UTANG JANGKA PANJANG (OBLIGASI) Oleh dyah rosna yustanti
PENGERTIAN DAN JENIS KEWAJIBAN JANGKA PANJANG JENISI – JENIS OBLIGASI MENENTUKAN HARGA OBLIGASI PENCATATAN PENGELUARAN OBLIGASI PENCATATAN PENANAMAN MODAL DALAM OBLIGASI PENJUALAN OBLIGASI SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO PELUNASAN OBLIGASI SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO PERTUKARAN OBLIGASI
Pengertian Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban jangka panjang adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan (mana yang lebih panjang), dan (2) dengan menggunakan aktiva tidak lancar yang ada atau dengan menimbulkan kewajiban jangka panjang lainnya atau dengan mengalihkan menjadi modal saham.
JENIS KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Hipotik (Mortages Payable) Utang wesel jangka panjang (long-term Noters Payable) Utang sewa-guna-usaha (lease Obligations) Utang Obligasi (Bond Payable)
Wesel jangka panjang Wesel jangka panjang disebut juga wesel angsuran karena pelunasannya dapat dilakukan melalui angsuran dan pengangsurannya dapat dilakukan beberapa kali dalam jangka waktu yang cukup panjang. Contoh : PT. FUJIYAMA meminjam uang sebesar Rp 60.000.000 dengan menarik promes dengan bunga 12%. Promes tersebut akan dilunasi dengan 6 kali angsuran tahunan. Maka jurnal yang dibuat oleh PT. FUJIYAMA untuk mencatat transaksi di atas adalah : kas Rp 60.000.000 utang wesel Rp 60.000.000
JUMLAH ANGSURAN TIDAK SAMA BESAR Pada cara ini angsuran satu dengan angsuran lain tidak sama besar. Contoh : misalkan promes yang ditarik PT. FUJIYAMA diatas harus diangsur setiap tanggal 31 desember. Dengan demikian besarnya angsuran tahunan terdiri atas pokok pinjaman sebesar Rp 10.000.000 (1/6 x Rp 60.000.000) ditambah bunga sampai dengan saat angsuran dibayar. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat angsuran pertama dan angusran kedua adalah sbb : 2011 Des 31 utang wesel Rp 10.000.000 beban bunga Rp 7.200.000 kas Rp 17.200.000 (untuk mencatat angsuran promes termasuk bunga 12% x Rp 60.000.000)
2012 Des 31 utang wesel Rp 10. 000. 000 beban bunga Rp 6. 000 2012 Des 31 utang wesel Rp 10.000.000 beban bunga Rp 6.000.000 kas Rp16.000.000 (untuk mencatat angsuran promes termasuk bunga 12% x Rp 50.000.000)
JUMLAH ANGSURAN SAMA BESAR Dalam hal ini angsuran atas pokok pinjaman sama besarnya tetapi bunga yang harus dibayar tidak sama besar, sehingga total jumlah yang harus dibayar tidak sama besar. Contoh apabila wesel yang bernilai nominal Rp 60.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun, akan diangsur setiap akhir tahun selama 6 tahun, maka nilai nominal tersebut harus kita bagi dengan faktor diskontonya yang dapat dicari dari tabel. Dengan menggunakan tabel tersebut, pada kolom 12% dan baris ke 6 dapat ditentukan faktor diskontonya yaitu 4.1114. dengan demikian angsuran yang harus dilakukan adalah Rp 60.000.000 : 4.1114 = Rp 14.594.000 per tahun (dibulatkan)
Hutang Obligasi Hutang yang diperoleh melalui penjualan surat surat obligasi (bukti tertulis dalam bentuk obligasi)
TABEL PEMBAGIAN BUNGA DAN POKOK PINJAMAN DALAM TIAP ANGSURAN Akhir periode (a) Saldo awal pokok pinjaman (b) Angsuran periodik (c) Beban bunga periode ini (a) x 12% (d) Bagian pokok pinjaman (b)-(c) (e) Saldo akhir pokok pinjaman 31/12/2011 Rp 60.000.000 Rp 14.594.000 Rp 7.200.000 Rp 7.394.000 Rp 52.606.000 31/12/2012 Rp 6.313.000 Rp 8.281.000 Rp 44.325.000 31/12/2013 31/12/2014 31/12/2015 31/12/2016
Jenis jenis Obligasi Pengelompokan obligasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu : Ditinjau dari waktu jatuh temponya, ada dua macam obligasi yaitu : Obligasi biasa (term bonds) adalah obligasi yang jatuh tempo pada saat yang sama Obligasi berseri (serial bonds). adalah obligasi yang jatuh temponya berurutan dalam periode-periode tertentu.
