Descriptive Tools Pembangunan Perikanan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Mengukur Permintaan Pasar
Advertisements

1 Achmad Rozi El EROY. 2 Pendahuluan Perusahaan sebagai bagian dari lingkungan ekonomi perlu mencermati situasi dan kondisi ekonomi. Optimaslisasi kekuatan.
Analisis Input Output.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI PERTANIAN
PERTEMUAN KE Pengertian Tabel I-O 2. Jenis Transaksi Tabel I-O.
Analisis angka pengganda (multiplier)
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
1. Analisis Deskriptif Tabel I-O 2. Analisis Pengganda Tabel I-O
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
PENDAPATAN NASIONAL Mengukur tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai dan perubahan serta pertumbuhannya dari tahun ke tahun $ DR. NURITA ANDRIANI.
PERTANIAN PERTEMUAN 8 Powerpoint Templates.
BAB 7 PENDAPATAN NASIONAL
ANALISIS DAN PEMANFAATAN TABEL IO ANALISIS DAMPAK
PENGEMBANGAN KLASTER USAHA DI JAWA TENGAH
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Hubungan internasional Tema : Organisasi internasional
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
KERANGKA UMUM NESPARNAS (NERACA SATELIT PARIWISATA NASIONAL)
Peramalan (Forecasting)
REVIEW MATERI EKONOMI MAKRO (BAHAN UAS)
Aspek Manfaat dan Biaya dalam Perikanan
Pertemuan 8 Perkembangan Sektor Pertanian
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
SEKTOR PERTANIAN.
Konsep Pengembangan Wilayah
PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL
PERENCANAAN PEMANFATAN LAHAN; ZONASI LAHAN & PERWILAYAHAN KOMODITAS
Peranan Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Menengah (UMKM)
Perekonomian Terbuka Pertemuan 5.
PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS.
Konsep Dasar Ekonomi Makro
KEGIATAN EKONOMI NASIONAL
TEORI EKONOMI MAKRO.
SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP
PERTEMUAN KE-2 PENDAPATAN NASIONAL
PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC)
PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM RANGKA MENDUKUNG PARIWISATA DAERAH
Analisa Fundamental.
INFLASI Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
Pengantar Ekonomi 2 Izzani Ulfi, SE.Sy., M.Ec.
Pertemuan 4 Lingkungan Ekonomi dan Lingkungan Industri
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Manajemen Operasional
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
LINGKUNGAN BISNIS I. Lingkungan Ekonomi II. Lingkungan Industri
Perekonomian Terbuka Pertemuan 5.
SRI SULASMIYATI, S.SOS., MAP
STRATEGI LOKASI - MANAJEMEN OPERASIONAL-.
PENDAPATAN NASIONAL Teori Ekonomi Makro Ekonomi Pembangunan.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Permintaan dan Penawaran Agregat
Oleh: Dra. Emilia,ME Dra.Imelia,ME
Peran dan Perkembangan Agribisnis di Indonesia
BAB 4 LINGKUNGAN EKONOMI.
PENGUKURAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO, MIKRO DAN DAERAH SERTA INTERPRETASI TEUKU ZULHAM DISAJIKAN PADA DIKLAT FUNGSIONAL PENJENJANGAN PERENCANA TINGKAT PERTAMA.
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PELUANG USAHA
PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERBASIS AGRIBISNIS PETERNAKAN: SUATU KONSEP
PERMINTAAN DAN PENAWARAN AGREGAT
Produk dosmetik bruto ( PDB )
Manajemen Operasional
Manajemen Operasional
Pertemuan 10 Pembangunan Ekonomi Daerah
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SAMPANG 2018
Bab 2 Data, Variabel, dan Indikator Ekonomi Makro
Bab 1 Overview dan Review
Transcript presentasi:

Descriptive Tools Pembangunan Perikanan

Pertanyaan dalam Pengambilan Keputusan Bagaimana kondisi eksistensi perikanan? Bagaimana tren yang telah terjadi dimasa lalu? Bagaimana struktur perikanan telah berubah dan kemungkinan perubahannya dimasa mendatang? Bagaimana tipe usaha yang menarik pasar dan dampak yang diharapkan terjadi?

Descriptive Tools Pendekatan agregat yang mencoba mendeskripsikan apa yang sedang terjadi dalam perikanan melalui sajian data yang ada. Data aktual ini kemudian akan menginterpretasikan untuk memberikan gambaran mengenai perikanan yang dianalisis serta kebijakan pengelolaan yang semestinya dijalankan di masa mendatang

5 Metode Descriptive Tools: 1 Analisis Kontribusi Sektor 2 Analisis Pertumbuhan 3 Indeks Ketidakstabilan Perikanan 4 Trade Area Capture dan Pull Factor 5 Minimum Requireman Approach (MRA)

I. Analisis Kontribusi Sektor Indikator yang digunakan: Gross output / revenue PDB/PDRB Pendapatan tenaga kerja (upah, gaji dan pendapatan tambahan) Penyerapan tenaga kerja

