Perkembangan Inflasi Kota Surabaya Surabaya , Agustus 2017
Tren Pergerakan Inflasi Kota Surabaya dan Jawa Timur
Inflasi Volatile Food (YOY Tren Inflasi Kota Surabaya Perkembangan inflasi Kota Surabaya relatif sejalan dengan inflasi Jawa Timur yang menunjukan tren perlambatan terutama untuk kelompok volatile food dan inti. Di sisi lain, perlu diwaspadai inflasi kelompok administered price yang terus meningkat seiring dengan berbagai kebijakan pemerintah, a.l. Penyesuaian tarif listrik, bensin non subsidi dan biaya perpanjangan STNK. Inflasi Inti (YOY) Inflasi Administered Price (YOY) Inflasi Volatile Food (YOY
Historis Pencapaian Inflasi Tahunan (yoy) Secara historis dalam kurun waktu waktu empat tahun terakhir, inflasi tahunan kelompok inti yang mempunyai bobot terbesar dalam komponen pembentuk inflasi di Kota Surabaya relatif lebih terjaga dan berada di kisaran 4,62% (yoy). Secara historis dalam kurun waktu waktu empat tahun terakhir, inflasi tahunan Kota Surabaya sedikit lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok volatile food yang pada akhirnya mendorong relatif tingginya inflasi Kota Surabaya.
Historis rata-rata inflasi tahunan (yoy) sektoral Kota Surabaya Secara historis dalam kurun waktu waktu lima tahun terakhir, rata-rata kenaikan inflasi Kota Surabaya masih berada pada kisaran 4±1%, kecuali untuk kelompok Kesehatan, Makanan Jadi-Minuman-Rokok & Tembakau dan Bahan Makanan.
Inflasi tahunan sektoral (yoy) Kota Surabaya pada tahun 2016 Secara historis pada tahun 2016, rata-rata kenaikan inflasi Kota Surabaya masih berada pada kisaran 4±1%, kecuali untuk kelompok Kesehatan dan Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau.
Prospek Inflasi 2017
Proyeksi Inflasi 2017 Inflasi 2017 diperkirakan berada di rentang 4,40%-4,80% (yoy) terutama didorong oleh kenaikan inflasi di kelompok AP dibandingkan tahun lalu. Realisasi inflasi IHK tw I 2017 lebih tinggi dibandingkan periode yg sama tahun lalu terutama didorong oleh kelompok AP akibat kenaikan biaya perpanjangan STNK sebesar 100% dan kenaikan tarif listrik 900VA secara bertahap sesuai harga keekonomiannya. Inflasi tw II 2017 juga cenderung lebih tinggi karena dampak tahunan penyesuaian tarif energi (listrik 900 VA, BBM), serta perayaan Lebaran dan Ramadhan. Inflasi tw III 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain dampak tahunan kebijakan administered prices, perayaan Idul Adha serta potensi adanya kenaikan harga BBM dan LPG pasca lebaran turut berisiko mendorong inflasi. Inflasi tw IV 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu akibat dampak tahunan dari penyesuaian tarif kelompok AP yang terjadi pada semester I 2017 Selain itu, inflasi beras diperkirakan lebih tinggi akibat masa tanam yang berlangsung di tw IV 2017, berbeda dg 2016 dimana pd tw IV telah berlangsung panen padi di beberapa wilayah. Meskipun tekanan inflasi meningkat, tingkat inflasi diperkirakan masih akan berada pada rentang sasaran inflasi 4+1. Inflasi IHK 2017 2017 Volatile Food Administered Price Core Inflation Inflasi volatile food 2017 diperkirakan cenderung lebih rendah dibandingkan 2016, didorong efektivitas strategi TPID dalam menjaga pasokan (terutama saat Ramadhan dan Lebaran), termasuk melalui dibukanya gerai stabilisasi harga permanen di banyak wilayah. Meskipun demikian, tekanan pada harga beras berpotensi mendorong inflasi karena pada tw IV 2017 musim tanam padi masih berlangsung, berbeda dg 2016. Tekanan inflasi di kelompok AP di 2017 bersumber dari penyesuaian tarif listrik 900VA sesuai keekonomiaanya secara bertahap (Jan, Mar,Mei) penyesuaian harga rokok akibat kenaikan cukai, penyesuaian jasa perpanjangan STNK, serta kenaikan harga BBM non subsidi sejalan dg tren kenaikan harga minyak dunia Tekanan inflasi dari kelompok inti juga diperkirakan cenderung lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Terjaganya ekspektasi masyarakat, terutama pada saat hari besar keagamaan mendorong penurunan tekanan inflasi tersebut. Di sisi lain, tekanan muncul dari peningkatan permintaan saat perayaan natal dan tahun baru, serta dampak lanjutan penyesuaian tarif listrik pada sewa dan kontrak rumah