Jenis jenis Obligasi Ditinjau dari jaminannya, ada dua macam obligasi yaitu : obligasi yang dijamin Jaminan ini berbentuk aktiva tetap yang dimiliki perusahaan (hipotik). Obligasi yang dijamin berarti memberi jaminan pada investor bila perusahaan tidak dapat membayar utangnya, investor dapat mengklaim jaminan itu. Jaminan yang diberikan dapat beberapa tingkatan, jaminan tingkat pertama berarti mempunyai klaim yang pertama, jaminan tingkat kedua berarti klaimnya terhadap jaminan adalah sesudah obligasi dengan jaminan pertama. Kadang-kadang jaminan dapat diberikan dalam bentuk surat-surat berharga (saham dan obligasi) perusahaan lain yang dimiliki. dan obligasi yang tidak dijamin.
Jenis jenis Obligasi Obligasi yang dijamin oleh pihak lain disebut obligasi bergaransi, misalnya perusahaan induk menjamin obligasi anak perusahaannya. Obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham disebut obligasi yang dapat ditukarkan, pertukaran ini tergantung pada keinginan pemegang obligasi. Apabila obligasi dapat ditukarkan dengan saham maka investor dapat mengubah pemiliknya menjadi pemegang saham, oleh karena itu obligasi seperti ini banyak menarik perhatian investor.
Jenis jenis Obligasi Ditinjau dari bentuknya obligasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: obligasi atas nama Obligasi atas nama hanya dapat diambil bunganya oleh orang yang namanya terdaftar, sehingga kalau dijual harus dilaporkan ke perusahaan yang mengeluarkan obligasi itu. obligasi kupon. Obligasi kupon merupakan obligasi yang bebas, tidak atas nama. Setiap lembar obligasi disertai dengan kupon-kupon sebanyak tanggal pembayaran bunga, kupon-kupon itu digunakan untuk mengambil bunga. Karena tidak atas nama maka penjualan obligasi ini tidak perlu diberitahukan pada perusahaan yang mengeluarkan.
MENENTUKAN HARGA OBLIGASI Harga jual (beli) obligasi tidak selalu sebesar nilai nominalnya. Besarnya harga ditentukan oleh tingkat bunga obligasi. Semakin besar bunganya, harga obligasi semakin tinggi dan sebaliknya semakin kecil bungan obligasi, semakin rendah harganya Untuk menentukan besarnya harga obligasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN OBLIGASI Untuk memahami akuntansi tentang obligasi, perlu difahami beberapa istilah yang telah disinggung diatas, yaitu : Nilai nominal obligasi adalah nilai yang tercantum (dicetak) pada surat obligasi. Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dilunasi pada tanggal jatuh obligasi tersebut. Tanggal jatuh adalah tanggal obligasi yang bersangkutan akan dilunasi Bunga obligasi adalah bunga per tahun yang akan dibayar kepada pemegang obligasi. Tanggal bunga adalah tanggal pembayaran bunga obligasi. Misalkan obligasi yang mencantumkan tanggal bunga ¼ - 1/10, berarti bahwa bunga akan dibayar setiap tanggal 1 april dan 1 oktober.
