KARAKTERISTIK DAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Advertisements

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PESERTA DIDIK DAN KEBUTUHANNYA
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
PENJAS ADAPTED BAGI TUNAGRAHITA
Komponen-Komponen Pendidikan
Materi Pertemuan 12 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
BAHAN KULIAH PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT (2)
Materi Pertemuan 4 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
MASA ANAK SEKOLAH Materi Pertemuan 2. Masa anak sekolah (6 – 12 tahun) Keterampilan yang diperlukan pada masa anak sekolah (Hurlock dalam Munandar, 1999):
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Program Akselerasi Oleh: Zulfikar Yusuf Amirullah K
JENIS-JENIS GANGGUAN BELAJAR
POKOK BAHASAN Pertemuan 5 Matakuliah: Psikologi Pendidikan Tahun: 2009.
HAND OUT METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI
VIENA RUSMIATI HASANAH
MERANCANG PEMBELAJARAN IPA DI SD PERTEMUAN 13
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MODEL pelaksanaan remedial & pengayaan DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
KOMUNIKASI DALAM PENGASUHAN
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
KESUKARAN BELAJAR PART III
Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
Diagnosis dan penatalaksanaan psikologis pada anak autis
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
BIMBINGAN PSIKO-EDUKATIF DI SEKOLAH DASAR
“PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL UNTUK ANAK BERKELAINAN AKADEMIK DAN MENTAL EMOSIONAL” Nur Amalina Siti Lailatus Sholichah Kanty.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH GURU
PROGRAM PENGEMBANGAN KEKHUSUSAN
Kesukaran Belajar Part II
1. Mengenal karakteristik peserta didik
MASA ANAK SEKOLAH Materi Pertemuan 2.
Oleh : Munawir Yusuf PLB FKIP UNS
PEMECAHAN MASALAH SISWA
KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN
Aplikasi Pemeriksaan Psikologis
ASPEK PSIKOLOGIK PADA ANAK DENGAN KELAINAN ENDOKRIN
Penerapan model pembelajaran
JENIS-JENIS GANGGUAN BELAJAR
PERAN DAN TUGAS GPK DI SEKOLAH INKLUSI
di SLB Tunas Kasih 1 Leuwiliang-Bogor
BIMBINGAN KONSELING.
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL
PANDUAN Analisis Potensi Siswa
Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
MENGENAL DAN MELAYANI ABK
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
Konsep Belajar dan Teori Belajar IPA
Teknik memahami perkembangan siswa SD
HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PANDUAN Layanan Akademik Siswa
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
Orientasi Psikologis Pembelajaran Di Sekolah dan prasekolah
MODUL 9 MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD BIASA Oleh Kelompok IX: MUHAMAD SIFANIM : EKA NOVIANTI NIM : UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ.
Intelectual Disability
BAB III PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
Peranan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK)
Model-Model Pembelajaran di Sekolah Kecil Oleh: Dr. Reddy Siram, M.Pd.
PERTEMUAN 3: KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN
ADVOKASI TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KEPADA MASYARAKAT : GAMPONG LAKSANA, KEC. KUTA ALAM, BANDA ACEH Oleh: DM. Ria Hidayati, S.Psi., M.Ed Direktur.
MINAT DAN BAKAT.
Pendidikan Khusus Bagi Anak Berbakat  Mahasiswa dapat menjelaskan definisi keberbakatan  Mahasiswa dapat menjelaskan dampak keberbakatan  Mahasiswa.
Transcript presentasi:

KARAKTERISTIK DAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Oleh: Drs. Husain Jusuf, M. Pd A3 BD BLO

Let’s get started M01 A03

Pengembangan Model Kelas Inklusif

KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI BUKU PROGRAM TERAPI PASIEN KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI ( INTERVENSI PENGUBAHAN PERILAKU INTENSIF ) Jl. Jenderal Sudirman 39 Gorontalo, Telp. : (0435) 821869 BUKU PROGRAM TERAPI PASIEN N A M A : Rizki Fauzan Yusuf DIAGNOSA : Gejala Autis T E R A P I S DRS. HUSAIN JUSUF, MPd

KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI BUKU PROGRAM TERAPI PASIEN KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI ( INTERVENSI PENGUBAHAN PERILAKU INTENSIF ) Jl. Jenderal Sudirman 39 Gorontalo, Telp. : (0435) 821869 PETUNJUK TEKNIS TERAPI T E R A P I S DRS. HUSAIN JUSUF, MPd

KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI BUKU PROGRAM TERAPI PASIEN KLINIK BINA PERILAKU OLAMI RIZKI TERAPI ( INTERVENSI PENGUBAHAN PERILAKU INTENSIF ) Jl. Jenderal Sudirman 39 Gorontalo, Telp. : (0435) 821869 BUKU CATATAN HARIAN TERAPI PASIEN N A M A : Rizki Fauzan Yusuf DIAGNOSA : Gejala Autis T E R A P I S DRS. HUSAIN JUSUF, MPd

RIZKI FAUZAN YUSUF

Pokok Bahasan tuhan Khusus 1. Karakteristik Anak Berkebu- Berkebutuhan Khusus 2. Layanan Pendidikan Anak

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus Istilah ABK sebenarnya sama artinya dengan istilah Anak Luar Biasa, tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosional) anak, maka pada anak berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai pres-tasi sesuai dengan potensinya.

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan (fisik, mental, emo-sional, dan atau sosial) yang signifikan yang menyebabkan dia sulit untuk mengembang-kan potensinya secara optimal. Untuk itu dia memerlukan pend.dan pembelajaran khusus

Penggunaan Istilah Anak Berkebutuhan Khusus Penggunaan istilah ABK dapat menghilangkangkan kesan dan dampak negatif dari penggunaan istilah Anak Luar Biasa terutama dari segi psi-kologis dan sosiologis.

Masalah yang Dapat Muncul 1. Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari 2. Masalah penyesuaian diri 3. Masalah penyaluran ke tempat kerja. 4. Masalah kesulitan belajar 5. Masalah gangguan keprib.dan emosi. 6. Masalah pemanfaatan waktu luang.

1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus 1.1 Anak Berkelainan Fisik. 1.2 Anak Berkelainan Mental Emosional. 1.3 Anak Berkelainan Akade- mik. PABK

1.1 Anak-Anak Berkelainan Fisik 1. Karakteristik Anak Tunanetra 1. Segi Fisik: kelainan pada organ penglihatan. 2. Segi Motorik: kurang mampu melakukan orientasi lingkungan. 3. Perilaku: sering menekan matanya, mem-buat suara dengan jarinya, menggoyang-go-yangkan kepala dan badan, atau berputar-putar. 4. Akademik: kemampuan akademik, sama seperti anak-anak normal pada umumnya 5. Pribadi dan Sosial: Curiga yg berlebihan pada orang lain, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain. 82

2. Karakteristik Anak Tunarungu 1. Segi Fisik: Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk, pernapasannya pendek, dan tidak teratur, cara melihatnya agak beringas. 2. Segi Bahasa: Miskin kosa kata, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan, atau idiomatic tatabahasanya kurang teratur 3. Segi Intelektual: normal tetapi perkem-bangannya lambat 4. Segi Sosial-Emosional: Sering merasa curiga dan syak wasangka serta bersikap agresif.

3. Karakteristik Anak Tunadaksa 1.Gangguan Motorik: kaku, lumpuh, gerakan-gerakan tak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. 2. Gangguan Sensoris: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. 3. Gangguan Tingkat Kecerdasan: bervariasi, mulai dari tkt yang paling rendah sampai gifted. 4. Kemampuan Berbicara: tidak jelas dan sulit diterima orang lain. 5. Emosi dan Penyesuaian Sosial: merasa rendah diri / kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, & suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaikan diri & bergaul dengan lingkungan

1.2 Anak Berkelainan Mental Emosional 1. Karakteristik Anak Tunagrahita. 1. Intelektual: kecerdasan di bawah anak seusianya. Perkembangan kecerdasan terbatas. 2. Segi sosial: tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri sendiri. 3. Ciri pada fungsi mental lainnya: sulit konsentrasi, jangkauan perhatian sempit dan cepat beralih, pelupa dan sulit berkreasi.

