Sebab-sebab Kenakalan Remaja
PUSMINTAS Tingkah laku yang dikemukakan oleh Kartini Kartono melalui: 1. gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen, dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen terntentu yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku dan remaja menjadi delinkuen secara potensial; 2. pewarisan tipe kecenderungan yang luar bisa (abnormal) sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen; 3. pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulkan tingkah laku delinkuen atau sosiopatik, misalnya cacat jasmaniah bawaan branchydactylisme (bejari-jari pendek) dan diabetes inspidius (sejenis penyakit gula) itu erat berkorelasi dengan sifat-sifat kriminal serta penyakit mental. TERIMA KASIH
PUSMINTAS Cesare Lombroso seorang dokter ahli kedokteran kehakiman sebagai tokoh pencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri fisik (biologis) penjahat. Dalam bukunya L’uomo Delinquente (1876) Lombroso mengemukakan pokok-pokok ajarannya yakni a. penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat; b. bakat jahat dari penjahat diperoleh karena kelahiran yaitu diwariskan dari nenek moyang; c. bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak simetrris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain-lain; d. bakat jahat tersebut tidak berubah, artinya tidak dapat dipengaruhi. TERIMA KASIH
PUSMINTAS Pandangan Teori Psikologis Tentang sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Menurut teori psikologis, delinkuen merupakan “bentuk penyelesaian” atau kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin dalam menanggapi stimuli eksternal/sosial dan pola-pola hidup keluarga yang patologis Remaja delinkuen biasanya mempunyai beban tambahan yang berupa tekanan-tekanan batin, sakit karena pengaruh alkohol dan narkotika, serta gangguan mental tertentu. Sigmund Freud menyatakan kriminalitas mungkin hasil dari “an overactive conscience” yang menghasilkan perasaan bersalah yang berlebih TERIMA KASIH
PUSMINTAS Pandangan Teori Sosiogenis Tentang sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Pendapat para sosiolog, penyebab tingkah laku delinkuen pada remaja adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis sifatnya, misalnya pengaruh struktur sosial deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial, atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Ajaran sosiologis menghasilkan teori-teori sosiologis yang dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu strain, cultural deviance (penyimpangan budaya), dan social control (kontrol sosial). Santoso dan Zulva, 2006 TERIMA KASIH
PUSMINTAS Pandangan Teori Subkultur Tentang Sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Teori Delinquent Subculture Teori ini dikemukakan oleh A. K Cohen dalam bukunya Delinquent Boys (1955) yang membahas kenakalan remaja di Amerika. Cohen menyatakan perilaku delinkuen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah dan mereka lebih banyak membentuk gang. Cloward dan L.E. Ohlin menulis bukunya yang berjudul Delinquency and Opportunities, A Theory of delinquent Gangs dengan teorinya ”differential opportunity system” yang membahas delinkuen atau subkultur yang banyak terdapat di antara anak laki-laki kelas bawah di daerah-daerah pusat kota-kota besa. TERIMA KASIH
PUSMINTAS Menurut Teori Subkultur Sebab-sebab Kenakalan Remaja adalah sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas dari lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat yang didiami oleh remaja delinkuen tersebut Bentuk kenakalan subkultur menurut Cloward dan Ohlin bergantung pada “degree of integration” yang ada dalam masyarakat TERIMA KASIH
PUSMINTAS Pandangan Teori Pengendalian Tentang Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Remaja Teori Kontrol menempatkan posisinya khusus pada tingkah laku remaja yang tergolong kejahatan. menurut Hirschi didasarkan pada empat ikatan sosial, yaitu attachment, commitment, involvement, dan belief. Pada ikatan sosial commitment, kenakalan remaja muncul karena remaja tidak merasa terikat pada subsistem konvensional seperti sekolah, pekerjaan, organisasi Pada ikatan sosial involvement, kenakalan remaja muncul karena remaja tidak berperan aktif dalam subsistem konvensional TERIMA KASIH
PUSMINTAS TERIMA KASIH