Contoh Penerbitan obligasi diawali dengan percetakan dan penandatanganan perjanjian obligasi oleh perusahaan penerbit obligasi dan menyerahkannya pada trutee dari para pemegang obligasi. Pada saat itu perusahaan membuat sebuah memo penerbitan obligasi yang berbunyi : “disetujui untuk menerbitkan obligasi senilai Rp 8.000.000.000, bunga 9%, jangka waktu 20 tahun, tertanggal 1 januari 2012, dengan pembayaran bunga setiap tanggal 1 juli dan 1 januari. Setelah perjanjian obligasi diserahkan kepada trustee, maka obligasi seluruhnya atau sebagian sudah dapat dijual. Seandainya seluruh obligasi terjual sebesar nilai nominalnya, maka perusahaan penerbit obligasi akan membuat jurnal sebagai berikut : 1/1/2012 kas Rp 8.000.000.000 utang obligasi Rp 8.000.000.000
Lanjutan... Apabila pada tanggal 1 juli 2012, perusahaan membayar bunga obligasi untuk periode 6 bulan (1 januari 2012 sampai 1 juli 2012), maka jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi pembayaran bunga obligasi adalah sebagai berikut: 1/7/2012 beban bunga Rp 360.000.000 kas Rp 360.000.000 Pada saat obligasi dilunasi (tanggal 1 januari 2032), perusahaan akan membuat jurnal sebagai berikut : 1/1/2032 utang obligasi Rp 8.000.000.000 kas Rp 8.000.000.000
OBLIGASI DIJUAL DIANTARA DUA TANGGAL BUNGA Obligasi kadang2 dijual pada tanggal penerbitannya, yang biasanya juga merupakan tanggal bunga, seperti dalam contoh diatas. Namun sering terjadi bahwa penjualan obligasi dilakukan setelah tanggal penerbitannya sehingga transaksi tersebut terjadi diantara dua tanggal bunga. Dalan situasi seperti itu, timbul masalah yang berkaitan dengan bunga sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai saat terjadi transaksi penjualan yang biasa disebut sebagaimana diketahui, perusahaan penerbit obligasi selalu akan membayar bunga untuk periode tertentu (misalnya 6 bulan) dan pembayarannya dilakukan di belakang..
Oleh karena itu, jika penjualan obligasi dilakukan di antara tanggal bunga, maka bunga berjalan (yaitu bunga untuk periode setelah tanggal bunga terakhir sampai tanggal penjualan obligasi) harus dibebankan pada pembeli obligasi. Namun,pada tanggal bunga, pembeli obligasi akan menerima bunga untuk 6 bulan, sehingga beban bunga akan dikembalikan kepada pembeli obligasi, sehingga beban bunga akan dikembalikan kepada pembeli obligasi. Sebagai contoh, misalkan perusahaan menjual obligasi pada tanggal 1 maret seharga nilai nominalnya yaitu Rp 100.000. bunga obligasi tersebut adalah 9% tanggal bunga 1 januari dan 1 juli. Dalam situasi seperti itu, maka timbul masalah bunga berjalan .periode yang termasuk dalam periode bunga berjalan dapat dilihat dalam bagan berikut :
1/1 1/3 1/7
Pada bagan diatas nampak bahwa apabila transaksi penjualan obligasi terjadi pada tanggal 1 maret, maka bunga yang menjadi hak pembeli obligasi adalah selama periode B (1 maret – 1 juli), sedang bunga selama periode A (disebut bunga berjalan) selama 2 bulan, bukan hak pembeli obligasi. Akan tetapi pada tanggal 1 juli, perusahaan penerbit obligasi akan membayar bunga untuk satu periode pembayaran bunga, yaitu untuk 6 bulan atau sebesar Rp 4.500 (Rp 100.000 x 9% x 6/12). Oleh karena itu agar pembeli obligasi menerima bunga tidak melebihi haknya (4 bulan), maka pada saat penjualan, pembeli akan dibebani bunga selama 2 bulan atau Rp 1.500 (Rp 100.000 x 9% x 2/12), yang nantinya akan dikembalikan pada saat pembeli menerima bunga dari perusahaan.