4. Ciri dorongan dan emosi: sesuai tingkat ketunagrahitaannya 4. Ciri dorongan dan emosi: sesuai tingkat ketunagrahitaannya. Yang sangat berat : hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri dan kehidupan emosinya lemah. Yang tidak terlalu berat : kehidupan emosinya hampir sama dengan anak normal tapi kurang kaya, kurang kuat dan kurang mampu menghayati perasaan, tanggung jawab dan hak sosial. 5. Ciri kemampuan dalam bahasa: sangat terbatas perbendaharaan kata terutama kata yang abstrak.

6. Ciri kemampuan dalam bidang akademis: sulit membaca dan menghitung yang problematis. 7. Ciri kepribadian : tidak percaya terhadap kemampuannya, lebih banyak bergantung pada pihak luar. 8. Ciri kemampuan dalam organisme: kemampuan mengorganisasi diri sangat jelek, baru dapat berjalan dan berbicara pada usia dewasa, gerakan kurang serasi, pendengaran dan penglihatan tidak berfungsi, serta kurang rentan terhadap rasa sakit maupun bau dan makanan yang tidak enak

Karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat ringannya kelainan dapat dikemukakan sebagai berikut: Mampudidik: adalah kelompok tunagrahita ringan, IQ 50-70 skala Binet/Weschler, kemampuannya setara anak usia 12 thn atau kelas IV SD, setelah dewasa mampu bekerja dlm bidang yang sederhana, sering dikenal dengan nama terbelakang mental 6 jam.

2. Mampulatih: secara fisik sering memiliki kelainan baik sensorik maupun motorik, kesan lahiriahnya berbeda dengan anak normal sebaya, IQ 30-50, kemampuan tertinggi setara dengan anak usia 8 tahun atau kelas 2 SD, tak dapat mengikuti pelajaran akademik, hanya mampu dilatih keterampilan mengurus diri sendiri 3. Perlurawat: ini adalah klasifikasi paling berat, disebut dengan idiot, IQ di bawah 25 dan tak mampu dilatih keterampilan, hanya mampu dilatih pembiasaan (conditioning), seumur hidup tak bisa lepas dari orang lain.

2. Karakteristik Anak Tunalaras. Karakteristik Umum: Mengalami gangguan perilaku: suka berkelahi, sulit konsentrasi, tidak mau bekerja sama, berbohong, suka mencuri, mengejek, dsb. Mengalami kecemasan: khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, menarik diri, bimbang, malu, sering menangis, dsb.

Kurang dewasa: suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dsb. Agresif: memiliki gang jahat, suka mencuri dengan teman kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, terbiasa minggat dari rumah.

Karakteristik Akademik Sosial / Emosi Sering melanggar norma masyarakat Sering mengganggu dan bersifat agresif Secara emosional sering merasa rendah diri dan mengalami kecemasan. Karakteristik Akademik Hasil belajarnya seringkali jauh di bawah rata-rata, sering tidak naik kelas, sering bolos sekolah, sering melanggar peraturan sekolah dan lalu lintas.

1.3 Anak Berkelainan Akademik Karaktersitik Anak Berbakat Karakteristik Intelektual: Proses belajarnya sangat cepat, tekun dan rasa ingin tahu yang besar, rajin membaca, memiliki perhatian yang lama dalam satu bidang khusus, memiliki pemahaman yang sangat maju terhadap suatu konsep, memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik.

2. Karakteristik Sosial-emosional: Mudah diterima teman sebaya dan orang dewasa; melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial dengan pemikiran yang konstruktif; cenderung sebagai pemisah dalam pertengkaran; percaya tentang persamaan derajat; jujur; perilaku tidak defensif dan memiliki tenggang rasa; bebas dari tekanan emosi dan memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah sosial.

Karakteristik Fisik-kesehatan: Berpenampilan rapi dan menarik. Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata.

2. Karaktersitik Anak Berkesulitan Belajar: Disfungsi pada susunan syaraf pusat (otak): ketidaksempurnaan mendengar, berpikir, wicara, membaca atau mengerjakan matematika. Kesenjangan (discrepancy) antara potensi dan prestasi : kesenjangan ini minimal 2 level akademik atau 2 tahun perkembangan dalam berprestasi untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

3. Keterbatasan proses psikologis : gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar termasuk dalam pemahaman bahasa lisan maupun tertulis. 4. Kesulitan pada tugas akademik dan belajar : memiliki kesulitan perkembangan pada satu bidang akademik dibandingkan dengan bidang akademik lain yang dimiliki anak tersebut (perbedaan intra individual).

