Kegiatan Responsif Gender Dinas Pertanian DIY Oleh : Kepala Dinas Pertanian DIY Yogyakarta, 24 September 2014
Gambaran DIY
V i s i Pembangunan DIY Pemerintah Daerah yang katalistik dan masyarakat yang mandiri berbasis keunggulan daerah serta sumberdaya manusia yang berkualitas unggul dan beretika
INTERDEPENDENSI SEKTOR DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DIY PERMODALAN INDUSTRI IKLIM KONDUSIF PERTANIAN JASA ARTI LUAS PENDAPATAN MASYARAKAT INFRASTRUKTUR
Kondisi Pertanian DIY Luas lahan DIY 318.580 ha; 18,40% berupa lahan sawah, rerata tingkat penyempitan 0,42%; 60% berupa lahan kering/marjinal. Kontribusi sektor pertanian signifikan pada PDRB, rerata 10 tahun 16,33% (setelah sektor jasa dan perdagangan) Pertumbuhan relatif kecil, yakni 0,92%/th Rumah tangga (RT) pertanian selama 10 tahun menurun 9,32%
Fokus Pembangunan Pertanian DIY Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Mendukung Peningkatan Pendapatan Petani dan Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Reorientasi Pembangunan Pertanian Daya Tahan Daya Saing Orientasi: Market driven Post harvest Processing Quality, GMP, GHP, Diversified products Value added & competitiveness % % Orientasi: Produksi dan Produktivitas - On-farm Masa Lalu Masa Depan
Prioritas Pembangunan DIY Pendidikan dan Kebudayaan Kesehatan Pariwisata Ketahanan Pangan dan Agro Industri Iklim Investasi dan Usaha Infrastruktur Penanggulangan Kemiskinan Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Reformasi Birokrasi Pengarus Utamaan Gender
KONSEP GENDER MENJADI DASAR DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DIY Konsep gender sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam arti memilih/memisahkan) peran antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena diantara keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan” (Handayani dan Sugiarti, 2002)
ISU GENDER Permasalahan yang timbul karena adanya ketimpangan dalam Hal Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat pembangunan karena pandangan bakulaki-laki dan perempuan dalam kaitan dalam peran gender : Akses Peluang atau kesempatan dalam memperoleh dan menggunakans umberdaya tertentu Peran Partisipasiataukeikutsertaanorang/ kelompokdalamsuatukegiatanataudalampengambilankeputusan Kontrol Penguasaanataukekutatanuntukmengambilkebutusan Manfaat Kegunaansumberdaya/ kebijakanyang dapatdinikmatisecaraoptimal
Kesetaraan Gender Laki-laki dan perempuan memiliki dan mendapatkan penghargaan yang setara sebagai manusia di dalam berbagai aspek kehidupan dan sama-sama mendapatkan akses, mampu berpartisipasi dan memiliki kontrol serta mendapatkan manfaat dari intervensi pembangunan
Gender sebagai Jenis Kelamin Sosial Perempuan Laki-Laki 49 % 51 % Jenis kelamin Biologis (Seks) kodrati, universal, kekal Bentukan Sosial, budaya Gender (Jenis Kelamin Sosial) Kontekstual, bisa berubah
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta Jumlah Penduduk (%) Kab/kota Laki-Laki Perempuan Bantul 49.87 50.13 Gunungkidul 48.37 51.63 Kulonprogo 49.04 50.96 Sleman 50.12 49.88 Yogyakarta 48.67 51.33 DIY 49.43 50.57 Sumber Data: DI Yogyakarta Dalam Angka 2013 BPS Provinsi DI Yogyakarta
Perimbangan Pegawai Laki-laki dan Perempuan (%) di kabupaten/kota di DIY Daerah L P Kota Jogja 59.70 40.30 Sleman 60.33 39.67 Bantul 55.64 44.36 Gunungkidul 66.37 33.63 Kulon Progo 56.25 43.75 Pemda DIY 59.37 40.63
Perbandingan Upah Non Pertanian Wilayah 2008 L P Kota Jogja 423,8 324,02 Sleman 435,9 308,22 Bantul 341,3 227,77 Gunungkidul 261,5 103,87 Kulon Progo 185,2 101,50 DIY 357,6 250,88 Nasional 401,0 259,17
Sumber : Data Terpilah Gender dan Anak DIY Tahun 2013
Menurut Kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menurut Kabupaten/kota di D.I.Yogyakarta Tahun 2011 Sumber : Data Terpilah Gender dan Anak DIY Tahun 2013
PERAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DIY DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK Aspek Birokrasi (Kebijakan Pembangunan Pertanian) Aspek Produksi Pertanian (on-farm) Termasuk Diversifikasi Pangan Aspek Pasca Panen Aspek Distribusi Pangan Aspek Konsumsi (Rumah Tangga)
ASPEK BIROKRASI Birokrat sebagai penentu kebijakan pembangunan pertanian di DIY Eselon III lingkup Dinas Pertanian DIY ada 10 orang; 6 diantaranya dijabat oleh Perempuan ( P : L = 60 : 40 )
ASPEK PRODUKSI PERTANIAN (ON-FARM) Gender Kegiatan Pria / Suami pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan pengangkutan hasil panen Wanita menanam bibit, menabur benih dan menyiang Bersama-sama panen dan penanaman sayuran Kegiatan yang agak berat dan perlu tenaga fisik yang kuat cenderung dilakukan oleh pria Wanita cenderung untuk pekerjaan yang relatif ringan Dalam proses budi daya, nyaris tak ada benih jatuh ke bumi tanpa sentuhan tangan perempuan
ASPEK PRODUKSI / DIVERSIFIKASI PANGAN Pria dan Wanita bersama-sama menciptakan program yang mengarah pada pemberdayaan perempuan dengan meluncurkan program diversifikasi pangan dan gizi yaitu program yang berupaya mengintensifikasi pekarangan sebagai salah satu gerakan ketahanan pangan keluarga dan masyarakat melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Pelaksanaan program untuk Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Ibu-ibu PKK dengan melibatkan Laki-laki (L:P = 30% : 70%)
ASPEK PASCA PANEN Gender Kegiatan Pria / Suami pengangkutan hasil panen Wanita Prosesing hasil panen (perontokan) dan sortasi / pemilihan Bersama-sama Panen, penjemuran dan prosesing hasil panen (penggilingan)
ASPEK DISTRIBUSI PANGAN Banyak perempuan tani yang bergerak dalam sektor perdagangan hasil pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura (tanam hias dan anggrek), juga dalam perternakan dan perikanan baik yang bersifat manajerial tenaga buruh, pada komoditi tanaman pangan ataupun tanaman industri yang diekspor
ASPEK KONSUMSI (RUMAH TANGGA) Peran ibu rumah tangga dalam melakukan aktivitas sehari-hari, membuat keputusan, melakukan kegiatan pertanian, dan meningkatkan pendapatan lebih dominan daripada laki-laki Peran ibu rumah tangga sangat dominan dalam menyelesaikan tugas dan urusan rumah tangga, memegang kendali keuangan rumah tangga, dan mengatur pendidikan anak
IMPLEMENTASI KEGIATAN RESPONSIF GENDER di D.I.Yogyakarta SAYA TIDAK TAHU ANDA TIDAK TAHU ANDA TAHU ANDA TAHU SAYA TAHU SAYA TAHU SL-PHT Tanaman Pangan SL-PHT Hortikultura SL-PPHP Fasilitasi Penataan Kios Daging Optimasi Lahan Pengelolaan Irigasi Partisipatif
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) - SLPHT Tanaman Pangan - SLPHT Hortikultura Dalam sekolah lapang (SLPHT) keterlibatan secara aktif laki-laki dan perempuan, baik dalam persiapan, pelaksanaan maupun dalam kegiatan evaluasi. Komposisi peserta SLPHT dari 25 orang minimal 30 % wanita, namun ada juga pelaksanaan SLPHT di Kelompok Wanita Tani (KWT) sehingga 70 % wanita (rerata L:P = 60 : 40) Salah satu topik khusus dalam SLPHT adalah analisa gender (pembagian peran pria dan wanita dalam proses produksi pertanian)
Kegiatan dalam SLPHT Tanaman Pangan (Dinamika Kelompok)
Kegiatan dalam SLPHT Hortikultura (Pengamatan Agroekosistem)