Dengan demikian jurnal yang dibuat pada saat transaksi penjualan obligasi sbb : 1 mar kas Rp 101.500 utang bunga Rp 1.500 utang obligasi Rp 100.00 (penjualan obligasi Rp 100.000, 9%, bunga berjalan 2 bulan) Jurnal yang dibuat pada saat perusahaan membayar bunga obligasi adalah sbb : 1 juli utang bunga Rp 1.500 beban bunga Rp 3.000 kas Rp 4.500
PENJUALAN OBLIGASI DENGAN DISKONTO Diskonto atas utang obligasi terjadi apabila perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang tingkat bunga kontrak nya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar. Investor akan menanamkan uangnya pada investasi apa saja yang akan memberi hasil (setidak-tidaknya) sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku. Oleh karena itu, jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, maka investor hanya akan bersedia untuk membeli obligasi tersebut dengan harga di bawah nilai nominalnya. Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 januari 2010, perusahaan mengeluarkan obligasi bernilai nominal Rp 100.000.000.000, bunga 8 %, dengan jangka waktu 10 tahun. Pada saat obligasi akan diterbitkan, tingkat bunga pasar yang berlaku adalah 9%.
Lanjutan... Dalam situasi yang demikian, investor tidak akan bersedia membeli obligasi tsb karena tingkat bunga nya lebih rendah daripada tingkat bunga pasar. Agar investor bersedia membeli obligasi tersebut, maka harga obligasi harus diturunkan. Dengan kata lain,dalam situasi di atas, obligasi hanya akan laku dijual apabila harga jual obligasi lebih rendah daripada nilai nominalnya. Selisih antara nilai nominal dengan harga jual yang lebih rendah daripada nilai nominalnya disebut diskonto. Dalam cotoh di atas, jika obligasi dijual dengan harga Rp 93.492.000.000, maka diskontonya adalah Rp 6.508.000.000. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan obligasi dengan diskonto adlah sbb : 1 jan kas Rp 93.492.000.000 diskonto obligasi Rp 6.508.000.000 utang obligasi Rp 100.000.000.000
AMORTISASI DISKONTO Dalam contoh diatas, perusahaan menerima kas dari hasil penjualan obligasi sebesar Rp 93.492.000.000 tetapi 10 tahun kemudian harus melunasi obligasi tersebut sebesar nilai nominalnya yaitu Rp 100.000.000.000. diskonto yang timbul sebsar Rp 6.508.000.000 ( Rp 100.000.000.000 - Rp 93.492.000.000 ) merupakan beban pemakaian dana. Beban ini timbul karena tingkat bunga kontrak lebih rendah daripada tingkat bunga pasar. Beban tsb harus dibayar pada saat jatuh obligasi. Namun demikian, karena manfaat pemakaian pinjaman obligasi berlangsung selama beberapa tahun, maka beban ini juga harus disebarkan pada beberapa tahun, maka beban ini juga harus disebarkan pada periode2 yang memperoleh manfaat dari pinjaman obligasi tersebut. Oleh karena itu, setiap periode akuntansi selama masa pinjaman obligasi harus mendapat bagian beban yang layak. Pengalokasian beban ini dapat dilakukan dengan dua metode yang akan diuraikan dibawah ini
METODA GARIS LURUS Proses pengalokasian diskonto selama jangka waktu obligasi disebut amortisasi. Metoda amortisasi yang sederhana adalah metoda amortisasi diskonto garis lurus. Dalam metoda ini, diskonto dialokasikan ke dalam jumlah yang sama untuk setiap periode. Apabila diterapkan pada contoh diatas, maka diskonto obligasi sebesar Rp 6.508.000.000 dialokasikan selama 10 tahun dengan alokasi per tahun sebesar Rp 650.000.000 (catatan: angka ini adalah hasil pembulatan, tetapi pada amortisasi yang terakhir akan disesuaiakan seperti terlihat pada tabel). Pencatatan amortisasi diskonto, biasanya dilakukan bersamaan dengan pencatatan transaksi pembayaran bunga. Oleh karena itu amortisasi dilakukan dua kali dalam setahun, masing2 sebesar Rp 325.000.000 (Rp 650.000.000 :2)
Jurnal untuk mencatat amortisasi obligasi pada tanggal 1 juli 2010 (tanggal pembayaran bunga) adl sbb : 1 juli beban bunga Rp 325.000.000 diskonto obligasi Rp Rp 325.000.000 Pada tanggal yang sama perusahaan juga membuat jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran bunga sbb : 1 juli beban bunga Rp 4.000.000.000 kas Rp 4.000.000.000 Kedua jurnal di atas, karena terjadi pada tanggal yang sama dan sama2 berpengaruh pada beban bunga, dapat juga dijadikan satu, sbb: 1 juli kas Rp 4.325.000.000 diskonto obligasi Rp 325.000.000 kas Rp 4.000.000.000
Lanjutan... Oleh karena pembayaran bunga dan amortisasi berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan akan berpengaruh pada nilai buku obligasi yang berubah setiap 6 bulan, maka biasanya perusahaan membuat suatu tabel. Dalam tabel tsb terlihat beban bunga yang dicatat perusahaan, amortisasi diskonto dsb.
