Sri Juwita Hanum Cukup lama kami menikah, namun belum dikaruniai anak. Dalam soal anak, orang Minangkabau tidak kalah usil mulut seperti orang Jawa. Mereka.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Semuanya Indah Jangan Menangis Mama
Advertisements

Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
PUJIAN UNTUK ANAK KITA oleh Munif Chatib
Dahulu kala di negeri Cina,
Delapan Kado Terindah…
Aku Lahir Dari Perut Ibu
Bacalah dengan teliti, ini sangat penting!
Slide ppt tentang CINTA
MY DAD MY BEST EVER BY: MF to CQ.
My Mother And Me Cinta, perjuangan, kasih karunia,
Bu Diro yang “Lebih Populer”
WANITA Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam.
ANAK CERDAS DAN KREATIF BERKAT ALUNAN MUSIK Musik tidak cuma merupakan materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan.
Arti Revolusi Pada tanggal 27 November 1956 diadakan upacara pemberian gelar Doctor Honoris Causa kepada Bung Hatta oleh Universitas Gadjah Mada, bertempat.
DENGAN BANYAK MELAKUKAN SUJUD
Jawablah pertanyaan dibawah ini! Anggota keluargaku di rumah: - Perannya: - Orang-orang di luar anggota keluargaku: - Perannya: -
Perpustakaan Ada satu hal lagi yang perlu saya kemukakan. Entah bagaimana saya berani mengusulkan sepintas lalu kepada Bung Hatta, agar perpustakaan pribadi.
Kasih Sejati Seorang Ibu
Sepucuk surat dari bayi yg belum terlahirkan:
Sepucuk Surat untuk Anakku
TAAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA
BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA KELAS IV SEMESTER 2
Wanita.
YANG TIDAK BISA DIUCAPKAN AYAH
Uji-Ngaji Sewaktu kami bertiga: Kak Meutia, saya sendiri, dan Halida, masih kecil, Ibu menyarankan agar saya masuk sekolah Katolik. Waktu itu Ayah marah.
MENGIDENTIFIKASI TEKS CERITA PENDEK
Mukmin Sejati Sesudah pertemuan itu saya sering bertanya pada diri sendiri, di mana sumber sifat-sifat Bung Hatta? Itulah yang sering menjadi renungan.
Tawaran dari Bapak Koperasi
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Filosofi Pensil dan Kehidupan
Latihan Kasus.
Tak Setuju dengan Dwifungsi ABRI
Anak, Masa Depan Kita Topik ini terinspirasi dari sebuah lagu indah “Greatest Love of All”. Anak-anak adalah masa depan kita karena kita tidak pernah terlepas.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Tertib Itu Indah Memang benar apa yang dikatakan kawan saya itu sebab jadwal kerja Ayah luar biasa rapinya. Bayangkan saja, setiap hari, persisi pada jam.
Ketegaran dan Kesabaran
Kue Terakhir Ketika Athar  ulang tahun, tanggal 26 Desember 1979, Oom Hatta juga datang. Oom agak sakit dan tetap duduk di kursi panjang, tetapi Oom bertepuk.
Dialog dalam “Seikere”
Harga Sebuah Merah-Putih
Mencari Air di Dalam Air
SOPAN Hormat akan atau kepada ketertiban menurut adab yang baik, merupakan bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari kualitas moral, nurani dan juga.
B. Berbicara: Memperkenalkan diri dan Orang lain Dalam forum Resmi
Modul Praktik Klinik Psikiatri FKUI
Pertemuan 12 Psikologi Pendidikan Keluarga
Belajar dari Bung Hatta, Sang Proklamator RI yg bersahaja
IPS Kelas I (kasih sayang dalam keluarga
C. Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan
KISAH CINTA Lesson 12 for March 24, 2012.
Bersabar Tanpa Terbebani
Penjual Keripik Pisang
Kalau Nilai di Sekolah Buruk
Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BERSAHABAT DENGAN EMOSI & MENDENGAR AKTIF
BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER GENAP
STANDAR KOMPETENSI: Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan berpidato melaporkan isi buku dan baca puisi KOMPETENSI DASAR 6.1 Berbicara Berpidato.
Walau Sakit Tetap Memakmurkan Masjid
Kamar No. 5, Paviliun Cendrawasih
Prolog Sang Sekretaris
MENGOMENTARI BUKU CERITA YANG DIBACA
PEREMPUAN Ketika Tuhan menciptakan PEREMPUAN, DIA lembur pada hari ke-enam. Malaikat datang dan bertanya,”Mengapa begitu lama, Tuhan?” Tuhan menjawab:
Kisah Perjalanan Salman Al-Farisi
WANITA Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam.
 IBU : Memperkenalkan Kita kepada Dunia.  BAPAK : Memperkenalkan Dunia kepada Kita.
WANITA Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam.
Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan ke  dunia.
Ketegaran Hidup Sang Raja Koran
Pernikahan Putri Sulung
Surat Balasan Suatu kunjungan ke rumah Bung Hatta yang amat mengesankan ialah waktu saya datang untuk mengambil copy riwayat hidup Sjahrir yang saya minta.