2. Layanan Pendidikan ABK 2.1 Konsep Layanan Pend. ABK 2.2 Prinsip Layanan Pend. ABK 2.3 Model Layanan Pend. ABK 2.4 Pendekatan Lay. Pend. ABK 2.5 Pemberian Lay. Pend. Bagi ABK

2.1 Konsep Layanan Pend. ABK 1. Untuk beberapa jenis anak berkebu-tuhan khusus, sebagian besar dapat mengikuti layanan pend. sebagaima-na anak-anak normal pada umumnya. Kendati demikian, tentu ada anak-anak berkebutuhan khusus yang memang memerlukan layanan individual, kare-na kondisi dan keadaannya yang tidak memungkinkan untuk mengikuti layanan sebagaimana anak-anak normal.

2. Tidak semua ABK memerlukan layanan sepanjang hidupnya, ada kalanya layanan bagi mereka bersifat temporer. Anak-anak mungkin hanya membutuhkan layanan dalam beberapa periode waktu. Contoh: a. Anak-anak tunanetra membutuhkan layanan orientasi dan mobilitas hanya diperlukan pada tingkat satuan pend. Sekolah Dasar

b. Demikian juga bina komunikasi untuk anak tunarungu, bina diri dan gerak untuk anak tunadaksa, bina diri dan sosial untuk anak tunalaras. Namun anak-anak yang berklasifikasi berat, memerlukan berbagai layanan yang lebih lama untuk menumbuhkan kemandirian mereka.

2.2 Prinsip Layanan Pend. ABK Prinsip dasar menurut Musjafak Assjari (1995): a. Keseluruhan anak (all the children) b. Kenyataan (reality) c. Program yang dinamis (a dynamic program) d. Kesempatan yang sama (equality of opportunity) e. Kerjasama (cooperative)

Prinsip-prinsip lainnya yang perlu diperhatikan: 1. Prinsip kasih sayang 2. Prinsip keperagaan 3. Keterpaduan dan keserasian antar ranah 4. Pengembangan minat dan bakat 5. Kemampuan anak

Prinsip khusus yang berkaitan dengan layanan pendidikan anak tunanetra menurut Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (1995) adalah: a. Prinsip totalitas b. Prinsip Keperagaan c. Prinsip berkesinambungan d. Prinsip aktivitas e. Prinsip individual

2.3 Model Layanan Pend. ABK 1. Model Layanan Pend. Segregasi a. Sekolah Luar Biasa (SLB) b. Sekolah Luar Biasa Berasrama c. Kelas Jauh / Kelas Kunjung d. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)

2. Model Layanan Pendidikan Terpadu / Integrasi. a. Bentuk Kelas Biasa b. Kelas Biasa Dengan Ruang Bimbingan Khusus c. Bentuk Kelas Khusus 3. Model Layanan Pendidikan Inklusif

PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif merupakan suatu sistem layanan pendidikan khusus yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusia-nya.

Berbeda dengan pendidikan terapadu/integrasi di mana siswa berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri dengan sistem yang sudah ada, pada pendidikan inklusif sekolah harus menyesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Integrasi lebih berfokus pada kurikulum dan diatur oleh guru, sedangkan inklusi berpusat pada siswa dan dikembangkan interaksi yang komunikatif dan dialogis.

