakan atribut yang dikemukakan oleh Tischendorf dan Wissel (1997) merupakan contoh yang baik untuk pendekatan ini.
Penerapan teknik spasial yang optimal (Hof dan Bevers, 1998) membutuhkan ukuran kuantitatif dalam koridor yang efektif. Ukuran tersebut dibutuhkan untuk menghubungkan aliran individu yang berasal dari koridor. Nilai ini dapat dibandingkan untuk bentuk spasial dalam koridor yang berbeda. Menggunakan teknik yang optimal dari himpunan bentuk yang mungkin terjadi, yang paling menjanjikan akan dapat terpilih.
Pendekatan untuk penelitian empiris Secara rinci mengenai cara untuk mengevaluasi keefektifan dari koridor sebagai jalur untuk pergerakan dan checklist yang berguna untuk desain penelitian yang optimal. Untuk pemahaman yang memadai tentang koridor yang efektif untuk konservasi spesies, dibutuhkan kombinasi pendekatan penelitian yang berbeda. Pendekatan tersebut juga dapat memberikan pengetahuan dasar tentang persebaran perilaku, persebaran jarak, dan dampak dari heterogenitas lanskap
Pada pendekatan lanskap diupayakan untuk mencari korelasi antara kerapatan atau keberadaan koridor dan rekolonisasi atau keberadaan populasi, dapat digunakan untuk menjelaskan apakah spesies memperoleh manfaat dengan adanya koridor tersebut. Dari hasil pengamatan pada skala lanskap, sebuah perangkap yang penting adalah adanya faktor pengganggu.
Kajian pada skala koridor dan rute individu yang sebenarnya harus dapat memberikan bukti empiris dari keefektifan koridor dan informasi mengenai dimensi koridor yang optimal. Pada beberapa kajian koridor, seluruhnya berfokus pada koridor yang potensial, dimana pergerakan diluar matriks dari koridor seringkali diabaikan.
Untuk menjelaskan apakah tipe habitat tertentu menjadi jalur untuk persebaran organism, penggunaannya harus dapat diukur dan dibandingkan persebaran spasialnya melalui tipe habitat lainnya.
Ini juga ditunjukkan bahwa perbedaan antara kehadiran dalam koridor yang dapat dijelaskan oleh fungsi habitat dan kehadiran yang disebabkan adanya fungsi penyebaran. Namun untuk spesies immobile, habitat khusus yang ekstrim, dan koridor dengan jarak jauh, koridor juga menyediakan habitat untuk berkembang biak yang baik dan menjadi salah satu metode yang efektif untuk memfasilitasi perpindahan antara patch habitat.