Sekolah Lapang PPHP Akses : Partisipasi : Akses terhadap bantuan sangat ditentukan oleh kelompok secara musyawarah, dengan prosentase keterlibatan L : P = 45 % : 55 % Partisipasi : Partisipasi anggota kelompok tani selama penyelenggaraan SL-PPHP dapat dikatakan berimbang baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan kegiatan kelompok lebih banyak yang menggunakan fisik. - Kegiatan Pelatihan L : P (Pangan = 50 % : 50 %)/(Nak = 25 : 75) - Kegiatan Kelompok L : P (Pangan = 75 % : 25 %)/(Nak = 40 : 60) Komposisi peserta SL-PPHP dari 25 orang minimal 50 % wanita, namun ada juga pelaksanaan SL-PPHP di Kelompok Wanita Tani (KWT) sehingga 85 % wanita (rerata L:P = 30% : 70%) Kontrol dalam hal penentuan peserta SL-PPHP dan pemanfaatan bantuan yang diberikan lebih didominasi oleh laki-laki sedangkan perempuan aktif dalam pelaksanaannya Manfaat dari penyelenggaraan SL-PPHP dirasakan baik oleh laki-laki maupun perempuan (L : P = 50 % : 50 %)
Kegiatan Dalam SL-PPHP Peserta Melakukan Praktek Pembuatan Kripik Salak
Kegiatan Dalam SL-PPHP Peserta praktek secara langsung di kandang sapi perah
FASILITASI PENATAAN KIOS DAGING Keterlibatan : Dalam fasilitasi penataan kios daging) keterlibatan secara aktif laki-laki dan perempuan, baik dalam persiapan, pemotongan daging, pengemasan, transpostasi dan pembersihan kios. Peran perempuan : dalam hal persiapan, jual beli di pasar, pemotongan daging sampai pengemasan, pembersihan kios Peran laki-laki : dalam hal transportasi, persiapan, pembersihan kios Prosentase keterlibatan : L : P = 40 % : 60 % Komposisi : dari 20 pedagang yang difasilitasi didominasi oleh perempuan dengan komposisi 2 orang laki-laki dan 18 orang perempuan (L : P = 10 % : 90 %)
Fasilitasi Kios Daging
Keterlibatan Gender Optimasi Lahan dan Konservasi Tanah Pola pengambilan keputusan dalam optimasi lahan dan konservasi tanah cenderung dilakukan bersama antara pria dan wanita Dalam menentukan teknik konservasi nampaknya suami yang menonjol dibandingkan dengan wanita atau isteri Akses maupun kontrol terhadap sumberdaya fisik seperti tanah, alat-alat produksi, rumah dan lainnya pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk menggunakan sumberdaya tersebut sekaligus memiliki kontrol atau penguasaan terhadap sumberdaya tersebut Akses terhadap informasi dan pendidikan baik pria maupun wanita relatif setara
Partisipasi Gender pada Pengelolaan Irigasi Partisipatif (PIP) Akses : Akses terhadap pelatihan teknik usaha tani dan bantuan sangat ditentukan oleh kelompok secara musyawarah meskipun laki-laki lebih dominan, dengan prosentase keterlibatan L : P = 60 % : 40 % Partisipasi : Partisipasi anggota kelompok tani selama kegiatan PIP didominasi oleh laki-laki karena lebih banyak yang menggunakan fisik namun perempuan selalu terlibat dalam setiap kegiatan. (L : P = 75 % : 25 %) - Keterlibatan Perempuan : rapat persiapan, konsumsi, pembersihan rumput - Keterlibatan laki-laki : rapat, survey dan identifikasi lokasi, design bangunan, mobilisasi alat/bahan, pelaksanaan konstruksi, pembersihan dan perbaikan saluran Kontrol dan Pengambilan Keputusan : Dalam kontrol dan pengambilan keputusan didominasi oleh laki-laki namun perempuan selalu terlibat dalam setiap kegiatan. (L : P = 75 % : 25 %) - Keterlibatan Perempuan : penyusunan RUKK, pertemuan monev, konsumsi. - Keterlibatan laki-laki : penyusunan RUKK, penelusuran jaringan secara rutin, pertemuan dan tindak lanjut monev, buka /tutup pintu air Manfaat dari penyelenggaraan kegiatan PIP dirasakan baik oleh laki-laki maupun perempuan (L : P = 50 % : 50 %)
Pengelolaan Irigasi Partisipatif (PIP) (Jaringan Irigasi)
Kesimpulan dan Harapan Pembangunan pertanian merupakan usaha pertanian terpadu, dinamis dan berbasis pada agroekosistem, dalam rangka terwujudnya agroindustri dan agrobisnis yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi, yang meliputi aspek sosial, ekonomi, demografi, institusional, politik, dan lingkungan Wawasan dan aktifitas wanita di bidang pertanian sama pentingnya dengan pria Wawasan gender harus didasarkan atas tiga prinsip yaitu efisiensi, kesetaraan dan sustainabilitas
Terima Kasih atas perhatiannya
MATUR NUWUN