Pendidikan inklusif lebih menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Falsafah Pendidikan Inklusif 1. Pendidikan untuk semua Setiap anak berhak untuk mengak-ses dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak 2. Belajar hidup bersama dan bersosialisasi Setiap anak berhak untuk mendapatkan perhatian yang sama sebagai peserta didik

3. Integrasi pada lingkungan Setiap anak berhak menyatu dengan lingkungannya dan menjalin kehidupan sosial yang harmonis 4. Penerimaan terhadap perbedaan Setiap anak berhak dipandang sama dan tidak mendapatkan diskriminasi dalam pendidikan

PRINSIP PENGELOLAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Evaluasi Bel. Alternatif Belajar Kooperatif Belajar Menyenangkan Evaluasi Bel. Alternatif Kolaborasi Guru

Falsafah Pendidikan Inklusif “Children who learn together… learn to live together” (Marsha Forest)

Keuntungan Program Inklusi MANFAAT BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS: - Terhindar dari label negatif Anak memiliki rasa percaya diri Memiliki kesempatan menyesuaikan diri Anak memiliki kesiapan mengha-dapi kehidupan nyata

MANFAAT BAGI ANAK TANPA KEBUTUHAN KHUSUS: - Belajar mengenai keterbatasan tertentu - Mengetahui keterbatasan/keunikan temannya - Peduli terhadap keterbatasan temannya - Dapat mengembangkan keterampilan sosial - Berempati terhadap permasalahan temannya - Membantu temannya yang kesulitan

MANFAAT BAGI GURU: - Meningkatkan wawasan guru mengenai karakter siswa - Guru mengenali peta kekuatan dan kelemahan siswanya - Menambah kompetensi guru Guru lebih kreatif dan terampil mengajar dan mendidik

MANFAAT BAGI KELUARGA: Meningkatkan penghargaan terhadap anak Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, senang ketika anaknya dapat bersosialisasi dengan baik tanpa ada diskriminasi. Orangtua yang anaknya tidak memiliki kebutuhan khusus senang ketika anaknya memiliki keterampilan sosial yang baik.

INKLUSIF vs EKSKLUSIF (Perasaan Anak) INKLUSIFITAS Dihargai Bangga Senang Diperhatikan Optimis Merasa berguna Percaya diri Aktif EKSKLUSIFITAS Terkucil Marah Kecewa Tidak percaya diri Harga diri rendah Frustasi Merasa tdk berguna Merasa direndahkan pesimis

Peta Perubahan Dalam Pendidikan Isu Pendidikan (Sekolah) Sekolah hanya bertanggung jawab pada fungsi akademik PERANAN SEKOLAH Sekolah turut membangun kepribadian anak Menyiapkan anak untuk sekolah ke tahap selanjutnya TUJUAN PEDIDIKAN Menyiapkan kompetensi yang lebih utuh Spesialisasi anak yang memiliki kebutuhan khusus PENERIMAAN PESERTA DIDIK Integrasi anak yang memiliki kebutuhan khusus

Peta Perubahan Dalam Pendidikan Isu Pendidikan (Guru) Guru mentransfer ilmu (pendidik) PERANAN GURU Guru selain sebagai pendidik juga sebagai konselor Guru bekerja sendiri-sendiri AKTIVITAS GURU Guru bekerja dalam tim Kompetensi akademik murni KOMPETENSI GURU Kompetensi akademik , sosial, dan kepribadian

Guru Pendidikan Inklusif Menurut Roy, guru Pendidikan Inklusif perlu : Memahami kebutuhan pengembangan sistem pendidikan inklusif. Memahami perkembangan anak dan bagai-mana kebutuhan khusus dapat dimengerti dari sudut pandang perkembangan anak. Memahami berbagai tipe kebutuhan khusus (kesulitan belajar, masalah perilaku, tunagrahita, tunadaksa, tunanetra dan tunarungu).

4. Menguasai isu-isu asesmen dan bagaimana hal ini mempengaruhi anak berkebutuhan khusus. 5. Menguasai cara mengadaptasi lingkungan kelas, materi pengajaran dan strategi pembelajaran agar dapat mengajar anak-anak berkebutuhan khusus dengan lebih efektif. 6. Memahami aspek sosial-politik pendidikan inklusif di dalam sekolah maupun di dalam masyarakat....

