Studi Islam 2 Agama dan manusia Tahun Akademik 2015 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA Studi Islam 2 Agama dan manusia Tahun Akademik 2015
Buku Rujukan Kuliah Aqidah : Yunahar llyas Aqidah Islam : Sayyid Sabiq Wawasan Al Quran : M. Quraish Shihab
Agama dan Manusia 1. Pengertian Manusia dalam Alqur’an Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri. Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.
Kata al-insan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori Kata al-insan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia secara psikologis dan spiritual. Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)
Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah)
Unsur-Unsur Agama Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok: 1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi 2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya. 3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agam. 4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi. 5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
Pengertian Agama Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.
Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulisoleh Anshari bahwa walaupun agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu: a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia; b. Agama juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Maha Mutlak tersebut. c. Di samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub diatas.
Keterkaitan Manusia dengan Agama Kodrat Manusia Beragama a. Tentang doa keselamatan. Setiap orang pasti ingin mendapatkan keselamatan. Ia merasa dirinya selalu terancam. Makin serius ancamannya, doanya akan makin serius pula. b. Tentang kebahagiaan abadi. Setiap orang ingin mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang ia harapkan bukanlah kebahagiaan yang sementara tetapi kebahagiaan abadi. Kebahagiaanni akan diperoleh seseorang bukan di dunia, tetapi di akhirat kelak. Kebahagiaan inilah yang dijanjikan oleh agama. c. Memerhatikan tubuh kita sendiri. Apabila kita merenungkan dan memperhatikan tubuh kita sendiri sebagai manusia dengan kerangka dan susunan badan yang indah dan serasi dengan indra hati dan otak yang cerdas untuk menanggapi segala sesuatu di kanan kiri kita, akan sadar bahwa kita bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Sang Maha Pencipta, Zat Yang Maha Ghaib dan Mahakuasa.
d. Apabila kita mendapatkan persoalan yang dilematis. Dalam kehidupan sehari-hari orang sering dihadapkanpada persoalan yang sulit. Ia dihadapkan pada berbagai pilihan. Ia harus memeras otak, memperimbangkan untung-rugi, plus-minus, dan aspek-aspek lain yang akhirnya dapat menentukan keputusannya. Anehnya ia baru merasa mantap dan puas apabila pilihannya telah disandarkan kepada sesuatu yang ia anggap Zat Yang Ghaib yang seolah-olah memberikan kepastian dan kemantapan pilihannya (Soeroyo dkk., 2002: 1-2) e. Di samping empat fenomena di atas Allah dengan tegas menyatakan dalam dalam Al-Quran bahwa sejak dalam kandungan manusia sudah memiliki agama. Allah Swt. berfirman: Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",” (QS. al-A’raf [7]: 172).
Karakteristik dinul Islam ✔ RABBANIYAH (BERSUMBER LANGSUNG DARI ALLAH سبحانه وتعالى Islam merupakan manhaj Rabbani (konsep Allah سبحانه وتعالى), baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan peraturannya semua bersumber dari Allah سبحانه وتعالى . ✔ INSANIYAH ’ALAMIYAH (HUMANISME YANG BERSIFAT UNIVERSAL) Islam merupakan petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan. Hukum Islam bersifat universal, dan dapat diberlakukan di setiap bangsa dan negara. ✔ SYAMIL MUTAKAMIL (INTEGRAL MENYELURUH DAN SEMPURNA) Islam membicarakan seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan masalah yang besar.
✔ AL-BASATHAH (ELASTIS, FLEKSIBEL, MUDAH) Islam adalah agama fitrah bagi manusia, oleh karena itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah- Nya tanpa ada kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia itu sendiri. ✔ AL-’ADALAH (KEADILAN) Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar- benarnya, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal manusia.
✔ KESEIMBANGAN (EQUILIBRIUM, BALANS, MODERAT) Dalam ajaran Islam, terkandung ajaran yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara kebutuhan material dan spiritual serta antara dunia dan akhirat. ✔ PERPADUAN ANTARA KETEGUHAN PRINSIP DAN FLEKSIBILITAS Ciri khas agama Islam yang dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak berubah oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang dari batas syariat.
✔ GRADUASI (BERANSUR-ANSUR/BERTAHAP) Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada manusia diturunkan secara berangsur-ansur sesuai dengan fitrah manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal. ✔ ARGUMENTATIF FILOSOFIS Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner. Dengan demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang argumentatif dan dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional religius).
Aspek Ajaran Islam 1. Aspek Aqidah Akidah adalah sesuatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya baik berwujud agama dan yang lainnya. 2. Aspek Syariah Syariat adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-pokoknya di dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudara sesama muslim, dengan saudara sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan. 3. Aspek Akhlak Akhlak ialah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan terlebih dahulu. Apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan baik, terpuji menurut akal dan syara’ maka disebut akhlak baik, sebaliknya apabila yang timbul dari padanya adalah perbuatan yang jelek maka dinamakan akhlak yang buruk.
الحمد لله ربّ العالميىن