TOKOH-TOKOH DAN AJARANNYA KELAS 12 BAB III
Karakteristik Abad 20 Prestasi gemilang di bidang sains dan tekhnologi Pada tahun 1903 manusia bisa membuat pesawat Manusia pertama turun di bulan tahun 1969 Ditemukan teori-teori; Darwin, Relativisme, Kloning, filsafat dll. Kemajuan di berbagai bidang mulai berkembang pesat Menipisnya perhatian manusia kepada agama Dekadensi moral umat ke arah yang mengkhawatirkan
GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM MESIR SURIAH AFGANISTAN SAUDI ARABIA INDONESIA
PETA DUNIA ISLAM
Gerakan modernisasi islam berdasarkan hadits nabi Muhammad: “Sesungguhnya Allah mengutus pada setiap 100 tahun untuk umat ini orang yang memperbarui umatnya” ( HR. Abu Daud)
MESIR Tokoh-tokoh terkenal: Muhammad Abduh Hasan Al Banna Sayyid Qutub
MUHAMMAD ABDUH ( 1849-1905M) Syech Muhammad Abduh lahir pada tahun 1849 di desa Mahallat Nasr dekat sungai Nil Mesir, ayah beliau bernama Abdul Hasan Khoirullah (Turki) dan ibunya yang masih mempumyai darah keturunan dengan Umar Ibn Khattab. Pada usia 13 tahun, beliau telah mampu menghafal Al Qur’an. Latar belakang pendidikannya berasal dari univ. Al Azhar Cairo
AJARAN-AJARAN MUHAMMAD ABDUH Revolusi politik Abduh berpandangan bahwa penyakit yang melanda negara-negara Islam adalah adanya kerancuan pemikiran agama di kalangan umat Islam sebagai konsekuensi datangnya peradaban Barat dan adanya tuntutan dunia Islam modern. Selama beberapa abad di masa silam, kaum Muslimin telah menghadapi kemunduran dan sebagai hasilnya mereka tidak mendapatkan dirinya sebagai siap sedia untuk menghadapi situasi yang kritis ini Pemurnian amal perbuatan umat Islam dari segala bentuk bid’ah Pembaharuan dalam bidang pendidikan Perumusan kembali ajaran Islam menurut pikiran modern Strategi terhadap pengaruh Barat dan Nasrani Kalimatnya yang terkenal: “ Di Barat aku menyaksikan islam tanpa kaum muslimin.”
Imam Syahid Hasan Al Banna
HASAN AL BANNA ( 1906-1949) Beliau adalah Hasan Ahmad Abdul Rahman Al-Banna, lahir di Kota Al-Mahmudiyah, di kawasan Delta Nil Wilayah Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 14 Oktober tahun 1906, beliau berasal dari keluarga desa yang sederhana yang di sebuah desa yang digelar desa “Syamsyirah”. Ayahnya seorang ulama besar di bidang Hadits pada masanya, yaitu Ahmad Abdur Rahman Al-Banna, diantaranya yang terkenal “Al Fath Ar Rabbany li Tartib Musnad Al-Imam Ahmad”. Disamping menulis kitab-kitab hadits, orang tua Hasan Al-Banna bekerja memperbaiki jam, dikenal dengan As Sa’ati Pada usia belia beliau mendirikan perkumpulan Akhlaq Al Adabiyah dg para pemuda lain Beliau hafal quran usia 14 tahun, lalu melanjutkan kuliah di Univ. Darul Ulum Cairo ( 1923-1927), Kemudian beliau membentuk organisasi jamaah Ikhwanul Muslimin tahun 1928 , merupakan organisasi terbesar dan tersebar diseluruh dunia saat ini. Beliau wafat dibunuh pada 12 Februari 1949 di Kairo oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak ‘titipan’ pemerintah pada saat itu dibawah pimpimnan perdana menteri JAMAL ABDUL NASIR
Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya “Al-Ikhwanul Muslimun,” bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh,petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau.
