CULTURE AND DEVELOPMENT Oleh: Yessi Ayu Safitri (130910302005) Agnes Joshua C. (130910302039) Alfi Kurniawan (130910302046)
Di dalam perkembangan teori sosiologi Pembangunan terdapat banyak pandangan tentang faktor penyebab kemajuan ataupun keterbelakangan suatu bangsa seperti kelompok aliran teori Modernisasi (Parsons, Inkeles, Rostow, Hozellits, David Mc Clelland dsb.), yang menekankan pada faktor nilai-nilai budaya. Aliran Dependensia (Gunder Franks 1969, Cardoso dan Falleto 1976, Samin Amir, dsb.) yang menekankan pada faktor struktural seperti penjajahan serta kebijakan atau tindakan eksploitatif. Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna,1999: 9).
Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
PEMBAHASAN Ketika berbicara pembangunan akan terbersit dalam pikiran yaitu modernisasi, kecanggihan, yang ditandai dengan munculnya berbagai alat – alat canggih dan mesin mesin produksi, jika berbicara mengenai tanda tanda modernisasi tersebut saya mengajak pembaca mengingat Revolusi Industri di Eropa yang khususnya terjadi di Inggris UK, dimana revolusi tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat Inggris yang begitu besar, namun juga ada faktor luar yaitu persaingan industri antara Inggris dengan Jerman dalam memasarkan barang produksinya dan pengauhnya terhadap pasar dunia, namun pada akhirnya Inggris lah yang lebih unggul. Inggris UK, dengan semboyannya matahari tidak akan terbenam di daratan inggris, karena memang Inggris telah banyak menguasai daratan dan lautan sebagai wilayah kolonial nya, namun yang membuat beda sistem kolonial Inggris dengan negara negara penjajah lain adalah penanaman sistem dan ideologi, sehingga itulah yang membuat negara negara kolonial Inggris tetap Loyal dan setia terhadap Raja dan Ratu Inggris United Kingdoom, seperti Canada, Australia, Malaysia, dan banyak lagi.
Pembangunan yang dilakukan oleh Inggris dilakukan dengan soft power, bukan dengan kekerasan seperti yang dilakukan oleh Jepang atau Belanda pada Indonesia, dimana Inggris berupaya agar apa yang telah dia investasikan di setiap negara kolonialnya akan kembali pada Inggris Masyarakat yang berbudaya tentunya memiliki prinsip dan nilai luhur yang harus tetap di jaga. Dalam pelaksanaan pembangunan nilai-nilai inilah yang kemudian dijadikan kerangka acuan agar pengabaian terhadap aspek kebudayaan dapat di hindari dengan harapan terciptanya pembangunan yang berbudaya dan adil serta dapat diterima oleh masyarakat. Pendekatan budaya merupakan salah satu strategi pembangunan yang berlandaskan penghormatan terhadap nilai-nilai luhur budaya yang ada di masyarakat. Terwujudnya pembangunan yang mengedapankan cara yang damai dan adil bagi masyarakat adalah hasil akhir yang diharapkan. Artinya pembangunan yang terjadi memiliki dampak dua arah, dimana masyarakat sekitar memperoleh manfaat dari proses pembangunan, dan pihak yang membangun, membuktikan bahwa pembangunan tidak selalu harus menyertakan perubahan budaya, yang justru merugikan masyarakat, karena akan berujung pada disharmoni dan degradasi budaya.
Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi adalah modernisasi seolah-olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor eksternal menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu Dunia Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara maju, tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna,1999: 9).
TERIMA KASIH