Menjadi Guru Kenkoku Gakuin Pada waktu pendudukan Jepang, kira-kira pada bulan Maret 1945, saya telah menamatkan pelajaran saya di sekolah lanjutan atas. Pada waktu itu dinamakan Sekolah Menengah Tinggi (STM) di Semarang. Oleh Pemerintah pendudukan Jepang, pada waktu itu dibuka Kenkoku Gakuin (sekolah dengan nama Jepang) di Pasar Rebo Jakarta. Yang dapat diterima menjadi siswa-siswa yang baru lulus dari STM, tetapi juga pegawai-pegawai dari berbagai jawatan. Ada yang dari Pamonh Praja, dari Kepolisian, dari Kehakiman, dan ada yang dari Kereta Api, juga dari Pendidikan. Calon-calon siswanya terlebih dahulu mengikuti ujian saringan yang diadakan di beberapa kota Keresidenan. Dario Kota Semarang, maka teman-teman lulusan SMT Semarang yang dapat diterima sebagai siswa Kenkoku Gakuin antara lain adalah Sdr. Partono (Capt. Pilot yang pernah menjabat pucuk pimpinan PN Garuda), Sdr. Suroto, Sdr. Mohammad Said (kakak mantan Jaksa Agung Ali Said) dan Sdr. Drs. Sutaryo (purnawirawan Polisi). Bekas siswa-siswa, Kenkoku Gakuin yang sekarang masih ada antara lain adalah Sdr. A.B. Lubis S..H (dahulu hakim di Pengadilan Negeri Jakarta), Sdr. Suardi Tasrif S. H (mantan Wakil Ketua Mahkama Agung), Sdr. Hadi Thajeb (mantan Duta Besar di Saudi Arabia), Sdr. Sukari (dahulu perna bekerja di Sub Direktorat Agraria Kotamadya Bandung), dan Sdr. Mohammad Arifin (yang pernah menjadi ajudan Bung Hatta dan mantan pejabat anggota Pimpinan PT. Intirub). Yang menjabat pimpinan Kenkoku Gakuin adalah Bapak Mr. Djokosutono, sedangkan yang menjadi guru/dosennya antara lain adalah Prof. Husein Djajadiningrat, Dr. Purbotjaroko, Dr. Priyono, Mr. Mizuno dan Hiraga (orang-orang Jepang yang sudah pandai berbahasa Indonesia). Disamping guru/ dosen-dosen tetap, datang pula memberikan ceramah-ceramah pada para siswa Kenkoku Gakuin di pasar Rebo itu tokoh-tokoh terkemuka pemimpin bangsa Indonesia, antara lain Bung Karno, Bung Hatta, dan K.H Mas Mansur. Apa yang dioceramahkan oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan K.H Mas Mansur pada waktu itu saya sudah tidak ingat lagi. Hanya yang terkesan di hati saya pada waktu itu adalah cara beliau-beliau itu mengutarakan ceramahnya. Bung Karno dalam menyampaikan ceramahnya memakai kata-kata yang jelas, mudah ditangkap dan membangkitkan semangat juang para pendengaranya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Bung Hatta dalam menyampaikan ceramahnya dengan gaya yang tenang, memilih kata-kata yang cermat, berisi dan memberikan kesan yang mendalam, dan menumbuhkan jiwa patriotisme pada pendengarnya. Baik Bung Karno, Bung Hatta maupun K. H. Mas Mansur, di dalam memberikan ceramah mereka tidak menggunakan teks atau catatan. Pertemuan saya dengan Bung Karno dan Bung Hatta untuk pertama kali itu memberikan kesan yang mendalam yang tidak dapat saya lupakan, yaitu bahwa baik Bung Karno maupun Bung Hatta adalah pemimpin Bangsa Imndonesia yang waardig, yang mempunyai kharisma yang kuat dan berwibawa. Soemaryo Hadiwignyo, Pribadi Manusia Hatta, Seri 3, Yayasan Hatta, Juli 2002