Pemikiran-pemikiran Hasan Al Banna Mengedepankan persaudaraan islam Perbedaan pendapat dalam madzhab agama bukanlah faktor pemecah belah umat, namun saling menghormati, bersatu dan bekerjasama. Ikhwanul Muslimin adalah dakwah yang umum yang tidak dinisbatkan kepada kelompok tertentu, tidak pula terikat dengan satu pendapat tertentu. Fokus pada perbaikan individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara hingga terbentuknya sistem islam yang mendunia. Memperjuangkan semboyan: Allah Ghayatuna ( Allah Tujuan kami) Ar Rasul Qudwatuna ( Rasul teladan kami) Al Qur’an Dusturuna ( Al Qur’an pedoman hidup kami) Al Jihad Sabiluna ( jihad jalan juang kami) Al Mautu fi Sabilillah ( mati di jalan Allah cita- cita kami tertinggi)
Karya karya Imam Syahid Hasan Al Banna Secara umum karya tulis beliau tidaklah banyak, suatu hari beliau pernah ditanya,” Mengapa anda tdak menulis buku,?” Beliau menjawab,” Saya “menulis’ manusia. ( membetuk karakter manusia menjadi luhur lebih penting ). Beberapa karya tulis beliau: Risalatu at ta’lim, merupakan arahan-arahan bagi anggota yang baru masuk dalam organisasi Ikhwanul Muslimin Risalah jihad Al Matsurat, kumpulan dzikir pagi dan petang Kumpulan ceramah-ceramah beliau saat Mu’tamar Internasional.
10 Wasiat Hasan Al Banna Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengar adzan walau bagaimanapun keadaannya. Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh- sungguh terus-menerus. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama). Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.
Sayyid Qutub ( 1906-1966) Sayyid Qutb adalah seorang penulis, pendidik, penyair, pemikir, dan sekaligus menjadi ideolog Jamaah Ikhwanul Muslimin, sesudah kematian Hassan al- Banna, tahun l948. Sayyid Qutb menjadi pengarah dan pembimbing bagi generasi Ikhwan berikutnya dengan buku- bukunya yang sangat monumental. Seperti Ma'alam fi-l-Thariq dan Tafsir Fi Zillalil Qur'an. Sayyid Qutb salah satu mata-air dan "inspirator " besar bagi kebangkitan Islam kontemporer. Bersama dengan Abul A’la Maududi, pendiri Jamaat al Islami, dan tokoh-tokoh lainnya, yang lahir di awal abad ke l9, dan terus memancarkan sinar bagi kebangkitan Islam.
Quthb menghabiskan lebih setengah tahun, di Greeley , Colorado, Amerika, mempelajari kurikulum di Colorado State Teachers College, tahun l949, saat ia dikirim oleh Departemen Pendidikan Mesir, yang sekarang menjadi Universitas Northern Colorado. Apa yang ia dilihat mendorongnya mengutuk Amerika yang sangat materialistik, tempat manusia menyembah materi bukan Tuhan, dan tak selayaknya Muslim harus bercita-cita menyembah kepada materi, dan makhluk sesamanya.Itu hanya akan membawa kepada kehancuran belaka,
Qutb meninggalkan Amerika, saat ia melihat bagaimana rakyat Amerika berpesta- pora, di mana kabar merebak tentang kematian pemimpin Jamaah Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, yang tewas ditembak mati oleh seorang opsir yang menjadi kaki tangan Raja Farouk, antek penjajah Inggris. Lalu, Qutb ingin tahu, siapa sebenarnya Hasan al-Banna, yang mendapatkan perhatian masyarakat Amerika, saat peristiwa terbunuhnya pemimpin Jamaah Ikhwan, kemudian membuat rakyat Amerika eforia (bergembira). Sekembalinya ke Mesir dari Amerika, Qutb lebih banyak membaca tentang tulisan yang dimuat di surat kabar, majalah, dan berbagai cerita tentang Ikhwan, sampai kemudian Sayyid Qutb bergabung dengan Ikhwan. Sayyid Qutb menulis 24 buku, termasuk kritik novel, seni sastra , bekerja di bidang pendidikan, ia paling dikenal di dunia Muslim karyanya yang dia yakini memiliki pengaruh di dalam kehidupan sosial dan politik Islam , khususnya bukunya tentang Keadilan Sosial Dalam Islam, Ma'alim fi-l-Thariq, dan Fi Zillali Qur'an, yang ditulisnya saat berada dipenjara.