Kelemahan Indikator PDB: Mengabaikan semua keterkaitan antar industri, khususnya industri perikanan yang terkait dengan komponen lainnya Tidak secara sensitif membedakan antara industri yang sangat penting bagi ekonomi lokal dengan industri pendukung saja Kontribusi industri perikanan kecil tidak tercatatAnalisis kontribusi sektor

Langkah mengatasi defisiensi: Menggunakan pendekatan ekonometrika model ECM (Error Correction Model ) untuk menentukan hubungan PDB dengan sektor lainnya (Agnarson dan Arnason, 2007) Memodifikasi perhitungan dengan mengakomodasi sektor perikanan skala kecil (Zeller et al, 2007) dimana dan PDBc = PDB perikanan yang dikoreksi PDBr= PDB perikanan komersial PDBu= PDB perikanan skala kecil/tradisional

Kontribusi perikanan skala kecil di daerah pasifik 5 kali lebih besar dari kontribusi perikanan komersial (Zeller et al, 2007)

II. Analisis Pertumbuhan 1) Metode Growth Indices atau indeks pertumbuhan Melihat pertumbuhan (produksi, ekspor, atau PDB perikanan) dalam periode tertentu. Formulasi: Gii adalah rasio variabel ekonomi yang akan diukur pada periode tertentu dibagi dengan variabel yang sama pada tahun basis. Contoh: Jika PDB sektor perikanan pada tahun 2000 sebesar Rp 500 miliar dan PDB tahun 2010 sebesar Rp 750 miliar, maka indeks pertumbuhan (750/500)*100=150. Dengan kata lain PDB sektor perikanan di daerah ini meningkat sebesar 50% (150-100)

II. Analisis Pertumbuhan 2) Metode Compunding Growth Race (CGR) Kebanyakan produksi sumberdaya seperti ikan banyak dipengaruhi oleh flukstuasi musim dan faktor produksi lainnya Perhitungan pertumbuhan didasarkan formula: Perhitungan tersebut dapat menggunakan Minitab, SPSS dan lainnya untuk menghitung koefisien pertumbuhan dengan melakukan input data sesuai dengan kebutuhan formula yang diinginkan

III. Indeks Ketidakstabilan Perikanan (Instability Index) Produksi perikanan dipengaruhi faktor eksternal seperti musim, fluktuasi permintaan dan lainnya sehingga menimbulkan ketidakstabilan dalam struktur ekonomi perikanan Beberapa indeks untuk mengukur ketidakstabilan: Indeks Macbean Indeks Massel Indeks Kingston Indeks ketidakstabilan Coppock

Indeks Ketidakstabilan Coppock (Coppock Instability Index=CII) Di mana vlog: Hasil CII yang tinggi menunjukkan tingginya ketidakstabilan variabel ekonomi perikanan yang diukur yang dapat disimpulkan merupakan interaksi dari berbagai faktor

Indeks ketidakstabilan perikanan perikanan di Pantura Jawa (Fauzi, 2010) Tabel ini menunjukkan keberlanjutan ikan pelagis kecil relatif terancam karena tingginya ketidakstabilan dari pelaku usaha yang terlibat didalamnya

IV. Trade Area Capture dan Pull Factor Trade area capture (TAC) dan pull factor (PF) digunakan untuk mendeskripsikan perikanan dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi (komoditas) pada tingkat regional (kabupaten kota dan provinsi)

Trade Area Capture Trade area capture (TAC) mengukur kekuatan pasar komoditas perikanan sekaligus keterkaitannya dengan indikator sosial ekonomi masyarakat seperti pendapatan dan kemampuan membeli masyarakat. Formula: Jika TAC > jumlah penduduk pola pengeluaran produk perikanan lebih besar dari nasional

Pull Factor Pull factor (PF) atau faktor penarik mengukur kekuatan menarik dari penduduk setempat akan suatu komoditas, dalam hal ini produk perikanan Formula: Jika PF > 1 maka pasar produk perikanan wilayah A mampu menarik pelanggan dari wilayah lain Jika PF < 1 maka wilayah A kehilangan pelanggan terhadap pasar pesaing lainnya

V. Minimum Requireman Approach (MRA) MRA mengukur seberapa besar kekuatan sektor basic dengan mengukur base multiplier- nya MRA menggunakan variabel tenaga kerja (E) sebagai salah satu indikator MRA mengandalkan wilayah yang memiliki karakteristik yang sama sebagai acuan (peer)

Jumlah tenaga kerja per sektor

Share tenaga kerja (%) antar sektor dan antar wilayah

Share tenaga kerja (%) antar sektor dan antar wilayah Dalam kasus ini diperoleh basis multiplier 8,3 (122000/14631). Artinya setiap 8 tenaga kerja yang diciptakan sektor basic akan menghasilkan 0,3 tenaga kerja di sektor non basic. Atau untuk setiap 80 tenaga kerja yang diciptakan sektor basic akan menghasilkan 3 tenaga kerja di sektor non basic.

Terima Kasih