PERSEDIAAN Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laba rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang maupun industri, persediaan merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Pada perusahaan tertentu, persediaan menggambarkan 70 % dari aset lancar.
Klasifikasi Persediaan Persediaan memiliki 2 ciri : 1. Persediaan milik perusahaan 2. Persediaan siap dijual kpd para konsumen Perusahaan dagang memiliki 1 persediaan yaitu persediaan barang dagangan. Persediaan ini meliputi segala macam barang dagangan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan industri memiliki 3 persediaan :
Perusahaan Industri memiliki 3 persediaan : Persediaan bahan baku Persediaan produk dalam proses ( PDP ) Persediaan produk jadi. Penentuan Kuantitas Persediaan ada 2 : Melakukan perhitungan fisik atas barang yang ada digudang. Menentukan pemilikan atas barang dalam perjalanan.
Perhitungan fisik persediaan Prosedur pengendalian intern persediaan : Perhitungan harus dilakukan oleh orang yang tidak ditugasi menyimpan persediaan ( Pembagian Tugas ) Tiap bagian mendapat tugas yg jelas mengenai jenis persediaan yang menjadi tanggungjawabnya ( Penetapan TJ ). Harus dilakukan perhitungan kedua oleh org lain ( Pemeriksaan secara independen )
Harus digunakan kartu persediaan yg bernomor urut cetak(prosedur dokumentasi ) Harus ditunjuk pengawas yang bertugas untuk menentukan ( pada akhir perhitungan ) bahwa semua jenis persediaan diberi kartu dan tidak ada satu jenis persediaan yang diberi lebih dari satu kartu.
Barang dalam perjalanan Maksudnya barang tersebut pada tanggal neraca berada ditangan pihak pengangkut. Barang dalam perjalanan harus dimasukkan sebagai persediaan pihak yang memegang hak milik atas barang tersebut. Hak kepemilikan harus ditentukan oleh syarat penjualan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli.
Syarat Penjualan : FOB ( Free On Board ) shipping point : pemilikan atas barang akan berpindah ketangan pembeli pada saat pihak pengangkut menerima barang dari tangan sipenjual. FOB Destination : Hak mlik atas barang akan tetap berada ditangan penjual sampai barang diserahkan ketangan pembeli oleh perusahaan pengangkut.
Contoh : Pada tgl 31 Desember 2011, PT Rizani memiliki 20.000 unit barang digudang dan sejumlah barang dalam perjalanan yakni : - Barang yang dijual tgl 31 Des sebanyak 1.500 unit dgn syarat FOB Destination - Barang yang dibeli dgn syarat FOB Shopping Point sebanyak 3.000 unit dan oleh penjual telah diserahkan kepada perusahaan pengangkut tgl. 31 Des 2011. PT Rizani adalah pemegang hak milik atas barang barang dalam perjalanan tersebut. Jadi total persediaan barang PT.Rizani 24.500 unit
Dalam menentukan kuantitas persediaan ada 2 metode yaitu : metode fisikdan perpetual Tidak bisa setiap saat mengetahui laba rugi perusahaan. Dapat diketahui setiap akhir bulan dgn cara : Menghitung stok barang digudang Membuat jurnal adjusment. Metode Perpetual Setiap saat dapat menentukan laba rugi perusahaan. Tidak perlu membuat jurnal adjusment . Bunyi jurnal juga berbeda.
Dalam menentukan nilai persediaan ada 4 metode yaitu : Metode FIFO : barang yang masuk lebih dahulu dikeluarkan lebih dahulu pula, berarti barang yang tertnggal digudang adalah barang yang terakhir masuk. Metode LIFO : barang yang terakhir masuk dikeluarkan lebih dahulu, berarti barang yang tertinggal digudang adalah barang yang awal masuk.
Lanjutan Metode rata rata : Pada metode ini pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata rata tertimbang. Rumus Harga perolehan barang tersedia dijual dibagi dengan jumlah unit yang tersedia dijual. Metode identifikasi khusus : metode ini mengikuti aliran fisik barang yg sesungguhnya terjadi, misalnya setiap jenis persediaan diberi tanda, digantungi kartu atau kode menurut harga perolehannya.
Alasan yang mendasari pemilihan suatu metode, ada 3 faktor : Pengaruh terhadap neraca Pengaruh terhadap laba rugi Pengaruh terhadap pajak
Pengaruh terhadap Neraca Metode FIFO terasa pada masa inflasi, karena akan menghasilkan nilai persediaan yang mencerminkan harga yang berlaku pada tgl neraca. Metode LIFO Pada masa inflasi , harga persediaan pada tglneraca didasarkan pada harga perolehan barang yang dibeli lebih awal, akibatnya harga perolehan persediaan tidak mencerminkan keadaan pada tgl. Neraca sehingga aset lancar dilaporkan lebih rendah dari harga yang berlaku pada tgl neraca.