Sayid Qutub Dihukum Mati Raja Faisal bin Abdul Aziz ketika mendengar bahwa Sayyid Quthb akan dihukum mati, segera mengirimkan telegram kepada Jamal ABdun Nashir tanggal 28 Agustus 1966. Raja Faisal berharap Abdun Nashir tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Sayyid Quthb. Sami Syaraf menyerahkan telegram Raja Faisal sore harinya kepada Andun Nashir, lalu Abdun Nashir berkata kepada Sami Syaraf, “Laksanakan hukuman mati besok pagi saat fajar dan berikan kepadaku telegram setelah pelaksanaan eksekusi mati.” Abdun Nashir kirim telegram balasan kepada Raja Faishal dan menjelaskan telegram itu sampai kepadanya setelah pelaksanaan eksekusi mati. Pelaksanaan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb dilakukan sebelum terbit fajar hari Senin, 29 Agustus 1966. Eksekusi hukuman mati terhadap Sayyid Quthb didahului dengan tuduhan makar terhadap beliau oleh Jamal Abdun Nashir, tahun 1965. Saat itu, Abdun Nashir berada di Moscow dan mengumumkan dari sana bahwa ada upaya pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan pemerintahannya oleh Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Sayyid Quthb. Akhirnya Sayyid Quthb ditahan tanggal 9 Agustus 1965. Selanjutnya diadakan penyelidikan terhadap Sayyid Quthb di penjara perang tanggal 19 Desember 1965 selama tiga hari dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid Quthb tanggal 21 Agustus 1966.
Karya Sayid Qutub
SURIAH
MUHAMMAD RASYID RIDHA (1865-1935)
Rasyid Ridha adalah murid Muhammad ‘Abduh yang terdekat Rasyid Ridha adalah murid Muhammad ‘Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan al- Husain, cucu Rasulullah. Semasa kecil, ia belajar di sebuah sekolah tradisional di al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca al-Qur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di al-Madrasah al-Wataniah al- Islamiyyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Sekolah ini didirikan oleh al-Syaikh Husain al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa turki dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga diajarkan pengetahuan modern
Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Namun hubungan dengan al-Syaikh Hussein al-Jisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh melalui majalah al-Urwah al-Wutsqa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tidak terwujud. Sewaktu Muhammad ‘Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan murid utama al-Afghani itu. Pemikiran-pemikiran pembaruan yang diperolehnya dari al-Syaikh Hussain al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide al-Afghani dan Muhammad ‘Abduh amat mempengaruhi jiwanya. Beberapa bulan kemudian ia mulai menerbitkan majalah yang termasyhur, al-Manar.
Rasyid Ridha melihat perlunya diadakan tafsir modern dari al-Qur’an, yaitu tafsir yang sesuai dengan ide-ide yang dicetuskan gurunya. Ia selalu menganjurkan kepada gurunya, Muhammad ‘Abduh, supaya menulis tafsir modern. Karena selalu didesak, ‘Abduh akhirnya setuju untuk memberikan kuliah mengenai tafsir al-Qur’an di al-Azhar. Kuliah-kuliah itu dimulai pada tahun 1899. Keterangan- keterangan yang diberikan gurunya oleh Rasyid Ridha dicatat untuk selanjutnya disusun dalam bentuk karangan teratur. Apa yang ia tulis ia serahkan selanjutnya kepada guru untuk diperiksa. Setelah mendapat persetujuan lalu disiarkan dalam al-Manar. Dengan demikian, akhirnya muncullah apa yang kemudian dikenal dengan Tafsir al- Manar.
PEMIKIRAN MUHAMMAD ABDUH Penyimpangan agama dan bidah adalah penyebab kemunduran umat. Kembali kepada ajaran islam yang benar sesuai Al Qur’an dan hadits. Ijtihad dalam agama, ucapan beliau” “Tidak ada ishlah (pembaruan) kecuali dengan dakwah; tidak ada dakwah kecuali dengan hujjah (argumentasi yang dapat diterima secara rasional); dan tidak ada hujjah dalam hal mengikut secara buta (taqlid). Yang mesti ada adalah tertutupnya pintu taqlid buta, dan terbukanya pintu bagi faham rasional yang argumentatif adalah awal dari setiap upaya ishlah. Taqlid merupakan hijab yang sangat tebal yang tidak disertai ilmu dan pemahaman.
