ANALGESIC, ANTIINFLAMATORIC, ANTIPYRETIC DRUGS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
INTERAKSI OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID (AINS)
Advertisements

Rahmatini Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran universitas andalas
Asam Urat (Gout)
CARA PEMBERIAN OBAT.
Tiga dari hal2 yg ada dibawah ini terdapat pd klien
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
RADANG = INFLAMASI HERU SWN.
Tindakan Awal Mengatasi Demam Tinggi
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
OBAT YANG MEMPENGARUHI JANIN INTRA UTERIN
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
Analgetika,Antipiretika & Antiinflamasi
Migrain.
Rosida, M.Farm., Apt.. Diare : meningkatnya konsistensi likuiditas dan atau berat dari feses dihubungkan dengan meningkatnya frekuensi (>3x/hari) disertai.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT
Oleh : FERRYANSYAH ILHAM SYAH MELISSA MANDATASARI.
PENATALAKSANAAN NYERI
Tekanan Darah (TD,Tensi)
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
OBAT YANG BEKERJA PADA SALURAN PENCERNAAN
MAHMUDDIN & MARIO LAURENZA MD
Pemberian Obat Cacing pada Anak Balita
ANALGETIK, ANTIPIRETIK DAN ANTI INFLAMASI
HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS ANALGETIKA
Farmakologi veteriner Obat nsaid
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANESTETIK
DIURETIKA FARMAKOLOGI PKH UB 2012.
Analgetika,Antipiretika & Antiinflamasi
Antimetic Nausea Vomiting Pregnancy
GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Kimia Medisinal Obat Analgetik dan Antipiretik
Demam Tifoid Eggi Arguni.
Syok anafilaktik Nasman Puar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARDIUM
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 12.
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
HUBUNGAN ANTARA OBAT ANALGESIK-ANTI INFLAMASI ORAL TERHADAP LAMBUNG
KELOMPOK 1 : AZHARUDDIN AGUSRIYANTI
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
GASTROPATI OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID (OAINS/NSAID)
GOLONGAN ANTI SPASMODIK
PENGGUNAAN OBAT PADA PEDIATRIK Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ. Muhammadiyah Purwokerto.
Hemostatika dan oksitosikum
TERAPI CAIRAN PARENTERAL
ANTI REMATIK.
Calcium Channel Blocker
MANAJEMEN NYERI FARMAKOLOGIS
ANALGESIC dan ANTIPIRETIC
Tanda dan Gejala Anafilaksis
NURUL HIDAYAH .A FARMASI A.
ANTITROMBOTIK, ANTIPERDARAHAN
Obat Darurat yang Dapat Digunakan
PENATALAKSANAAN DISLIPIDEMIA
Obat - Obat Analgetik dan Antipiretik
Nama: Franciska Danik Sandrayanti NPM:
ANALGETIK ANTIPIRETIK INFLAMASI
Dr.Yuliani M Lubis, SpTHT-KL
OBAT-OBAT SISTIM PENCERNAAN asam lambung
ANTI FUNGI / ANTI JAMUR. Infeksi jamur terjadi di tempat yang sedikit menerima aliran darah seperti kulit, kuku dan rambut. Hal ini membuat distribusi.
Anemia pada Remaja Puteri Siti Fathimatuz Zahroh UPT Puskesmas Karangmojo II.
KELOMPOK 1 Yunika Kasyaningrum indriana Rahma Meimuna Siti m Prisma
FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK DAN ANTIINFLAMASI.
Anemia pada Remaja Puteri Puskesmas Cipedes dr Rinny Oktafiani 2017.
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
Apa sih HIV itu?? Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
Anemia pada Remaja Puteri dr. Aris Rahmanda UPTD Puskesmas Bojong Rawalumbu – Peserta Dokter Intership Indonesia 2016.
PEMBERIAN ZAT BESI ( FE ) DALAM KEHAMILAN A. Dfinisi zat besi Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam.
Transcript presentasi:

ANALGESIC, ANTIINFLAMATORIC, ANTIPYRETIC DRUGS

Analgetika: Obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa sakit Antipiretika : Obat yang berkhasiat menurunkan demam Antiinflamasi: Obat yang berkhasiat mengurangi inflamasi

