BILLY D. MESSAKH, MD General surgeon ACUTE BURN MANAGEMENT BILLY D. MESSAKH, MD General surgeon
DEFINISI LUKA BAKAR Suatu trauma panas yang disebabkan oleh air / uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam kerusakan/ kehilangan kulit
ANGKA MORBIDITAS DAN MORTALITAS MASIH TINGGI DI AMERIKA : 2 – 3 JUTA/TAHUN ANGKA KEMATIAN : 5 – 6 RIBU / TAHUN RSUP CIPTO MANGUNKUSUMO (1998) PENDERITA YANG DIRAWAT : 107 ANGKA KEMATIAN : 37,78% RSU DR. SOETOMO (JANUARI – DESEMBER 2000) PENDERITA YANG DIRAWAT : 106 ANGKA KEMATIAN : 26,41% MERUPAKAN TANTANGAN BAGI KITA A B A (AMERICAN BURN ASSOCIATION) MENGADAKAN CONTINUING EDUCATION – A B L S A L B I (ASOSIASI LUKA BAKAR INDONESIA) ???
PENYEBAB LUKA BAKAR API AIR PANAS BAHAN KIMIA LISTRIK, PETIR, RADIASI SENGATAN SINAR MATAHARI LEDAKAN TUNGKU PANAS, UDARA PANAS LEDAKAN BOM
DERAJAT KEDALAMAN LUKA BAKAR LUKA BAKAR DERAJAT I - EPIDERMIS LUKA BAKAR DERAJAT II - DERAJAT IIA (SUPERFICIAL) - DERAJAT IIB (DEEP) LUKA BAKAR DERAJAT III - SAMPAI OTOT / TULANG
DERAJAT KEDALAMAN KLINIS RASA NYERI DERAJAT I HYPEREMIS HYPER ESTESIA DERAJAT II A BULLA, MERAH DERAJAT II B BULLA, PUCAT HYPO ESTESIA DERAJAT III HITAM, KERING AN ESTESIA
LUAS LUKA BAKAR WALLACE RULE OF NINE Kepala leher 9% --------> 9% Lengan 9% --------> 18% Badan depan ---------------------> 18% Badan belakang ------------------> 18% Tungkai 18% -------> 36% Genetalia/ perineum -------------> 1 % Jumlah -----------------------------------> 100%
DEWASA
ANAK – ANAK 10 14 18 9 9 9 9 9 9 18 18 18 18 18 18 18 16 18 14 16 14 15 tahun 5 tahun 0 – 1 tahun
KRITERIA BERAT RINGANNYA (AMERICAN BURN ASSOCIATION) LUKA BAKAR RINGAN - LUKA BAKAR DERAJAT II < 15% - LUKA BAKAR DERAJAT II < 10% PADA ANAK-ANAK - LUKA BAKAR DERAJAT III < 1% LUKA BAKAR SEDANG - LUKA BAKAR DERAJAT II 15-25% PADA ORANG DEWASA - LUKA BAKAR DERAJAT II 10-20% PADA ANAK-ANAK - LUKA BAKAR DERAJAT III < 10%
- LB. DERAJAT II 25% ATAU LEBIH PADA ORANG DEWASA LUKA BAKAR BERAT - LB. DERAJAT II 25% ATAU LEBIH PADA ORANG DEWASA - LB. DERAJAT II 20% ATAU LEBIH PADA ANAK-ANAK - LB. DERAJAT III 10% ATAU LEBIH - LB. MENGENAI TANGAN, WAJAH, TELINGA, MATA, KAKI DAN GENETALIA/PERINEUM. - LB. DENGAN CEDERA INHALASI, LISTRIK, DISERTAI TRAUMA LAIN
FASE LUKA BAKAR FASE AKUT / FASE SYOK / FASE AWAL - KEJADIAN / IRD - PROBLEM PERNAFASAN DAN CAIRAN - LUKA FASE SUBAKUT - DALAM PERAWATAN - PROBLEM LUKA, INFEKSI, SEPSIS FASE LANJUT - SETELAH BEROBAT JALAN - PROBLEM PARUT, KONTRAKTUR
PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT I. PRIMARY SURVEY : PEMERIKSAAN SEPERTI PADA TRAUMA YANG LAIN. A. AIRWAY DAN CERVICAL SPINE PROTEKSI B. BREATHING DAN VENTILASI C. CIRCULASI DAN KONTROL PERDARAHAN D. DISABILITY – PEMERIKSAAN NEUROLOGIS E. EXPOSURE
II. SECONDARY SURVEY : A. HISTORY / ANAMNESA B. PEMERIKSAAN FISIK / LENGKAP MULAI KEPALA - KAKI
PRINSIP PENANGANAN HENTIKAN PROSES YANG MENYEBABKAN LUKA BAKAR UNIVERSAL PRECAUTION, HIV, HEPATITIS FLUID RESUSCITATION : 2-4 CC RL X BB X LUAS LB. VITAL SIGN PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE PEMASANGAN URINE KATETER
ASSESSMENT PERFUSI EKSTRIMITAS CONTINUED VENTILATORY ASSESSMENT PAINT MANAGEMENT PSYCHOSOCIAL ASSESSMENT PEMBERIAN TETANUS TOKSOID TIMBANG BERAT BADAN PENCUCIAN LUKA DI KAMAR OPERASI (BIUS TOTAL) ESCHAROTOMY DAN FASCIOTOMY
PENANGANAN RESUSITASI CAIRAN (FLUID RESUSCITATION) FORMULA EVANS FORMULA BROOKE FORMULA PARKLAND MODIFIKASI BROOKE FORMULA MONAFO
Formulas Used to Calculate fluid Needs in Burn Shock NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2nd 24 HOURS Harkins/ plasma 1941 (100 ml Plasma) (measured hematocrit-45) Also add 25% of this calculated dose for each gram the serum protein is less than 6.0 gm/100 ml ---------------------------------------------------- 1/3 given over first 2 hrs 1/3 given over next 4 hrs 1/3 given over next 6 hrs Recalculate at 12 hrs Cope/Moore 1947 75 ml Isotonic electrolyte/% BBSA + 75 ml Plasma/% BBSA 2000 ml D5W ½ given over 1st 8 hrs ½ given over remaining 16 hrs ½ previously calculated isotonic electrolyte/plasma micture D5W, 2000 ml Evans 1952 1 ml 0.9% NaCl/% BBSA/kg 1 ml plasma/% BBSA/kg ------------------------------------------------------ If greater than 50% BBSA, treat as 50%
SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2nd 24 HOURS Brooke (old) 1953 1.5 ml Lactated Ringer’s/% BBSA/kg + 0.5 Plasma/% BBSA/kg 2000 ml D5W --------------------------------------------------------- ½ given in first 8 hrs ½ given over next 16 hrs If greater than 50% BBSA, treat as if 50% ½ of previously calculated electrolyte and plasma mixture D5W, 2000 ml Moyer 1965 Lactated Ringer’s titrated to avoid shock Sorenson 1968 Dexran 70, 6% in 0.9 NaCl 120 ml/% BBSA Given over 48 hours with D5W, 50 cc/kg/hrs Baxter/ Parkland Lactated Ringer’s, 4 ml/% BBSA/kg ½ given over first 8 hrs ½ given over remaining 16 hrs Dextran 40, 500-1000 ml Begin at 1st 18 hrs
SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES NAME AND YEAR OF INTRODUCTION 1st 24 HOURS SOLUTIONS, AMOUNTS, AND RATES 2nd 24 HOURS Monafo/ hypertonic Lactated saline 1970 1984 1970 : HLS 300 mEqNa+/L 200 mEq DL Lactate/L 100 mEq Cl-/L Given p.o./I.V, titrated to avoid shock 1984 : HLS 250 mEqNa+/L 100 mEq DL 150 mEq/Cl-/L Haldane’s solution (1.33 NS) p.o. Up to 3500 ml maximum Free water p.o. Brooke (modified) 2 ml Lactated Ringer’s/% BBSA/kg ½ given over first 8 hrs ½ given over next 16 hrs Colloid 0.5 ml/% BBSA/kg + D5W maintenance Odstock 1981 (7.5 ml) (kg)=plasma maximum dose for 36 hrs 1/3 given in first 8 hrs 1/3 given in next 12 hrs 1/3 given in next 16 hrs P.O intake “as thirst demands”
FORMULA BAXTER RSU DR. SOETOMO HARI PERTAMA : DEWASA :RL 4 CC X BB X % LUAS LB / 24 JAM ANAK : RL : DEXTRAN = 17 : 3 2 CC X BB X % LUAS LB + KEBUTUHAN FAALI KEBUTUHAN FAALI : < 1 TAHUN : BB X 100 CC 1-3 TAHUN : BB X 75 CC 3-5 TAHUN : BB X 50 CC ½ JUMLAH CAIRAN DIBERIKAN DALAM 8 JAM PERTAMA ½ DIBERIKAN 16 JAM BERIKUTNYA DEWASA : DEXTRAN 40, 500-1000 CC MULAI JAM KE 18
HARI KEDUA : DEWASA : DIBERI SESUAI KEBUTUHAN ALBUMIN (KP) ANAK : DIBERI SESUAI KEBUTUHAN FAALI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM LUKA BAKAR DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN FUNGSI ORGAN. LABORATORIUM DASAR (BASELINE LABORATORY TEST) HEMATOCRIT DARAH LENGKAP (Hb) ALBUMIN RFT DAN LFT ELEKTROLIT, Na, K, Cl, HCO3 BLOOD UREA NITROGEN URINALYSIS FOTO THORAK ARTERIAL BLOOD GASES (TRAUMA INHALASI) CARBOXY HEMOGLOBIN ECG (TRAUMA LISTRIK)
PERAWATAN LUKA SECARA TERTUTUP LUKA DICUCI, DEBRIDEMENT DAN DIDESINFEKSI DENGAN SAVLON 1 : 30 TUTUP TULLE TOPIKAL SILVER SULFADIAZINE (SSD) TUTUP KASA STERIL TEBAL/ELASTIC VERBAN LUKA DIBUKA HARI KE 5 KECUALI ADA TANDA INFEKSI DILAKUKAN DENGAN PEMBIUSAN TOTAL DI KAMAR OPERASI
TANGENSIAL EKSISI - ESCHARECTOMY
ESCHAROTOMY
MONITORING RESUSCITATION/ RESUSITASI CAIRAN URINE PRODUKSI SETIAP JAM. DEWASA: 0,5 CC/KG/JAM (30-50 CC/JAM) ANAK : 1 CC/KG/JAM OLIGO-URIA BERHUBUNGAN DENGAN SYSTEMIK VASKULAR RESISTANCE DAN REDUKSI CARDIAC OUTPUT) HAEMOCHROMOGENURIA (RED PIGMENTED URINE) BLOOD PRESSURE HEART RATE HEMATOCTRIT DAN HAEMOGLOBIN
TRAUMA INHALASI
PENANGANAN PERNAFASAN : TRAUMA INHALASI TRAUMA PANAS LANGSUNG KERACUNAN ASAP GAS TOKSIK EFEK KARBON MONOKSIDA (CO) KLINIS : 1. TERJEBAK RUANG TERTUTUP 2. SPUTUM TERCAMPUR ARANG 3. LUKA BAKAR PERIORAL 4. PENURUNAN KESADARAN 5. TERDAPAT DISTRESS NAFAS 6. TACHIPNEA 7. SESAK NAFAS
PERNAFASAN UDARA PANAS IRITASI UDEMA OBSTRUKSI GAGAL NAFAS EFEK TOKSIK DARI ASAP : HCN, NO2, HCl, BENSIN IRITASI BRONKOKONSTRIKSI GAGAL NAFAS CO HIPOKSIA
TIPE TRAUMA INHALASI (ABLS) KERACUNAN KARBON MONOKSIDA TRAUMA INHALASI DIATAS GLOTTIS TRAUMA INHALASI DIBAWAH GLOTTIS