PAKISTAN
ABUL A’LA AL MAUDUDI Namanya adalah Abul al-A’la al- Maududi, lahir pada tahun 1903 di kota Aurangabad di wilayah Haidar Abad (India). Pendidikan pertamanya dari ayahnya Abu Hasan, lalu memasukkan ke madrasah Al Fauwqanyah dan melanjutkan ke Darul Ulum. Pada usia 17 thn ia telah menguasai 4 bahasa: Arab, Inggris, Persia dan Urdhu. Menjadi pemred surat kabar pada tahun 1920, yaitu surat kabar Taj, Al Muslim dan Al Jam’iyyat Tahun 1947 ia pindah ke Pakistan
PEMIKIRAN AL MAUDUDI Pada tahun 1941 Al Maududi mendirikan partai JI (Jamaat al Islami) sebagai bentuk dari keinginan gerakannya. Pemikirannya ingin mengembalikan sitem ajaran islam seperti yang telah terjadi pada masa Rasulullah, diantara ajaran beliau adalah: Islam adalah suatu agama yang paripurna, lengkap dengan petunjuk untuk mengatur semua segi kehidupan manusia, termasuk kehidupan politik. Oleh karenanya, dalam bernegara umat Islam tidak perlu meniru sistem Barat, cukup kembali kepada sistem Islam dengan menunjuk kepada pola politik sesama Khulafa Urrasyidin. Maududi beranjak dari konsepnya tentang Tuhan (Tauhid). Tidak ada yang menyerupai Tuhan sebagai pencipta dan pengatur. Tak seorang pun yang berhak mengatakan berlakunya suatu aturan atau mengeluarkan perintah atas kemauannya sendiri dan tidak ada keharusan untuk tunduk pada aturan-aturan seperti itu. Hanya Allah lah yang menetapkan hukum
AFGANISTAN
JAMALUDDIN AL AFGHANI (1839-1897) Jamaluddin al-Afghani dilahirkan di As’adabad, dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanistan, pada tahun 1838 (1254 H). Al-afghani menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan, namun banyak berjuang di Mesir, India bahkan Perancis. Pada usia 18 tahun di Kabul, Jamaluddin tidak hanya menguasai ilmu keagamaan tetapi juga mendalami filsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi.
Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa. Di masa kecilnya itu Ia mendapatkan pendidikan dasar di Kabul kemudian di Iran, dan di usia 18 tahun hampir semua cabang ilmu dikuasai. Ia tekun mempelajari bahasa Arab, hukum, sejarah, kedokteran, matematika, astronomi, filsafat, fiqh dan lain-lain. Sehingga Al-Afghani dikenal sebagai profil jenius yang penguasaan terhadap ilmu pengetahuan seperti ensiklopedia. Dia juga pernah hidup dan menuntut ilmu di Irak kemudian pindah ke India. Di sinilah muncul pemikirannya untuk memperbaharui kehidupan dunia Islam dan menyatukan umat Islam, berawal dari rasa ibanya terhadap penderitaraan rakyat India atas penindasan yang dilakukan kolonialis Inggris di sana. Ia menyaksikan penderitaan rakyat India yang luar biasa atas penjajahan bangsa itu. Pada waktu itu Inggris telah memainkan peranan memecah belah umat muslim India dan terjadi pengkotakkan antara muslim pro Inggris dan anti Inggris. Di sinilah Jamaluddin Al Afghani tumbuh pemikiran untuk mengadakan pembaharuan dan menyatukan dunia Islam. Ia menyadari bahwa kebangkitan dan solidaritas Islam bisa menjadi senjata untuk melawan penjajah Inggris dari bumi India. Ia mendorong rakyat India bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya pada tahun 1857 muncul kesadaran di kalangan rakyat India melawan penjajahan Inggris.
Pemikirannya Pemikirannya tentang Pan-Islamisme, yang mengajarkan, agar semua umat Islam seluruh dunia bersatu, dalam sebuah Khalifah, untuk membebaskan mereka dari perbudakan bangsa asing. Kelezatan ruhani dengan kedekatan kepada Allah Kesempurnaan Islam dalam setiap bidang termasuk politik Mengedepankan akhlak mulia Mewaspadai faham materialisme
Mendirikan majalah Al Urwatul Wutsqa, pada tahun 1884 Mendirikan majalah Al Urwatul Wutsqa, pada tahun 1884. sebagai wadah untuk menuangkan pemikirannya Di samping majalah Al-‘Urwah al- Wusqa Al-Afghani juga menulis banyak buku dan artikel. Di antaranya ialah Bab ma Ya’ulu Ilaihi Amr al-Muslimin(Pembahasan tentang Sesuatu Yang Melemahkan Orang-Orang Islam), Makidah asy-Syarqiyah (Tipu Muslihat Orientalis), Risalah fi ar- Radd ‘Ala al-Masihiyyin (Risalah untuk Menjawab Golongan Kristen; 1895) dll.
Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena umat telah meninggalkan ajaran- ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menjadikan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya ialah umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam hars diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman.