Summary Risiko Inflasi (2017) Risiko inflasi pada tahun 2017 terutama bersumber dari kelompok AP, dampak lanjutannya terhadap komoditas inti dan pangan, serta peningkatan permintaan pada periode Ramadhan-Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru . Faktor Risiko Potensi Dampak thdp Inflasi IHK Volatil e Food Upside Risk Kenaikan permintaan bahan pangan pada periode Ramadhan-Idul Fitri, serta Idul Adha Padi memasuki masa tanam di triwulan IV 2017, berbeda dengan tahun tahun sebelumnya di mana triwulan IV merupakan masa panen di beberapa sentra produksi. Peraturan pengurangan produksi DOC oleh Kementerian Pertanian untuk mencegah anjloknya harga daging ayam. Pengiriman pasokan beras Jatim ke luar daerah langsung dari daerah sentra produksi, sehingga tidak masuk ke daerah konsumen Jawa Timur Downside Risk Regulasi pemerintah Jatim (Operasi Pasar dan Bantuan Ongkos Angkut) meminimalkan dampak kenaikan harga pangan saat terjadi shortage/kenaikan permintaan Adanya berbagai upaya percepatan pembangunan infrastruktur berpotensi mendorong peningkatan produksi pertanian (a.l. waduk dan irigasi). Selain itu, bantuan alsintan (a.l combine harvester, transplanter), subsidi benih dan pupuk, pengembangan padi dengan produktivitas tinggi (a.l padi hibrida), dibukanya keran impor beberapa komoditas seperti aneka cabai, serta rendahnya kendala distribusi bahan pangan strategis di sepanjang tahun menahan peningkatan inflasi. Beroperasinya gerai stabilisasi harga seperti KIPPAS, Toko Tani, dan RPK. LOW Adm. Prices Penyesuaian tarif listrik golongan rumah tangga di atas 1300VA sesuai harga keekonomiannya (baseline) Berlanjutnya penyesuaian harga rokok (baseline) Potensi kenaikan harga energi (TTL non subsidi, BBM subsidi dan non subsidi) apabila terjadi kenaikan harga minyak dunia dan depresiasi nilai tukar pasca lebaran. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) secara bertahap untuk kelompok pelanggan dengan daya 900VA yaitu dari Rp605 menjadi Rp791/kWh per 1 Januari 2017, Rp1.034/kWh mulai 1 Maret 2017, dan Rp1.352/kWh per 1 Mei 2017 sejalan dengan Permen ESDM No.28 Tahun 2016. (baseline) Penyesuaian tarif listrik dengan daya 450VA sesuai keekonomiannya (risk) Penyesuaian harga LPG 3 kg Rp1000,-/kg (risk) Dampak penyesuaian tarif jasa perpanjangan STNK di Januari 2017 Penyelenggaraan mudik gratis 2017 oleh Pemprov Jawa Timur melalui Dinas Perhubungan melalui moda bus, kereta api, dan kapal laut HIGH Core Dampak lanjutan berbagai kebijakan administered pada biaya dan harga di kelompok core inflation (seperti tarif listrik terhadap sewa rumah, BBM terhadap tarif angkutan) Potensi depresiasi nilai tukar rupiah sebagai dampak peningkatan FFR serta potensi pengurangan balance sheet Federal Reserve di semester II 2017 seiring membaiknya perekonomian AS. Global economic recovery turut mendorong peningkatan harga komoditas globalberdampak pada imported inflation. Meningkatnya permintaan masyarakat secara seasonal saat perayaan Idul Adha, libur sekolah, serta tahun baru. MODERATE
Prospek Inflasi 2018
3,5 ± 1% Proyeksi Inflasi 2018 PMK No. 93/PMK.011/2014 Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi tahun 2016, 2017, dan 2018 tanggal 21 Mei 2014 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2016 – 2018, masing-masing sebesar 4%, 4% dan 3,5% masing-masing dengan deviasi ±1%. PMK No. 93/PMK.011/2014 tanggal 21 Mei 2014 Target Inflasi 2018 3,5 ± 1%