Hanoi, Vietnam: 9-12 May, 2010 DEPRESI MENTAL PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK YANG MENERIMA PERAWATAN ARV DI INDONESIA Judith A. Levy, Ph.D., University of.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Program Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia
Advertisements

Situasi HIV di Indonesia 2010
LATAR BELAKANG Universal Access target 2015 sudah diambang pintu:
AIDS di Indonesia sudah 22 Tahun Dilaporkan oleh seluruh Provinsi dan sekitar 300 Kab/Kota.
Penatalaksanaan Harm Reduction
Stefana D. P. C Ngasdianto
IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR ( Identify Patients Correctly)
Mira Febrina Teknik Industri
KECANDUAN MEROKOK PENYEBAB DAN AKIBATNYA PADA MAHASISWI
KONDISI HIV & AIDS DI JAWA TENGAH 1993 s/d 30 SEPTEMBER 2012.
SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSIN PAPUA PADA BAB
Apakah Indonesia sudah mencapai titik balik ? Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
PROGRAM PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI KABUPATEN/KOTA dr erly SpMK
Telaah kritis artikel Breast feeding and obesity : cross sectional study Rüdiger von Kries, Berthold Koletzko, Thorsten Sauerwald, dkk. Tri Widyastuti.
Populasi Penghubung HIV/AIDS (HIV/AIDS Bridging Populations) Rossi Sanusi PMPK FK-UGM 7-8 November 2012.
HAMBATAN-HAMBATAN PERAWATAN PALIATIF CARE
PENGEMBANGAN MODEL PERBAIKAN
KONSELING HIV.
HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 17 CIPUTAT Fajri Azhari Univesitas.
ANALISIS STATUS GIZI DAN GAYA HIDUP
Oleh: Dwi Dewi Kusumo Pembimbing: Prof, Dr, dr. Suroto, Sp.S (K)
HIV/AIDS REMAJA SABTU ; 13 JUNI 2015 By : KANDACE SIANIPAR, MPH
Epidemi Rokok Elektrik
EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF
Stop AIDS Pencegahan Positif
Latar Belakang Munculnya isu-isu non-konvensional pasca Perang Dingin
EPIDEMIOLOGI, LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN HIV/AIDS
PMTCT DALAM PERSPEKTIF HAK ANAK
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Nunik Kusumawardani; Rofingatul M, Prisca Arfines
Cryptococcal Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome after Antiretroviral Therapy in AIDS Patients with Cryptococcal Meningitis: A Prospective Multicenter.
KOMPOSISI penduduk.
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF
OLEH : MUHAMMAD GALUH DWI ARYANI
Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan, Bayi dan Anak
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
TEKNIK KONSELING PENYAKIT HEPATITIS B DAN C
Meta analysis MIA AUDINA
PERAWATAN PALIATIF PASIEN HIV / AIDS YULIATI, SKp,MM Un
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA
PSIKOLOGI PASIEN DENGAN HIV AIDS DAN KANKER
Epidemiological Research Correlation Methods Experimental Methods
ASESMEN PSIKOSOSIAL.
PEKERJA SOSIAL PADA UNIT PSIKIATRI (SAKIT MENTAL)
Indikator Cakupan SRAN 2010 – 2014 (Permenkokesra No. 8/2010)
HIV AIDS.
SEMINAR GIZI KESEHATAN
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GANGGUAN JIWA DI DESA PARINGAN KECAMATAN JENANGAN KABUPATEN PONOROGO Oleh : RIO YANUAR B.
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN
METODE PENELITIAN DI BIDANG KLINIS
Penelitian Epidemiologi dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra.
KELOMPOK 4 Dina Anita S (11) Murdiningsih D (29) Ixora A (25)
ICPD dan MDGS Indikator dan Pencapaian di Indonesia
Penilitian Retrospektif study
HIV/AIDS HIV dan AIDS... HIV: Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang dan bertahap merusak sistem.
SITI FATIMAH Di bimbing oleh: 1.Dr. Wawang S. Sukarya, dr., SpOG (K)., MARS., MH.Kes 2.Dr. Usep Abdullah Husin, dr., MS. SpMK PERBANDINGAN.
Pelatihan IPP > Paket 1 Pelatihan IPP - Paket 1 HIV dan AIDS.
PROBLEMATIKA PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM SISTIM HUKUM PIDANA
METODE PENELITIAN DI BIDANG KLINIS
Pangkas Berat Badan dengan Operasi Ongkosnya Lebih Murah
KONSELING HIV.
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN SARAF RSUD AMBARAWA 2018
Low Back Pain Prevalence and Related Workplace Psycosocial Risk Factor: A Study Using Data From the 2010 National Health Interview Survey Haiou Yang et.
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S,M.Sc
Apa sih HIV itu?? Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual PERAN KADER DALAM KOLABORASI TB HIV.
Program Terapi Pecandu Napza Suntik dr. Indah Oktariani Puskesmas Prabumulih Timur 2016.
Hasil Telaah Artikel Ilmiah terkait HIV dan AIDS.
Transcript presentasi:

Hanoi, Vietnam: 9-12 May, 2010 DEPRESI MENTAL PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIK YANG MENERIMA PERAWATAN ARV DI INDONESIA Judith A. Levy, Ph.D., University of Illinois at Chicago (UIC) & Irwanto, Ph.D., Unika Atma Jaya, Jakarta           

PENELITI UTAMA: RONALD HERSHOW, M.D. TIM PENELITI PENELITI UTAMA: RONALD HERSHOW, M.D. INDONESIA U.S. IRWANTO, Ph.D JUDITH LEVY, PH.D. DHARMADY AGUS, MD WAYNE WIEBEL, PH.D. HENDRA WIDJAYA, MD ASLIATI ASRIL, MD CHINA NYOMAN HANATI, MD Yi Li, M.S. TUTI PARWATI MERATI, MD SOEGIANTO ALI, MD D.N. WIRAWAN, MD MADE SETIAWAN, Ph.D WELLY KWANGTANA, MD RAYMOND TAMBUNAN, M.Sos MARTIN BATUBARA, MD

Latar Belakang Depresi mewakili gangguan mental penyerta paling umum diderita oleh individu yang terinfeksi HIV (2 Xs gen pop.) Berhubungan dengan: rendahnya respon biologis terhadap treatment rendahnya kepatuhan terhadap ARV perkembangan AIDS yang semakin cepat peningkatan perilaku berisiko Pengguna Napza Suntik (Penasun) yang HIV sero positif sangat rentan terhadap gangguan kejiwaan yang merupakan akibat gabungan dari : infeksi HIV penggunaan zat Analisis ini menguji faktor-faktor risiko terjadinya depresi pada Penasun aktif maupun non aktif yang sedang menjalani terapi ARV di Jakarta dan Bali (1) Kedua kota tsb adalah pusat penyebaran HIV utama di Indonesia. (2) Indonesia merupakan salah satu negara dengan epidemi HIV terbesar yang disebabkan oleh Napza di Asia

Pertanyaannya adalah: Apa faktor-faktor yang dapat memprediksi depresi mental pada Penasun pengguna ARV di Indonesia?

Metode Studi Cross-sectional dengan melibatkan 120 Penasun HIV sero positif yang telah menggunakan ARV minimal 3 bulan pada satu dari 5 layanan perawatan HIV di Jakarta dan Bali. Pengumpulan Data kuesioner terstruktur rekam medis tes viral load Gejala depresi dinilai sebagai binary outcome dengan menggunakan 9 item dari Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D). Multivariate logistic regression digunakan untuk menguji hubungan antara varibel predictor dan gejala depresi yang terlihat.

Prevalensi dari Depresi dengan pengukuran CES-D di kedua lokasi HASIL Prevalensi dari Depresi dengan pengukuran CES-D di kedua lokasi (p-value = 0.03). N= 120 (50 Jakarta dan 80 Bali)

Karakteristik Demografi Depresi Total Yes (N=40) N=120 P-value Mean Usia (Stdv.) 29.6 (3.5) 30.8 (4.6) 0.026   N (%) n (%) Pendapatan di atas median 15 (37.5) 58 (48.7) 0.08 Pendidikan ≥ SMA 35 (87.5) 108 (90) 0.53 Pekerjaan: penuh waktu 13 (32.5) 52 (43.3) 0.09 Menikah 18 (45) 55 (45.8) 0.9 Site: Jakarta 14 (35) 50 (41.7) Bali 26 (65) 70 (58.3) 0.29 Sebagian besar partisipan berusia muda, laki-laki, berpendidikan SMA Kurang dari setengahnya memiliki pekerjaan penuh waktu atau menikah Median dari Pendapatan bulanan kelompok ini ~ USD 100 Sepertiga dari partisipan menunjukkan gejala depresi yang diukur secara CES-D