PENATALAKSANAAN TANPA DISTRES PERNAFASAN : INTUBASI (PEMASANGAN PIPA ENDOTRAKEA) TANPA MENGGUNAKAN PELUMPUH OTOT DAN TANPA VENTILATOR PEMBERIAN OKSIGEN 2-4 LITER/MENIT MELALUI PIPA ENDOTRAKEA PENGHISAPAN SEKRET SECARA BERKALA HUMIDIFIKASI DENGAN PEMBERIAN NEBULIZER MENGGUNAKAN SUNGKUP SETIAP 6 JAM. PEMBERIAN BRONKODILATOR (VENTOLIN® INHALASI) DILAKUKAN BILA JELAS DIJUMPAI GEJALA DAN TANDA DISTRES PERNAFASAN
PEMANTAUAN GEJALA / TANDA DISTRES PERNAFASAN : A. GEJALA SUBYEKTIF : GELISAH, SESAK NAFAS B. GEJALA OBYEKTIF : PENINGKATAN FREKUENSI PERNAFASAN ( > 30 KALI/MENIT), SIANOTIK, STRIDOR, AKTIVITAS OTOT PERNAFASAN BERTAMBAH. C. UNTUK PEMANTAUAN INI, MAKA DILAKUKAN PEMERIKSAAN : i. ANALISA GAS DARAH 1. PADA PERTAMA KALI PENDERITA DITOLONG (SAAT RESUSITASI) 2. DALAM 8 JAM PERTAMA 3. DALAM 24 JAM PASCA CEDERA 4. SELANJUTNYA SESUAI KEBUTUHAN ii. FOTO TORAK/PARU 24 JAM PASCA CEDERA.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK (FOTO TORAK/PARU) PENDERITA INI DIRAWAT PADA BED OBSERVASI, DENGAN POSISI DUDUK ATAU SETENGAH DUDUK. TINDAKAN INI DILAKUKAN SEBELUM TINDAKAN RESUSITASI CAIRAN. PELAKSANAANNYA DILAKUKAN DIRUANG RESUSITASI INSTALASI GAWAT DARURAT.
DENGAN DISTRES PERNAFASAN DILAKUKAN TRAKEOSTOMI PEMBERIAN OKSIGEN 2-4 LITER/MENIT MELALUI TRAKEOSTOMI/PIPA ENDOTRAKEA PEMBERSIHAN SALURAN NAFAS SECARA BERKALA, SERTA BRONCHIAL WASHING. HUMIDIFIKASI DENGAN NEBULIZER. BRONKODILATOR (VENTOLIN @ INHALASI) SETIAP 6 JAM.
PEMANTAUAN GEJALA DAN TANDA DISTRES PERNAFASAN : A. GEJALA SUBYEKTIF : GELISAH, SESAK NAFAS. B. GEJALA OBYEKTIF : FREKUENSI PERNAFASAN MENINGKAT (> 30-40 KALI/MENIT). PEMERIKSAAN RADIOLOGIK (FOTO TORAK/PARU) KASUS INI DIRAWAT PADA BED OBSERVASI DENGAN POSISI DUDUK ATAU SETENGAH DUDUK. PELAKSANAANNYA DI RUANG RESUSITASI INSTALALASI GAWAT DARURAT
LUKA BAKAR LISTRIK
LUKA BAKAR LISTRIK KERUSAKAN JARINGAN DISEBABKAN : ALIRAN LISTRIK (ARUS BOLAK BALIK/AC) MERUPAKAN ENERGI DALAM JUMLAH BESAR. KERUSAKAN DAPAT EKSTENSIF LOKAL MAUPUN SISTEMIK. LONCATAN ENERGI DITIMBULKAN OLEH UDARA YANG BERUBAH MENJADI API KERUSAKAN JARINGAN AKIBAT KERUSAKAN SISTEM PEMBULUH DARAH SEPANJANG YANG DIALIRI LISTRIK (TROMBOSIS)
PENANGANAN LUKA BAKAR LISTRIK : A. PRIMARY SURVEY 1. AIRWAY – CERVICAL SPINE 2. BREATHING 3. CIRCULATION 4. DISABILITY PEMERIKSAAN KESADARAN G C S DAN PERIKSA PUPIL
B. SECONDARY SURVEY 1. PEMERIKSAAN DARI KEPALA SAMPAI KAKI. 2. PAKAIAN DAN PERHIASAN DIBUKA. PERIKSA TITIK KONTAK ESTIMASI LUAS LUKA BAKAR/DERAJAT LUKA BAKARNYA PEMERIKSAAN NEUROLOGIS PEMERIKSAAN TRAUMA LAIN, PATAH TULANG/DISLOKASI KALAU PERLU PASANG ENDOTRAKEAL INTUBASI.