Pengaruh terhadap laba rugi Metode FIFO, Pada masa inflasi FIFO akan menghasilkan laba bersih yang lebih tinggi . Tingkat laba yg tinggi bagi manajemen sangat menguntungkan, karena pihak luar akan memberikan penilaian yang positif terhadap perusahaan. Kalau pembagian bonus maka bonus yg diterima manajemen juga tinggi. Metode LIFO sebaliknya
Pengaruh terhadap pajak Metode FIFO bayar pajak tinggi Metode LIFO bayar pajak rendah
Penaksiran Persediaan Keadaan yang mendorong perusahaan untuk menaksir persediaan adalah : Manajemen berkeinginan untuk menyusun laporan keuangan bulanan atau triwulan, tetapi perhitungan fisik persediaan hanya dilakukan pada akhir tahun saja. Terjadi musibah ( kebakaran atau kebanjiran ) yang tidak memungkinkan untukmelakukan perhitungan fisik persediaan.
Metode penaksiran persediaan yang paling lazim dipakai adalah : Metode Laba Kotor : persediaan ditaksir dengan cara menerapkan % tase laba kotor terhadap penjualan. Untuk menerapkan metode laba kotor, perusahaan perlu mengetahui : pendapatan, harga perolehan barang tersedia dijual dan % tase laba kotor. Rumus I: Penjualan bersih – taksiran laba kotor = taksiran harga pokok penjualan. Rumus 2 : Harga perolehan brg tersedia dijual – taksiran HPP = taksiran harga perolehan persediaan akhir.
Contoh : PT Kelinci bermaksud menyusun laporan laba rugi bulan Januari. Pada bulan tersebut penjualan bersih Rp.200.000,- persediaan awal Rp.40.000,- Pembelian Rp. 120.000,-. Pada tahun lalu, perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 30 %, tahun ini diperkirakan memperoleh laba kotor dengan % tase yang sama. Berdasarkan data tersebut kita dapat menaksir persediaan yang ada pada akhir bulan Januari dengan menggunakan metode laba kotor sbb :
Taksiran laba kotor 30%x200rb Rp. 60.000,- Jawab : Penjualan bersih Rp. 200.000,- Taksiran laba kotor 30%x200rb Rp. 60.000,- Taksiran harga pokok penj Rp. 140.000,- Persediaan awal Rp. 40.000 Pembelian Rp.120.000 H.perolehan brg terjual Rp.160.000 Taksiran HPP Rp.140.000 Taksiran HP persediaan akhir Rp. 20.000
2. Metode Harga Eceran Perusahaan dagang yang menjual barang secara eceran, pada umumnya memiliki barang yang banyak sekali jenisnya, seperti matahari atau hero. Metode yang dipakai dalam penentuan harga perolehan persediaan yang didasarkan pada taksiran disebut metode harga eceran. Agar metode ini dapat digunakan, perusahaan harus memiliki catatan yang menunjukkan harga perolehan barang yang tersedia dijual dan harga ecerannya( harga jualnya ).
Rumus : Tahap 1 : Barang tersedia dijual berdasar harga eceran xx Penjualan bersih (xx) Persediaan akhir berdasar harga eceran xx Tahap 2 : Brg tersedia dijual berdasar h.perolehan xx dibagi Brg tersedia dijual berdasar h.eceran xx Perbandingan h.perolehan thd h.eceran xx Tahap 3 : Persediaan akhir berdasar harga eceran xx dikali Perbandingan h.perolehan thd harga eceran xx Taksiran harga perolehan persediaan akhir xx
Contoh Perusahaan membeli 10 unit barang dengan harga Rp. 7 untuk dijual dengan harga Rp.10 per unit Perbandingan antara harga perolehan dengan harga eceran adalah 70 % ( 70 : 100 ). Seandainya tersisa 4 unit belum terjual, harga eceran ke empat unit tersebut adalah Rp. 40 dan harga perolehannya adalah Rp. 28 ( 70%x Rp.40 ) yang sama dengan total harga perolehannya yaitu 4 x Rp 7 = Rp 28
Penerapan harga eceran dapat dilukiskan sbb : Atas dasar Atas dasar HP Eceran Persediaan awal 14,000 21,500 Pembelian 61,000 78,500 Barang tersedia dijual 75,000 100,000 Penjualan bersih 70,000 (1) Persediaan akhir berdasar harga eceran 30,000 (2) Perbandingan harga perolehan terhadap harga eceran = Rp.75.000 : Rp 100.000 = 75 % (3) Taksiran harga perolehan persediaan akhir = 75 % x Rp 30.000 = Rp. 22.500,-
Pengaruh kesalahan terhadap laporan L/R Kesalahan persediaan HPP Laba bersih Persed awal terlalu rendah rendah Tinggi Persed awal terlalu tinggi Tinggi Rendah Persed akhir terlalu rendah Tinggi Rendah Persed awal terlalu tinggi Rendah Tinggi