PERHITUNGA BIAYA BUNGA DAN AMORTISASI DISKONTO OBLIGASI DENGAN METODA GARIS LURUS (DALAM JUTAAN RUPIAH) Periode Nilai buku awal periode Beban bunga yang dicatat Bunga yang dibayarkan kepada pemegang obligasi amortisasi Diskonto yang belum di amortisasi Nilai buku akhir periode 1 Rp 93.492 Rp 4.325 Rp 4.000 Rp 325 Rp 6.183 Rp 93.817 2 5.858 94.142 3 Rp 94.142 5.533 94.467 4 Rp 94.467 5.208 94.792 5 Rp 94.792 4.883 95.117 6 Rp 95.117 4.558 95.442 7 Rp 95.442 4.233 95.767 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
MENENTUKAN HARGA OBLIGASI Misalnya : Pada tanggal 1 Januari 1991 Tuan Syarif membeli obligasi dari PT. Harmoni nilai nominalnya Rp. 10.000.000,- bunga 7% per tahun dibayar setiap tanggal 31 Desember, jatuh tempo tanggal 31 Desember 1995, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sesungguhnya (tarif efektif) sebesar 8%. Perhitungan harga beli oleh Tuan Syarif sebagai berikut : Nilai tunai jumlah jatuh tempo = Rp. 10.000.000,- x A7p = Rp. 10.000.000,- x A 578 = Rp. 10.000.000,- x 0,68058 = Rp. 6.805.000,-
MENENTUKAN HARGA OBLIGASI (b) Nilai tunai bunga yang akan diterima = Rp. 700.000,- x a7p = Rp. 700.000,- x a 578 = Rp. 700.000,- x 3,99271 = Rp. 2.794.897,- Jadi harga beli obligasi di atas agar menghasilkan tarif efektif 8% adalah sebesar Rp. 6.805.800,- + Rp. 2.794.897,- = Rp. 9.600.697,- atau dengan kata lain ada disagio obligasi sebesar Rp. 10.000.000,- - Rp. 9.600.697,- = Rp. 399.303,-.
(a) Nilai tunai jumlah jatuh tempo Apabila dalam contoh di atas hasil sesungguhnya (tarif efektif) yang diharapkan sebesar 5% maka harga obligasi sebagai berikut : (a) Nilai tunai jumlah jatuh tempo = Rp. 10.000.000,- x A7p = Rp. 10.000.000,- x A 575 = Rp. 10.000.000,- x 0,78353 = Rp. 7.835.300,- (b) Nilai tunai bunga yang akan diterima = Rp. 700.000,- x a7p = Rp. 700.000,- x a 575 = Rp. 700.000,- x 4,32948 = Rp. 3.030.636,- Harga belinya sebesar = Rp. 7.835.300,- + Rp. 3.030.636,- = Rp. 10.865.936,- atau dengan kata lain ada agio obligasi sebesar Rp. 865.936,-.
