Kuliah FTS CSP tanggal 5 Februari 2012
SAP FTS CSP Formula, alat, dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria, salep, salep mata, pengawet salep, pengemas salep, absorbsi percutan Mengenal sediaan transdermal, dispersi, suspensi, emulsi dan evaluasi serta masalah dalam pembuatannya
Pemilihan dasar salep yang tepat Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1. Laju penglepasan obat yang diinginkan 2. keinginan peningkatan absorbsi obat oleh dasar salep 3. kelayakan dasar salep dalam melindungi kelembapan kulit 4. kestabilan obat dalam basisnya 5. pengaruh obat terhadap viskositas salep .
Pembuatan salep 1. metode pencampuran Caranya semua komponen salep dicampur bersama sampai sediaan homogen Alat yang digunakan dapat berupa lumpang alu dari porselen a) pencampuran bahan padat Biasanya digunakan spatula logam tahan karat, atau bisa juga digunakan spatula dari karet yang keras Bahan obat atau bahan tambahan lain yang berupa serbuk digerus terlebih dahulu, kemudian ditambahkan basisnnya dan diaduk sampai homogen
b) pencampuran cairan Penambahan bahan cairan atau larutan obat akan mengalami kesulitan untuk basis yang berlemak, perlu diperhatikan pemilihan basisnya Alat lain yang dapat digunakan adalh penggiling salep mekanik, dengan menggunakan pengaduk logam tahan karat, hasilnya lebih halus dan rata
Metode kedua: peleburan Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk Bahn-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir, bila temperatur sudah turun
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan salep dengan peleburan Untuk skala kecil dapat digunakan cawan porselen atau gelas beker untuk mencampurnya, dan setelah membeku dapat digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang Pada skala besar digunakan ketel uap berjaket dan setelah membeku, salep dimasukkan dalam gilingan salep untuk memastikan homogenitasnya
Pada metode peleburan, karena titik lebur masing-masing bahan berbeda, maka akan mempengaruhi bagaimana proses pembuatannya, karena suhu untuk melebur beda-beda. Bahan dengan titik lebur paling tinggi dileburka terlebih dahulu, baru komponen lain ditambahkan pada cairan yang panas, maka semua komponen akan terkena temperatur ini, sehingga pemilihan titik lebur berdasarkan titik lebur tertinggi dari bahan salep
Pembuatan salep dari formula dengan tipe emulsi Metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan emulsifikasi Komponen yang tidak campur dengan air (misal minyak atau lilin), maka dilakukan pencampuran bersama di penangas air pada suhu 70-75 derajat C. Untuk fase minyak atau lemak juga dicampur pada suhu yg sama, baru kedua fase dicampurkan (fase air ditambahkan sedikit demi sedikit ke fase minyak) dengan pengadukan konstan (pengaduk mekanik) Pada campuran berlemak dan fase air tersebut suhu dijaga konstan selama 5-10 menit untuk menjaga kristalisasi lilin, setelah itu baru didinginkan, dengan pengadukan terus-menerus sampai campuran mengental/membeku
Pengawetan salep Contoh bahan pengawet: Hidroksibenzoat, fenol, asam benzoat, asam sorbat, garam amonium kuartener Jika perlu dapat juga ditambahkan antioksidan, BHA, BHT
Pengemasan dan penyimpanan salep Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen) atau tube (kaleng atau plastik) Awdah gelas dapat berwarna gelap, dengan tujuan melindungi obat terhadap cahaya Keuntungan tube; pemakaian lebih mudah, mengurangi kontaminasi selama penggunaan Penyimpanan salep pada suhu di bawah 30 der C
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi perkutan Obat yang dicampurkan dalm pembawa tertentu harus bersatu pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup Konsentrasi obat yang ada dalam suatu sediaan yg digunakan pada kulit akan berbanding lurus dengan luas area permukaan kulit yang diolesi sediaan tersebut, artinya jika konsentrasi obat dalam sediaan ditambah, dan luas permukaan kulit yg diolesi obat bertambah maka absorbsi perkutan obat jg bertambah Bahan obat harus mempunyai suatu daya tarik fisiologi yg lbh besar pada kulit dibandingkan pembawanya
Koefisien partisi obat Absorbsi obat ditingkatkan dengan bahan pembawa yang mudah menyebar di kulit Pembawa yg meningkatkan jumlah uap air yg ditahan di kulit, baik untuk absorbsi pelarut obat, pembawa lemak dapat mencegah menguapnya uap air dari kulit Hidrasi kulit akan mempengaruhi absorbsi perkutan
Adanya penggosokan sediaan pada kulit akan meningkatkan jumlah obat yang diabsorbsi Tempat pemakaian akan mempengaruhi absorbsi, kulit yang lapisan tanduknya tebal absorbsi lebih lama Lama pemakaian akan mempengaruhi jumlah obat yg diabsorbsi Kondisi kulit tempat dioleskannya sediaan
Transdermal Pemberian obat transdermal: pemberian obat secara transdermal: Memberikan bahan obat pada laju yg terkendali ke dalam kulit utuh pasien untuk diabsorbsi secara sistemik Sistem harus memiliki ciri fisika kimia yg tepat agar obat dapat terlepas dengan mudah dari sediaan dan menembus stratum corneum Sistem/sediaan tidak iritatif
Keuntungan pemberian obat transdermal : Menghindari kesulitan obat diabsorbsi melalui saluran cerna, karena pH, enzim,interaksi dengan makanan atau dengan obat lain Dapat digunakan untuk pasien yg tdk sadarkan diri/muntah Menyediakan terapi utk berhari-hari Memperpanjang aktivitas obat yg mempunyai waktu paruh eliminasi pendek, dengan membuat suatu sistem lepas terkendali Dapat menghentikan efek obat secara tiba-tiba, jika ada efek yang membahayakan
Kerugian : Tidak sesuai untuk obat-obat yg iritatif Hanya dapat digunakan untuk obat-obat yang memenuhi kriteria tertentu