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Depresi Dukungan keluarga Penggunaan layanan HIV dan/ Napza Penggunaan zat Kepatuhan penggunaan ARV

Dukungan Keluarga: 77% (92) tinggal dengan keluarga (pasangan dan/atau ortu) 53% (64) Keluarga (pasangan dan/ ortu) “banyak” terlibat dengan pengobatan HIV 44% (53) Menerima dukungan finansial dari ortu atau keluarga

Perilaku Penggunaan Zat:   (%) 30 hari terakhir: Penggunaan Alkohol > 1 x seminggu 5 (6) Penggunaan Heroin 7 (8) Penggunaan zat kombinasi£ 31 (36) 6 bulan terakhir: Menghabiskan waktu dengan Penasun aktif 45 (334) £ Combined category of using alcohol and/or marijuana more than once a week, and/or ever using any of heroin, cocaine (0 reported), amphetamines/stimulants, tranquilizer, downers, other narcotics or opiates, and hallucinogens.

Penggunaan Layanan: 28% (34) Sedang menjalani program metadon 43% (52) Anggota kelompok dukungan yang berhubungan dengan HIV/Napza 25% (30) Mempunyai manager kasus HIV 28% (34) Rutin melakukan kontak dengan PO

Kepatuhan Penggunaan ARV: Di antara pasien yang mengalami depresi, lebih banyak melaporkan melewatkan dosis ARV mereka dibandingkan yang tidak mengalami depresi. Lingkaran bagian dalam menggambarkan pasien yang mengalami depresi dan lingkaran lebih luar merepresentasikan pasien yang tidak mengalami depresi. Nilai-p (Cochran) menunjukkan asosiasi linear yang signifikan antara ketepatan waktu melewatkan dosis ARV dengan depresi. P: “Kapan terkahir kali Anda melewatkan pengobatan HIV Anda?” Depressed (n = 40) Non-depressed (n = 80) p = 0.04 N=120; 51 melaporkan tidak pernah melewatkan 1 dosis pun.

Pemilihan Random dari Penasun di Jakarta – Pengukuran viral load (N=36).

Hasil Multivariate Regression :   Total n (%) Odds Ratio (95% CI) Usiaξ ≥ 33 44 (36.7) 0.32* (0.09, 1.10) Kerja penuh waktu 52 (43.3) 0.29 (0.1, 0.82) Tinggal dengan keluarga 92 (76.7) 0.25 (0.08, 0.77) Sedang mengikuti program metadon 34 (28.3) 2.91 (1.03, 8.25) Minimal melewatkan 1 x dosis ARV sebulan yang lalu 28 (23.5) 2.35* (0.82, 6.69) Penggunaan zat kombinasi 36 (31) 3.28 (1.25, 8.59) ξ Grouped by the tertiles of age; the reference group is of year ≤28. * 0.05 < p ≤ 0.1 Pekerja penuh waktu mengurangi risiko depresi sebesar ~70%. Tinggal dengan orang tua dan/ pasangan mengurangi risiko sebesar ~75%. Sedang menjalani program metadon diperkirakan ~3 kali lebih tinggi berisiko mengalami depresi. Penggunaan zat yang dikombinasikan diprediksi ~3.3 kali lebih tinggi berisiko mengalami depresi.

Kesimpulan (depresi) Depresi umum terjadi pada Penasun yang kami teliti; Perlu perhatian khusus untuk kelompok: Penasun muda pengguna ARV, tanpa pekerjaan yang tetap, dan yang tidak tinggal dengan orang tua ataupun pasangan; Akses terhadap program metadon cenderung menyertai peningkatan risiko depresi. Depresi berhubungan dengan penggunaan zat yang terus menerus, peningkatan pentingnya membantu pasien mengatasi 3 hambatan keberhasilan pengobatan infeksi HIV, adiksi dan depresi. Manajemen depresi dapat lebih efektif apabila terintegrasi dengan program perawatan Napza & HIV yang ada.