VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN SUBTANTIF
VERIABEL SAMPLING Adalah Teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran jumlah atau saldo untuk mengestimasi rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian subtantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan : Melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) Menguji kewajaran suatu jumlah
LANJUTAN Jika veriabel sampling digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitunganya akan berupa nilai rupiah (rerata dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu intervel jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi: Jika klien tidak mennyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar (misal klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim, atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya). Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statitical sampling.
LANJUTAN Auditor juga dapat menggunakan variabel sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Jika dalam auditnya auditor menerima menerima saldo suatu unsur di lap keu itu dan hanya melakukan adjustment thd nilai jika terdapat salah saji material maka auditor menggunakan uji hipotesis
VARIABEL SAMPLING UNTUK UJI HIPOTESIS Pengambilan sampel dalam pengujian subtantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap berikut ini: Penentuan tujuan pengambilan sampel Penentuan populasi Penentuan sampling unit Penentuan besarnya sampel Penentuan metode pemilihan sampel Pemeriksaan sampel Evaluasi hasil sampel
PENENTUAN TUJUAN PENGAMBILAN SAMPEL Tujuan pengambilan sampel dalam pengujian subtantif: Untuk menentukan jumlah saldo akun yang dianggap benar oleh auditor dengan menggunakan teknik penaksiran atau estimasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel. Untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah yang ditaksir tersebut dengan jumlah yang bersangkutan didalam buku secara material benar atau menolaknya. Contoh Menurut buku kliennya jumlah sediaan yang dicatat didalam buku besar Rp 500 juta. Misalnya hasil dari pemeriksaan thd sampel, auditor memperkirakan saldo sediaan tersebut adalah Rp 490 juta. Terdapat perbedaan RP 10 juta, auditor harus mempertimbangkan apakah perbedaan tersebut material atau tidak.
LANJUTAN Hipotesis no dan hipotesis alternatif, tujuan uji hipotesis adalah untuk membedakan dua kemungkinan yang saling meniadakan yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Dalam pengujian hipotesis auditor harus memilih dua alternatif sbb: Hipotesis nol, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material benar Hipotesis alternatif, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material tidak benar
LANJUTAN Simbol untuk hipotesis nol dan hipotesis alternatif adalah sebagai berikut : H0 = ( AV- BV) < A H1 = (AV - BV) ≥ A AV = audited value yaitu nilai hasil audit, yang ditaksir dari pemeriksaan thd sampel BV = Book Value yaitu nila yang tercantum pada lap keu A = Acceptable precision yaitu besarnya penyimpangan dari saldo yang masih diterima oleh auditor Contoh : seorang auditor melakukan pengujian subtantif terhadap sediaan. Dia ingin menguji kewajaran saldo sediaan di dalam neraca Rp 30 juta.menurut pertimbangannya jika beda antara saldo sediaan yang tercantum di dalam lap keu klien dengan saldi yang dihitung dari sampel yang akan diambil sebesar Rp 2 juta, perbedaan tsb dianggap material. Atas dasar data tsb hipotesis statistik dpt dirumuskan sbb : H0 = (AV – Rp 30 juta) < Rp 2 Juta atau Rp 28 juta < AV < 32 juta H1 = (AV – Rp 30 juta) ≥ Rp 2 juta
PENENTUAN POPULASI Bila tujuan pengambilan sampel sudah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah menentukan populasi. Dalam menentukan populasi auditor harus mempertimbangkan tiga kondisi sbb: Jika tujuan pengujian diarahkan untuk mendeteksi kelengkapan unsur yang dicatat, maka populasi yang akan diperiksa oleh auditor bukan unsur yang dicatat didalam lap keu klien. Misal bila ingin melalukan pemeriksaan thd utang dengan tujuan subtantif untuk menemukan hutang yang tidak tercatat maka populasi yang diambil adalah daftar pemasok yang berbisnis dengan klien selama setahun. Contoh lain bila ingin memeriksa hutang denga tujuan subtantif menemukan pembayaran yang tidak tercatat maka populasi yang diambil adalah catatan pengeluaran kas setelah tanggal neraca.