Transcript presentasi:

Sri Juwita Hanum Cukup lama kami menikah, namun belum dikaruniai anak. Dalam soal anak, orang Minangkabau tidak kalah usil mulut seperti orang Jawa. Mereka membuat merah muka saya, bising pula telinga saya. Tiap kali bertemu selalu ditanyakan kepada saya, “Kapan si kecil tiba.” Kadang-kadang dengan nada menuntut. Terasa sial benar jadinya. Tuhan memberi karunia, tibalah saatnya istri saya hamil. Ketika kami sampaikan kepada Bung Hatta kabar itu, senyum kecil beliau mencerminkan kebahagiaannya yang tak terkirakan. Dielusnya kepada Meutia. Sedangkan untuk saya, kebiasaan beliau formal itulah yang nampak, saya hanya mendapat uluran tangan ucapan selamat. Hanum dilahirkan ketika saya sedang bertugas di luar negeri. Perkiraan kelahiran Hanum meleset sedikit. Saya sedang berada di Bucharest, tinggal pada Dubes Soekahar. Kelahiran anak saya telah menyentakkan saya dari tidur, saya memperoleh firasat. Ketika saya ceritakan firasat itu kepada ibu Soekahar, beliau dapat membenarkan bahwa saya harus secepatnya pulang ke Tanah Air. Benarlah, ketika saya mendarat di Halim, Mas Agung yang kebetulan berada di situ, menyalami saya dan merupakan orang pertama yang mengucapkan selamat atas kelahiran anak pertama saya. Saya langsung menuju rumah sakit, saya temui istri saya yang sedang kelihatan menderita sakit atas operasi cesarnya. Keluarga semua di situ. Seperti biasa Bung Hatta menyalami saya dengan gaya formal. “Selamat Edi, atas kelahiran si kecil.” Namun kemudian kelihatan pada muka Bung Hatta apa yang tersembunyi di balik hati kecil beliau, emosi kebahagiaannya, bahkan mungkin kebanggaannya sebagai kakek baru pada usia 73 tahun, ” Ayah sudah bisikkan Allahu Akbar di telinganya, tiga kali, seperti Edi pesankan kepada Ayah.” Sebelum saya tiba, ketika itu Bung Hatta telah membicarakan nama untuk si cucu ini. “Sri Duwit bukan nama yang baik,” kata beliau. Beliau khawatir, benar-benar saya memberi nama atau panggilan Sri Tuit untuk anak saya, sebagaimana sering saya kelakarkan. Nama ini kedengarannya bagi Bung Hatta sebagai Sri Duwit. “Ratna Juwita adalah nama indah untuk seorang anak perempuan,” kata beliau kepada Meutia. Akhirnya jadilah namanya Sri Juwita Hanum. Sri dari ibu saya, Juwita dari Bung Hatta dan Hanum dari istri saya yang kagum akan tokoh Islam Halidedib Hanoum. Nama Halide telah diambil oleh Bung Hatta untuk adik Meutia, sekarang Hanoumnya diambil Meutia untuk anaknya. Kami tahu betapa cucu ini berarti sekali untuk Bung Hatta, kami menghibur beliau dengan membawa Hanum datang ke Jalan Diponegoro. Boleh dikatakan hampir tiap hari, sejak Hanum belum dapat tengkurap sendiri sampai pada saat-saat terakhir Bung Hatta. Jika ia datang kepada kakeknya (yang dipanggilnya Datuk), selalu disambut oleh sang Datuk dengan kata-kata, “Uik, Hanum manis.” Lalu diciumnya anakku itu. Mengenai hal cucu, saya kira Bung Hatta tidak banyak berbeda dengan orang lain. Belum pernah saya melihat Bung Hatta marah sampai membentak, kecuali sekali itu kepada saya, yaitu ketika saya sedang memarahi Hanum yang nakal, sampai anak ini menangis. Ibu Rahmi pun tidak akan bisa lupa akan kemarahan Bung Hatta itu. Saya masih ingat, betapa sang Datuk dekat kepada cucu pertama ini. Ketika Bung Hatta sakit keras pada tahun1976, beliau mengigau, “Ayah dan Juwita mau ke Jeddah, Ayah akan bawa dia ke Jeddah.” Itulah sebabnya saya bawa Hanum ikut Umrah baru-baru ini selepas 40 hari wafatnya Bung Hatta. Saya bawa pesan beliau empat tahun yang silam, siapa tahu igauan beliau itu keluar dari bawah sadar beliau, ungkapan kasih sayang beliau kepada turunannya, saya akan bermakna bagi dunia akhiratnya. Saya umrahkan anakku ini, kutuntun, terkadang kupanggul sewaktu thawaf. Saya amati betul apakah pada setiap putaran ia sempurna membaca Robbanaa aatinaafiddun-ya hasanatan wafil-aakhirati hasanatan waqinaa ‘azaabannaar. Ia pun kami ajari duduk bersimpuh di depan makam Ibrahim a.s. membaca Al Fatihah yang telah ia hafal luar kepala sejak ia berumur dua tahun, untuk arwah datuknya. Kuciumi anakku di situ di depan Ka’abah, keluar dari mulutku, “Ya Allah, jadikan anakku manusia yang soleh, manusia yang berguna untuk agama, negara, dan bangsanya.” Semenjak Hanum belum lahir pun, telah disiapkan oleh datuknya setumpuk buku bacaan, tiga kotak besar, lebih dari 200 buku. Banyak di antaranya terbitan almarhum Pak Oejeng. Tidak ketinggalan sebuah kamus bahasa Indonesia karangan Poerwodarminto ditulis dan ditandatangani beliau “untuk cucunda Hanum”. Itu semua sebenarnya adalah kebahagiaan saya, bahwa saya telah membahagiakan mertua saya yang sangat saya sayangi dan hormati. Sri- Edi Swasono, Pribadi Manusia Hatta, Seri 3, Yayasan Hatta, Juli 2002