PENCATATAN PENGELUARAN OBLIGASI Pengeluaran Obligasi dapat Di catat dengan dua cara: Dicatat hanya obligasi yang terjual. Dicatat obligasi yang terjual maupun yang belum terjual Example. Pada tanggal 1 januari 2002 PT. Manophos merencanakan meneluarkan obligasi sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 10%/tahun, obligasi akan dijual pada waktu yang berbeda, tergantung kepada kebutuhan uang, misalnya transaksi terjadi seperti jurnal di bawah ini :
Di catat hanya yg terjual Transaksi Jurnal Tgl 1 Januari merencanakan pengeluaran obligasi 10% Rp 1.000.000 Tidak ada jurnal 1 April oblogasi nominal 700.000 dijual dengan kurs 105 Kas Rp 735.000 Utang Obligasi Rp 700.000 Agio Obligasi Rp 35.000 18 oblogasi nominal 100.000 dijual dengan kurs 99% Kas Rp 99.000 Disagio Obligasi Rp 1.000 Utang Obligasi Rp 100.000
Di catat hanya yg terjual maupun yang belum terjual Transaksi Jurnal Tgl 1 Januari merencanakan pengeluaran obligasi 10% Rp 1.000.000 Obligasi yang belum terjual Rp 1.000.000 Otorisasi Utang Obligasi Rp 1.000.000 1 April oblogasi nominal 700.000 dijual dengan kurs 105 Kas Rp 735.000 Utang Obligasi Rp 700.000 Agio Obligasi Rp 35.000 18 oblogasi nominal 100.000 dijual dengan kurs 99% Kas Rp 99.000 Disagio Obligasi Rp 1.000 Utang Obligasi Rp 100.000
Kadang kadang penjualan obligasi dapat dilakukan dengan cara pesanan, dengan cara ini pemebeli membayar uang uang muka dan akan melunasi pada tanggal tertentu. Dalam penjualan obligasi melalui pesanan, surat obligasi akan diserahkan setealah pembeli melunasinya, sedangkan yang belum dilunasi akan dicatat kedalam rekening piutang obligasi dan yang sudah di lunasi akan di catat kedalam rekening utang obligasi. Pencatatan agio atau disagio dilakukan pada waktu pesanan di terima.
Transaksi Jurnal Jurnal yang dibuat bila terjadi pesanan obligasi sbb: Hanya obligasi yang terjual yang di catat Transaksi Jurnal Tgl 1 Januari merencanakan pengeluaran obligasi 10% Rp 1.000.000 (nominal @ Rp 1000 ) Tidak ada jurnal 1 Mei diterima Pesananl200 lembar obligasi dengan kurs 101, pembayaran pertama 40% Kas Rp 80.800 Piutang Pesanan Obls Rp 121.200 Utang Obligasi dipsn Rp 200.000 Agio Obligasi Rp 2.000 1 Juli diterima uang sisa pesanan 60% dari obligasi sebanyak 75 lembar Kas Rp 45.450 Piutang Pesanan Obligasi Rp 45.450 1 juli 75 lembar diserahkan kepada pemesan Utang Obligasi di pesan Rp 75.000 Utang Obligasi Rp 75.000
Hanya obligasi yang terjual dab yg belum terjual yang di catat Transaksi Jurnal Tgl 1 Januari merencanakan pengeluaran obligasi 10% Rp 1.000.000 (nominal @ Rp 10.000 ) Obligasi yang belum terjual Rp 1.000.000 Otorisasi Utang Obligasi Rp 1.000.000 1 Mei diterima Pesananl200 lembar obligasi dengan kurs 101, pembayaran pertama 40% Kas Rp 80.800 Piutang Pesanan Obls Rp 121.200 Utang Obligasi dipsn Rp 200.000 Agio Obligasi Rp 2.000 1 Juli diterima uang sisa pesanan 60% dari obligasi sebanyak 75 lembar Kas Rp 40.450 Piutang Pesanan Obligasi Rp 40.450 1 juli 75 lembar diserahkan kepada pemesan Utang Obligasi di pesan Rp 75.000 Utang Obligasi ``````````` Rp 75.000
PENCATATAN PENANAMAN MODAL DALAM OBLIGASI Obligasi yang dibeli untuk tujuan penanaman modal jangka panjang dicatat dengan jumlah harga perolehannya yaitu harga beli ditambah semua biaya pembelian seperti komisi, meterai, provisi dan lain-lain. Apabila harga beli berbeda dengan nilai nominal obligasi, selisihnya disebut agio atau disagio obligasi. Agio obligasi adalah selisih harga beli obligasi di atas nilai nominal, sedangkan disagio obligasi adalah selisih harga beli obligasi di bawah nilai nominal. Obligasi yang dimiliki dengan cara ditukar dengan aktiva, harga perolehannya dihitung sebesar harga pasar aktiva tersebut.
