MINGGU KETUJUH : PROSEDUR KEHAKIMAN DAN KESELAMATAN KURSUS BIMBINGAN UGAMA (KBU) HadiTH Tiga Serangkai MINGGU KETUJUH : PROSEDUR KEHAKIMAN DAN KESELAMATAN
Hadis Ketujuh (Prosedur Kehakiman dan Keselamatan) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ ، لَادَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِي وَالْيَمِينَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ . حَدِيثٌ حَسَنٌ ، رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُ هَكَذَا ، وَبَعْضُهُ فِي " الصَّحِيحَيْنِ.
Terjemahan Hadis Pertama Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika semua orang diberikan (apa yang mereka dakwakan) hanya dengan dakwaan mereka, maka akan banyak orang yang mendakwakan harta dan jiwa orang lain. Tapi yang mendakwa harus mendatangkan bukti dan terdakwa yang mengingkari harus bersumpah.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dan yang lain demikian, dan sebahagiannya di Shahihain)
Pengajaran dari Hadis Hadits ini adalah pokok dalam bab peradilan. Ia merupakan referensi utama dalam pertentangan dan perselisihan. Para ulama berijma’ (sepakat) bahwa yang mendakwa harus mendatangkan bukti dan terdakwa yang mengingkari harus bersumpah.
Pengajaran dari Hadis Pendakwa harus mendatangkan bayyinah atau bukti, yaitu jika terdakwa mungkir dan tidak mengakui dakwaan. Adapun jika terdakwa mengakui dakwaan, masalahnya selesai dan pengakuan ini disebut iqrar. Pendakwa tidak perlu lagi mendatangkan bukti. Perkara ini menunjukan kesempurnaan syariat Islam yang melindungi harta dan jiwa manusia.
Kaedah Umum (Asalnya seseorag bebas dari tanggungjawab) Kaedah umum (Asalnya seseorag bebas dari tanggungjawab) . Contohnya ialah: Barang yang rosak dalam penjagaan penyimpan minta diganti oleh tuan punyanya,lalu penyimpan menafikannya. Penafian tersebut diterima kerana pada asalnya penyimpan itu bebas dari tanggung jawab.
PERBINCANGAN Terangkan unsur keadilan yang ada dalam isu tersebut Memerlukan 4 saksi didalam menuduh seorang berzina.
Hadis Kelapan (Kelemahan manusia dimaafkan) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، أَنَّ رَسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ . حَدِيثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَا
Terjemahan Hadis Kedua Dari Ibnu Abbas radiallahuanhuma : Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memaafkan untukku daripada umatku akan 1) perkara yang dilakukan dengan tersilap, 2) perkara yang dilakukan dengan terlupa dan 3) perkara yang mereka dipaksa melakukannya.” (Hadith hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi dan lainnya)
Pengajaran dari hadis Allah ta’ala mengutamakan umat ini dengan menghilangkan berbagai kesulitan dan memaafkan dosa kesalahan akibat silap, lupa dan juga terpaksa. Allah ta’ala tidak menghukum seseorang kecuali jika dia sengaja berbuat maksiat dan hatinya telah berniat untuk melakukan penyimpangan dan meninggalkan kewajiban dengan sukarela .
Pengajaran dari hadis Adabeberapa perkara yang tidak begitu saja dimaafkan. Misalnya seseorang melihat najis di bajunya akan tetapi dia mengabaikan untuk menghilangkannya segera, kemudian dia shalat dengannya kerana lupa, maka wajib baginya mengqhada shalat tersebut.
PERBINCANGAN Terangkan hukum bagi perkara dibawah ini : A.Jika terlupa berwudhuk untuk solat dengan sangkaan diri sudah suci. B.Jika terlupa membaca bismillah ketika menyembelih. C.Jika tertinggal solat dengan sebab terlupa.
Hadis Kesembilan (Kewajipan mencegah kemungkaran) عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Terjemahan Hadis Keenam Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (Riwayat Muslim)
Pengajaran dari Hadis Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemungkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya. Ridha terhadap kemaksiatan termasuk di antara dosa-dosa besar.
Pengajaran dari Hadis Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan. Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya
Syarat melakukan Nahi Munkar Ada atau terjadinya kemungkaran. Kemungkaran adalah segala kemaksiatan yang diharamkan atau dilarang oleh Islam. Kemungkaran yang dimaksud hadis di atas dan wajib diperangi adalah perbuatan yang secara qath’i (tegas, eksplisit) dinyatakan sebagai kemungkaran dalam Al-Qur’an atau Sunnah, atau berdasarkan ijma’ dan bukan yang diperselisihkan. Kemungkaran itu tampak kerana dilakukan secara terbuka dan bukan hasil dari tajassus (mencari-cari kesalahan).
PERBINCANGAN Bagaimanakah menasihati mereka ini jika mereka buat kesilapan : Bapa Anak Isteri/Suami