C. RESUSITASI BILA DIDAPATKAN LUKA BAKAR, DAPAT DIBERIKAN CAIRAN 2-4 CC/KG/LUAS LB. KALAU DIDAPATKAN HAEMOCHROGENS (MYOGLOBIN), URINE OUT PUT DIPERTAHANKAN ANTARA 75-100 CC/JAM SAMPAI TAMPAK URINE MENJADI JERNIH. SODIUM BICARBONAT DAPAT DITAMBAHKAN PADA RINGER’S LACTATE SAMPAI pH > 6.0. MANITOL JARANG
D. CARDIAC MONITORING MONITORING ECG KONTINYU UNTUK DYSRHYTMIA VENTRIKULAR FIBRILASI, ASYSTOLE DAN ARHYTMIA DITERAPI SESUAI ADVANCED CARDIAC LIVE SUPPORT
LUKA BAKAR KIMIA
LUKA BAKAR KIMIA DI UNITED STATE TERDAPAT LEBIH 500.000 JENIS BAHAN KIMIA YANG BEREDAR. SEKITAR 30.000 JENIS YANG BERBAHAYA. DILAPORKAN 2-6% KEJADIAN LUKA BAKAR KARENA BAHAN KIMIA.
KLASIFIKASI BAHAN KIMIA : ALKALIS / BASA HYDROXIDES, CAUSTIC SODAS, POTASSIUM AMMONIUM, LITHIUM, BARIUM, CALCIUM. BAHAN-BAHAN PEMBERSIH. MENYEBABKAN LIQUAFACTION NECROSIS DAN PROTEIN DENATURATION ACIDS / ASAM HYDROCHLORIC ACID, OXALIC ACID, SULFURIC ACID PEMBERSIH KAMAR MANDI, KOLAM RENANG. MENYEBABKAN KERUSAKAN COAGULATION NECROSIS ORGANIC COMPOUNDS PHENOL, CREOSOTE, PETROLEUM. SEBAGAI DESINFECTANS KIMIA. MENYEBABKAN KERUSAKAN CUTANEUS, EFEK TOKSIS TERHADAP GINJAL DAN LIVER
BERAT/RINGANNYA TRAUMA TERGANTUNG : BAHAN / AGENT KONSENTRASI VOLUME LAMA KONTAK MEKANISME TRAUMA
PENATALAKSANAAN : BEBASKAN PAKAIAN YANG TERKENA. IRIGASI DENGAN AIR YANG KONTINYU HILANGKAN RASA NYERI PERHATIKAN AIRWAY, BREATHING DAN CIRCULATION IDENTIFIKASI BAHAN PENYEBAB PERHATIKAN BILA MENGENAI MATA PENANGANAN SELANJUTNYA SAMA SEPERTI PENANGANAN LUKA BAKAR.
LUKA BAKAR DAN KEHAMILAN
LUKA BAKAR DAN KEHAMILAN HATI-HATI TERHADAP KOMPLIKASI. KOMPLIKASI PADA IBU DAN JANIN. PADA LUKA BAKAR 60% ATAU LEBIH MENIMBULKAN SPONTAN TERMINASI DARI KEHAMILAN.
PENATALAKSANAAN SEGERA DILAKUKAN STABILISASI AIRWAY. KALAU PERLU DILAKUKAN ENDOTRACHEAL INTUBASI. HIPOKSIA DAPAT TERJADI PADA IBU DAN JANIN. RESPIRATORY DISTRESS DAN HYPOKSIA DAPAT MENIMBULKAN RESISTAN VASKULER PADA UTERUS, MENGURANGI UTERUS BLOOD FLOW DAN OKSIGEN KE JANIN MENURUN. MONITORING JANIN KONSULTASI DENGAN SPESIALIS KANDUNGAN.
KOMPLIKASI TERMINASI KEHAMILAN AKIBAT HYPOTENSI, HYPOKSIA SERTA ADANYA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PERSALINAN PREMATUR KEMATIAN JANIN INTRA UTERINE
CLINITRON BED