Apabila obligasi dibeli di antara tanggal pembayaran bunga, pembeli membayar harga beli ditambah bungan berjalan yaitu bunga sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal pembelian obligasi. Pembayaran bunga berjalan ini bukan merupakan harga perolehan obligasi. Contoh perhitungan bunga berjalan dan pencatatan obligasi sebagai berikut : Example Nona Risa Fadila membeli obligasi PT. Hartamin pada tanggal 1 Mei 1991, nominal Rp. 1.000.000,- bunga 12% dengan harga beli sebesar Rp. 1.000.000,-. Biaya pembelian, yaitu komisi dan materai sebesar Rp. 25.000,-. Bunga obligasi dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Harga perolehan obligasi dan bunga berjalan dhitung sebagai berikut :
Harga beli obligasi Rp. 1.000.000,- Komisi dan materai 25.000,- Harga Perolehan Obligasi Rp. 1.025.000,- Bunga berjalan (1 Maret – 1 Mei) 2/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- 20.000,- Jumlah uang yang dibayarkan Rp. 1.045.000,- Jurnal yang dibuat oleh Nona Risa Fadila untuk mencatat pembelian obligasi di atas sebagai berikut : Penanaman modal dalam obligasi Rp. 1.025.000,- Pendapatan bunga obligasi 20.000,- Kas Rp. 1.045.000
Dalam jurnal di atas, rekening pendapatan bunga obligasi didebit dengan jumlah Rp. 20.000,- yaitu bunga berjalan yang dibayarkan kepada penjual obligasi, sehingga pada tanggal 1 September 1991 yiatu tanggal pembayaran bunga akan dibuat jurnal sebagai berikut : Kas Rp. 60.000.000,- Pendapatan bunga obligasi Rp. 60.000.000,- Perhitungan : Bunga = 6/12 x 12% x Rp. 1.000.000,- = Rp. 60.000.000,-
Apabila bunga berjalan yang dibayarkan kepada penjual obligasi didebitkan ke rekening piutang bunga obligasi, maka pada tanggal 1 September 1991 penerimaan bunga obligasi dicatat dengan jurnal sebagai berikut : Kas Rp. 60.000.000,- Piutang bunga obligasi Rp. 20.000.000,- Pendpatan bunga obligasi Rp. 40.000.000,-
PENJUALAN OBLIGASI SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO Apabila obligasi yang dimiliki dengan tujuan untuk penanaman modal jangka panjang dijual sebelum jatuh temponya maka perhitungan laba atau rugi penjualan didasarkan pada jumlah uang yang diterima dengan nilai buku obligasi. Nilai buku obligasi dihitung dengan cara sebagai berikut : Harga perolehan obligasi ditambah dengan akumulasi disagio sampai tanggal penjualan atau harga perolehan obligasi dikurangi amortisasi agio sampai tanggal penjualan. Misalnya oblitasi yang dibeli dalam contoh (2) di atas, pada tanggal 1 April 1993 dijual dengan harga Rp. 1.015.000,- (sesudah dikurangi komisi dan lain-lain).
Laba rugi dihitung sebagai berikut : Hara perolehan obligasi = Rp. 1.066.000,- Amortisasi agio : 1991 = 9 x Rp. 2.000,- = Rp. 18.000,- 1992 =12 x Rp. 2.000,- = Rp 24.000,- 1993 =3 x Rp. 2.000,- = Rp 6.000,- = Rp 48.000,- Nilai buku obligasi = Rp. 1.018.000,- Harga jual obligasi = Rp 1.015.000,-