Pengaruh Al Afghani Ide pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan Letak kebesaran Al-Afghani bukanlah sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini. Adalah Muhammad Abduh, muridnya yang paling utama yang menjabarkan pemikiran-pemikiran kunci Al-Afghani setelah Abduh berpisah dari gurunya itu karena hendak meninggalkan dunia politik dan lebih mencurahkan diri kepada bdang keilmuan dan pendidikan. Dari Muhammad Abduh-lah substansi pemikiran Al- Afghani menemukan formulasi intelektual yang lebih jauh.
SAUDI ARABIA Muhammad Bin Abdul Wahhab (1703-1787) Dengan demikian nasabnya adalah Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyaraf. Dia dilahirkan di daerah Uyainah pada tahun 1115 H. terletak di wilayah Yamamah yang masih bagian dari Nejd. Uyaiyah berada di arah barat laut dari kota Riyad yang berjarak sekitar 70 km. Dia tumbuh di lingkungan keluarga yang cinta ilmu. Ayahnya adalah seorang ulama besar Negara yang memegang jabatan peradilan di beberapa daerah. Kakeknya syaikh Sulaiman bin Ali adalah seorang ulama terkemuka dan juga imam dalam ilmu fiqih. Jabatan lain yang juga diemban Syaikh Sulaiman adalah sebagai mufti Negara. Di bawah bimbingannya, lahir sejumlah ulama dan para murid yang tersebut di seluruh semenanjung Arab. Maka wajar jika kemudian lahir seorang keturunan yang faqih dan alim pula. Muhammad bin Abdul Wahab hafal Al-qur’an sebelum usianya mencapai 10 tahun. Ia belajar fiqih dan hadits dengan ayahnya sendiri, dan belajar tafsir dari guru-guru dari berbagai negeri, terutama di Madinah Al-Munawaroh serta memahami tauhid dari Al-qur’an dan Sunnah. Setelah itu dia berkelana untuk mencari pendidikan yang lebih tinggi mengunjungi sejumlah pusat pembelajaran Islam, termasuk Mekkah dan Madinah, dari Madinah pindah ke Basrah, Baghdad, Persia, Suriah, dan Mesir.
Dia termasuk pelajar yang cerdas menonjol dalam studi-studinya dan sangat mengenal kajian kemurnian ajaran Islam sebagaimana yang dipraktekkan oleh kaum salaf, Melalui Imam Ahmad bin Hambal yang ditafsirkan oleh Ibnu Taimiyah pemikiran-pemikiran bilaudah yang sangat berpengaruh pada seorang Muhammad bin Abdul Wahhab. Dalam perkembangannya juga mengamati berbagai penyimpangan amaliyah umat Islam dalam bidang akidah dalam bentuk tahayul dan kurofat dan berbagai macam bid’ah dalam bentuk ibadah. Dia tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya dari berbagai bentuk penyimpangan dari ajaran yang menjadi penyebab utama kemunduran umat Islam. Oleh karena itu di kota-kota tersebut juga beliau menyuarakan faham kembali kepada faham kemurnian ajaran Islam yang bersumber kepada Al-qur’an dan sunnah. Gerakan Tajdid yang diserukan kebanyakan di berbagai tempat mendapatkan tantangan dari kaum muslimin yang merasa terusik kemapanan tradisinya yang menyimpang tersebut. Namun demikian juga tidak sedikit orang yang menerima faham ke Islamannya yang kemudian menjadi pengikutnya. Akhirnya beliau kembali ke kampung halamannya di Uyaynah. Setelah beberapa lama dikampung halamannya dan diterima oleh keluarga dan kaumnya, namun setelah beliau lebih gencar melancarkan faham dan gerakannya pemurnian tauchid dan pembersihan bid’ah mulailah mendapatkan tantangan-tantangan sampai kepada tantangan yang lebih keras sehingga beliau terusir dari kampung halamannya, namun demikian juga tidak sedikit orang-orang yang mengikuti fahamnya termasuk dari luar Uyaynah diantaranya Muhammad bin Suud yang selanjutnya menjadi cikal bakal penguasa Arab Saudi sekarang ini.
PEMIKIRAN DAN AJARAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Kembali kepada Al Qur’an dan sunnah Menamankan tauhid secara mendalam dam membasmi syirik serta berbagai macam bid’ah. Menegakkan kewajiban-kewajiban agama dan syiar- syiarnya seperti shalat, jihad, dan amar ma’ruf nahi munkar. Mewujudkan keadilan di bidang hukum dan lainnya. Mendirikan masyarakat Islam yang berdasarkan tauhid, sunah, persatuan, kemuliaan, perdamaian dan keadilan.