LANJUTAN Saldo debit dan saldo kredit dapat digolongkan secara terpisah untuk tujuan pengambilan sampel. Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak mencakup semua unsur dalam populasi tersebut.
PENENTUAN SAMPLING UNIT Sampling unit adalah unsur2 secara individual yang terdapat dalam populasi yang dapat berupa : Saldo akun Suatu transaksi yang membentuk saldo akun. Suatu dokumen yang menjadi bukti terjadinya transaksi. Dalam menentukan sampling unit, auditor harus mempertimbangkan tujuan pengambilan sampel dan kemungkinan auditor memperoleh hasil yang bermanfaat.
PENENTUAN BESARNYA SAMPEL Besarnya sampel ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan 4 faktor berikut ini: Besarnnya standar deviasi Tingkat resiko yang ditanggung auditor Besarnya kekeliruan yang apat diterima auditor Kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan dijumpai dalam populasi
LANJUTAN Rumus besarnya sampel dengan metode sampling statistik = n = (UR x SD) A A= M x UR UR + Z Beta
STANDAR DEVIASI Standar deviasi akan menunjukan bila terdapat unsur unsur dalam populasi yang sangat bervariasi Semakin besar standar deviasi maka semakin besar sampel yang diambil
TINGKAT RESIKO YANG DITERIMA / DITANGGUNG Menerima atau menolak suau jumlah yang dihasilkan oleh suatu sampel memiliki dua macam resiko : Resiko keliru menolak / Kesalahan Alfa Resiko keliru menerima / Kesalahan Beta
MATRIK HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS KESIMPULAN AUDITOR KONDISI SESUNGGUHNYA NILAI YANG TERCANTUM DI LAPORAN KEUANGAN SECARA MATERIAL BENAR SECARA MATERIAL SALAH MENERIMA NILAI YANG TERCANTUM DI BUKU SEBAGAI JUMLAH YANG BENAR KEPUTUSAN BENAR KESALAHAN BETA MENOLAK NILAI YANG TERCANTUM DI BUKU SEBAGAI JUMLAH YANG SALAH KESALAHAN ALFA
LANJUTAN Kesalahan Alfa ditentukan dengan menetapkan tingkat kepercayaan misal resiko alfa adalah sebesar 1-95% =5%. Kesalahan alfa berakibat dilakukan pengujian tambahan untuk memeriksa obyek yang diaudit. contoh : auditor harus memeriksa catatan pengiriman barang, jika hasil prosedur audit konfirmasi piutang usaha, auditor berkesimpulan bahwa saldo piutang yang disajikan klien keliru.
LANJUTAN Kesalahan Beta merupakan tingkat resiko keliru menerima secara kuantitatif dihiutng dengan rumus : Kesalahan Beta = R (IC x AR) R = resiko akhir yang ditanggung auditor IC = resiko pengendalian AR = resiko anilitical
LANJUTAN Contoh : ditentukan resiko akhir sebesar 5%, auditor juga menentukan resiko pengendalian sebesar 3 % dan resiko analitical sebsar 3 %, maka kesalahan beta sebesar ? Kesalahan beta = R / (AC x AR) = 0,5 / ( 0,30 x 0,30) = 0,55 = 55%
MATERIALITAS Untuk menentukan besarnya kekeliruan dalam populasi (materialitas) dapat menempuh cara sbb: Kesalahan rupiah populasi didasarkan pada informasi dari pemeriksaan tah yang lalu. Auditor dapat mempertimbangkan tipe akun yang diperiksa. Auditor dapat menggunakan pengujian yang serupa untuk memperkirakan kekeliruan rupiah.
KETEPATAN YANG DAPAT DITERIMA AUDITOR RUMUS A = M UR UR + Z beta
PENENTUAN METODE PEMILIHAN SAMPEL Judgment sampling Systematic sampling Random sampling