DISEASE OF THE RESPIRATORY SYSTEM Rudi satriawan Magelang, 15 Mei 2016
ANATOMI
AVIAN INFLUENZA
Flu burung (avian influenza) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang pada umumnya menyerang unggas
Ada riwayat pajanan dalam 7 hari sebelum mulai gejala Diagnosis Gejala klinis Demam ≥ 38 C, batuk, nyeri tenggorok Pilek, sakit kepala, nyeri otot, infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna Sesak napaskelainan saluran napas bawahperburukan Pemeriksaan fisik: ronki di paru, frekuensi napas cepat Ada riwayat pajanan dalam 7 hari sebelum mulai gejala
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Hematologi : Hb, AL, AT, hitung jenis lekosit, limfosit total. umumnya ditemukan lekopeni, limfositopeni, trombositopeni Kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, Ur, Cr, kreatin kinase, analisis gas darah. umumnya ditemukan penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT, peningkatan Ur/Cr, peningkatan kreatin kinase, AGD bisa normal/abnormal
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan: Uji RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) untuk H5 Biakan dan identifikasi virus influenza A subtipe H5N1 Uji serologi
Pemeriksaan radiologi Foto toraks PA dan lateral Infiltrat di paru pneumonia CT scan gejala klinis flu burung tapi foto toraks normal, untuk langkah diagnostik dini Pemeriksaan post mortem Pasien meninggal sebelum diagnosis ditegakkan dianjurkan diambil sediaan post mortem dgn biopsi pada mayat, spesimen untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR
Pasien yg telah dikonfirmasi sbg flu burung dikategorikan: Derajat penyakit Pasien yg telah dikonfirmasi sbg flu burung dikategorikan: Derajat 1: tanpa pneumonia Derajat 2: pneumonia ringan tanpa gagal napas Derajat 3: pneumonia berat dengan gagal napas Derajat 4: pneumonia berat dan ARDS atau kegagalan organ ganda (multiple organ failure)
Pengobatan Antiviral oseltamivir diberikan segera (48 jampertama) Dewasa atau anak >13 th oseltamivir 2x75mg per hari selama 5 hari Anak ≥ 1th oseltamivir 2mg/kg BB, 2 kali sehari selama 5 hari Dosis sesuai BB - > 40 kg : 75 mg 2x/hari - 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari - 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari - ≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari
Pengobatan lain Antibiotik spektrum luas yg mencakup kuman tipikal dan atipikal Methylprednisolon 1 -2 mg/kg BB IV diberikan pd pneumonia berat, ARDS, atau shok sepsis yg tidak respon thd obat-obat vasopresor Terapi simptomatik, vitamin, makanan bergisi Rawat ICU sesuai indikasi
Perawatan intensif Kriteria pneumonia berat, jika dijumpai salah satu: Frekuensi napas >30/menit PaO2/FiO2 <300 Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral Foto torak paru melibatkan > 2 lobus Sistol < 90 mmHg Diastol < 60 mmHg Butuh ventilasi mekanik Infiltrat bertambah 50% Membutuhkan vasopresor > 4 jam (shok sepsis) Serum kreatinin > 2 mg/dl
Kriteria rawat di ICU Gagal napas Terjadi ganguan ventilasi dan perfusi, AGD ditemukan PaCO2> 60 PaO2/FiO2 < 200 (ARDS), < 300 (ALI) Frekuensi napas > 30/menit Shok (hipovolemik, kardiogenik) Memerlukan ventilator mekanik
Pneumonia yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk DEFINISI Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk
TYPE PNEUMONIA BERDASARKAN SUMBER KUMAN Pneumonia komuniti, pneumonia yang didapat di masyarakat ( Community Acquired Pneumonia) Pneumonia nosokomial (Hospital Acquired Pneumonia) Pneumonia Aspirasi Pneumonia Imunocompromised
PNEUMONIA BERDASAR PENYEBAB Pneumonia bakterial / tipikal : staphylococcus, streptococcus, hemofilus influenza, klebsiella, pseudomonas dll Pneumonia atipical : mycoplasma, legionella dan chlamydia Pneumonia virus Pneumonia jamur
PNEUMONIA BERDASAR PREDILEKSI Pneumonia lobaris, lobularis Bronkopneumonia Pleuropneumonia Pneumonia interstitiel
PATOGENESIS Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, hal ini akibat aktivitas mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembangbiak menimbulkan pernyakit
CARA MIKROORGANISME MASUK SALURAN NAPAS Inokulasi langsung Penyebaran melalui pembuluh darah Inhalasi bahan aerosol Kolonisasi di permukaan mukosa
PATOLOGI Bakteri masuk ke alveoli menyebabkan reaksi radang edema seluruh alveoli infiltrasi sel-sel PMN diapedesis eritrosit Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit
Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi PATOLOGI Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi Zona luar : alveoli yang terisi bakteri dan cairan edema Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah Zona konsolidasi luar : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak Zona Resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan alveolar makrofag
Red hepatization : daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan PATOLOGI Red hepatization : daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan Gray hepatization : daerah konsolidasi yang luas
Red Hepatization
DIAGNOSIS 1. Anamnesis Demam menggigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak mukoid atau purulen, sesak napas, kadang nyeri dada
DIAGNOSIS 2. Pemeriksaan fisis Tergantung luas lesi paru Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal Palpasi : fremitus dapat mengeras Perkusi : redup Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sampai bronkial, suara tambahan ronki basah halus sampai ronki basah kasar pada stadium resolusi
DIAGNOSIS 3. Pemeriksaan penunjang a. Gambaran radiologis Foto toraks PA / lateral, gambaran infiltrat sampai gambaran konsolidasi (berawan) dapat disertai air bronchogram
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobaris
Bronchopneumonia
Bronkopneumonia Bronchopneumonia
DIAGNOSIS 3. Pemeriksaan penunjang b. Pemeriksaan laboratorium Terdapat peningkatan jumlah lekosit > 10.000/ul kadang dapat mencapai 30.000/ul atau < 5000/ul Untuk menentukan diagnosis etiologi : pemeriksaan dahak (biakan), biakan darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia, pada stadium lanjut asidosis respiratorik
PENGOBATAN Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaanya
PENGOBATAN Karena beberapa alasan yaitu : 1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa 2. Bakteri patogen yang berhasil di isolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia 3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu Maka pemberian antibiotika dilakukan secara empiris
KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat terjadi Efusi pleura Empiema Abses paru Pneumothoraks Gagal napas Sepsis