2.4 Pendekatan Lay.Pend. ABK A. Anak Berkelainan Fisik 1. Anak Tunanetra a. Penguasaan braille b. Latihan orientasi dan mobilitas c. Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran berhitung dan matematika d. Pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak tunanetra e. Pembelajaran IPA

2. Anak Tunarungu Hallahan dan Kauffman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunikasi anak tunarungu, yaitu: 1. Auditory training 2. Speechreading 3. Sing language and fingerspelling

Ada beberapa cara dalam mengem-bangkan kemampuan komuni-kasi anak tunarungu, yaitu: a. Metode oral b. Membaca ujaran c. Metode manual d. Ejaan jari e. Komunikasi total

3. Anak Tunadaksa Menurut Frieda Mangunsong, dkk (1998) layanan pendidikan bagi anak tunadaksa perlu memperhatikan tiga hal, yaitu : a. Pendekatan multidisipliner dalam program rehabilitasi anak tunadaksa b. Program pendidikan sekolah c. Layanan bimbingan dan konseling

B. Anak Berkelainan Mental Emosional 1. Anak Tunagrahita a. Latihan senso motorik b. Terapi bermain dan okupasi, dan c. Latihan mengurus diri sendiri. Pendekatan pembelajaran dilakukan secara individual dan remediatif.

2. Anak Tunalaras Pendekatan terapi yang sering digunakan untuk layanan pendidikan anak tunalaras menurut Hardman, M.L. dkk (1990) adalah: a. Insight-oriented therapy b. Play therapy c. Group therapy d. Behavior therapy e. Marital and Family therapy

C. Anak berbakat dan Anak Berkesulitan Belajar Spesifik a. Layanan akselerasi, yaitu layanan tambahan untuk mempercepat penguasaan kompetensi dalam me-realisasi bakat anak. b. Layanan kelas khusus, yaitu anak yang berbakat unggul dikelompok-kan dalam satu kelas dan diberikan layanan tersendiri sesuai dengan bakat mereka. c. . . . . .

c. Layanan kelas unggulan, sama dengan layanan kelas khusus, hanya berbeda dalam model pengayaannnya. d. Layanan bimbingan sosial dan kepribadian

2. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik a. Layanan remediasi b. Layanan kompensasi c. Layanan prevensi

2.5 Pemberian Layanan Pendidikan Bagi ABK (1) 1. Identifikasi Kebutuhan Pend. dari siswa ybs.melalui observasi, tes informal dan tes formal. 2. Pengembangan Program (Prog-ram Pembelajaran Individual/ PPI). Koordinasi dengan semua pihak yang terkait: Dinas Pend., komite, dan orang tua siswa.

Prosedur Pengembangan Program: 1. Mendeskripsikan kompetensi sis-wa secara rinci pada saat seka-rang dalam berbagai bidang pelajaran 2. Merumuskan tujuan, baik jangka panjang (tahunan) ataupun tuju-an jangka pendek, secara khusus dalam kegiatan pembelajaran .

3. Menetapkan materi dan strategi pembelajaran. 4. Menyiapkan media pembelajaran. 5. Menyiapkan alat evaluasi untuk menilai keberhasilan program.

SIX KEY ASPIRATIONS VOICED BY ALL STAKEHOLDER 2. MENETAPKAN TUJUAN DAN TARGET BELAJAR 3. MERANCANG MATERI PEMB. YG EFEKTIF MEMAHAMI PETA KARAKTER PESERTA DIDIK PENDIDIKAN INKLUSIF 6. MONITORING DAN EVALUASI 4. MENYIAPKAN SUMBER DAYA (RESOURCES) 5. MEMBAGI TUGAS DAN PERANAN GURU CO-TEACHING

Referensi Suparno, 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Departemen Pendidikan Nasional. Roy, Debbie Kramer, 2009. Mempersiapkan Guru Pendidikan Inklusif bagi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus (http://www.idp-europe.org/eenet/newsletter1_Indonesia/page20.php) Hadis, Fauzia Aswin, 2007. Kurikulum Pendidikan ABK Lebih Kompleks .(http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0602/17/humaniora/2442207.htm .

Mujito AK, 2009. Anak Berkebutuhan Khusus Sulit Akses Sekolah Formal (http://www.kapanlagi.com/h/0000061403.html). Parto MM, 2009. Anak Berkebutuhan Khusus (http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/41935). Mufidah Jusuf Kalla, 2009. ABK Jangan Disisihkan (http://niasonline.net/2007/08/08/anak-berkebutuhan-khusus-jangan-sisihkan-anak-anak-down-syndrome-itu).)   . A3

AVSEQ01 Sekian Terima Kasih A3