Karya-karyanya Kitab Tauhid Ushul Tsalasah
GERAKAN PEMBAHARUAN DI INDONESIA KH. AHMAD DAHLAN KH. AHMAD SURKATI KH. AHMAD HASAN KH. HASYIM ASY’ARI
KH. AHMAD DAHLAN ( 1868-1923) ( Pendiri Muhammadiyah) lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868 dengan menyandang nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya, KH Abubakar, seorang khatib masjid besar di Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ibunya, Siti Aminah, putri seorang penghulu. Praktis, sejak kecil, dia mendapat didikan lingkungan pesantren serta menyerap pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ketika menetap di Mekah, di usia 15 tahun, dia mulai berinteraksi dan tersentuh dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak itu, dia merasa perlunya gerakan pembaharuan Islam di kampung halamannya, yang masih berbaur dengan sinkretisme dan formalisme. Mula-mula dengan mengubah arah kiblat yang sebenarnya, kemudian mengajak memperbaiki jalan dan parit di Kauman. Robert W Hefner, Indonesianis asal Amerika Serikat, menyebut Dahlan merupakan sosok pembaharu Islam yang luar biasa di Indonesia, bahkan pengaruhnya melampaui batas puncak pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir. Ahmad Dahlan wafat d Yogyakarta pada 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta.
Muhammadiyah, salah organisasi Islam terpenting di Indonesia, didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912. Tujuannya, “menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera” dan “memajukan hal agama Islam kepada anggota- anggotanya”. Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan, kesehatan, dan pendidikan ketimbang politik. Dari ruang gerak terbatas di Kauman, Yogyakarta, organisasi ini kemudian meluas ke daerah lain, termasuk luar Jawa.
AHMAD SURKATI ( 1875-1943) ( Berperan dlm Kemerdekaan) Ahmad Surkati dilahirkan di pulau Arqu, daerah Dunggulah, Sudan, pada 1875. Sempat mengenyam pendidikan di Al- Azhar (Mesir) dan Mekah, Surkati kemudian datang ke Jawa pada Maret 1911. Ini bermula dari permintaan Jami’at Khair, organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta, untuk mengajar. Karena ketidakcocokkan, dia keluar serta mendirikan madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914. Tanggal pendirian madrasah itu kemudian menjadi tanggal berdirinya Perhimpunan Al- Irsyad. Tujuan organisasi ini, selain memurnikan Islam, juga bergerak dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan.
KH. HASYIM ASY’ARI ( 1871-1947) ( Penjaga Tradisi Pesantren) Lahir pada 14 Februari 1871 di Desa Nggedang-Jombang, Jawa Timur, Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama, artinya kebangkitan ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dia mendirikannya bersama Kyai Wahab Chasbullah pada 31 Januari 1926 guna mempertahankan faham bermadzhab dan membendung faham pembaharuan. Hasyim pernah belajar pada Syaikh Mahfudz asal Termas, ulama Indonesia yang jadi pakar ilmu hadits pertama, di Mekah. Ilmu hadits inilah yang kemudian menjadi spesialisasi Pesantren Tebuireng, yang kelak didirikannya di Jombang sepulangnya dari Tanah Suci. Lewat pesantren inilah KH Hasyim melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional. Dia memperkenalkan pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, bahkan sejak 1926 ditambah dengan bahasa Belanda dan sejarah Indonesia. Hasyim Asy’ari wafat pada 25 Juli 1947.
AHMAD HASAN ( 1887-1958) ( Rujukan Kajian Islam ) Pendiri PERSIS ( Persatuan Islam ) Nama kecilnya Hassan bin Ahmad, lahir di Singapura pada 1887 dari keluarga campuran, Indonesia dan India. Semasa remaja dia melakoni beragam pekerjaan; dari buruh hingga penulis, di Singapura maupun Indonesia. Persis didirikan di Bandung pada 12 September 1923 Ahmad Hasan dikenal sebagai ulama pembaharu. Pikiran- pikirannya sangat tajam dan kritis terutama dalam cara memahami nash (teks) Alquran maupun hadits. Keahliannya dalam bidang hadits, tafsir, fikih, ushul fiqih, ilmu kalam, dan mantiq menjadikannya sebagai rujukan para penanya dan pemerhati kajian Islam. Dia juga ulama yang produktif menulis. Ahmad Hassan tutup usia pada 10 November 1958 dalam usia 71 tahun