Mekanisme kerja Menghambat enzim siklooksigenase Konversi asam arakidonat endoperoksid terganggu sintesis prostaglandin menurun

Properties of Prostaglandins

Pelepasan mediator kimiawi, antara lain prostaglandin Inflamasi Kerusakan mikrovaskuler permeabilitas kapiler meningkat migrasi lekosit ke jaringan kalor, rubor, dolor, functio laesia Pelepasan mediator kimiawi, antara lain prostaglandin

Nyeri PROSTAGLANDIN Sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulus mekanik dan kimiawi

memacu pelepasan PG di daerah DEMAM Zat pirogen endogen memacu pelepasan PG di daerah preoptik hipotalamus

Chemical mediator “inflammatory soup” Tissue Damage or Inflammatory pain Stimulus Chemical mediator “inflammatory soup”

Effect of NSAID’s on Platelet-Endothelial Interactions

Selective COX-2 Inhibitors Wright JM., CMAJ. 2002 Nov 12;167(10):1131-7.

Wright JM., CMAJ. 2002 Nov 12;167(10):1131-7.

Wright JM., CMAJ. 2002 Nov 12;167(10):1131-7.

DERIVAT ASAM SALISILAT Asam asetilsalisilat = Asetosal (Aspirin®) Obat bebas terbatas analgesik, antipiretik, antiinflamasi toksik: piretik urikosurik: > 5gr/hari memacu respirasi hepatotoksik retensi air dan garam memperpanjang masa perdarahan

Pada gastrointestinal: Nyeri epigastrik nausea vomitus ulkus lambung perdarahan lambung,

Kehamilan Kejadian mortalitas perinatal meningkat anemia perdarahan antepartum dan postpartum memperpanjang masa kehamilan persalinan dengan komplikasi

Absorbsi cepat pada pemberian peroral terdistribusi ke seluruh tubuh mudah melewati barrier plasenta

Sediaan, cara pemberian, dosis Sodium salisilat (Natrium salisilat) tablet 325, 650 mg, injeksi aspirin reguler atau enteric coated tablet 65 - 975 mg, suppositoria salsalat (asam salisilsalisilat) salisilamid mesalamin metil salisilat (salep, minyak) asam salisilat (keratolitik)

Indikasi Antipiretika analgetika: nyeri dari sistem integumentum, mis.: sakit kepala, mialgia, arthralgia demam rematik akut rheumatoid arthritis profilaksi: PJK, infark miokard mencegah trombus: 324 mg/hari lokal: asam salisilat (keratolitik), metil salisilat Indikasi

Use of Aspirin in Unstable Angina

Intoksikasi pada anak Hiperhidrosis Muntah Hiperventilasi

Efek toksik Sindroma Reye Konsumsi oksigen meningkat Metabolisme meningkat Berkeringat nausea, vomitus (Kadar dalam plasma 270 mg/ml dehidrasi

SSP Konvulsi konfusi dizzines tinnitus tuli Delirium psikosis stupor koma

Dipiron Analgetik antipiretik antiinflamasi agranulositosis

Indikasi dan dosis Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gout dosis: 1200 mg per hari, dapat dikurangi sampai 900 mg /hari Tua: dosis lebih rendah Gout akut, initial: 2400 mg hari I (4 x), dilanjutkan 1800 mg sampai serangan akut berkurang, dilanjutkan 1200 mg sampai gejala hilang

Efek toksik: Riwayat bronkospasme karena aspirin Kontraindikasi Riwayat bronkospasme karena aspirin penggunaan harus diawasi seperti penggunaan derivat pirazolon lain Efek toksik: nausea, dispepsi, nyeri epigastrik ruam kulit SSP: sakit kepala, vertigo

Derivat Para-aminofenol: Asetaminofen= Parasetamol Analgetik, antipiretik = aspirin efek antiinflamasi lemah diabsorbsi hampir sempurna di tr. GI

Sediaan, cara pemberian, dosis: Tablet, kapsul, suppositoria, tablet kunyah, elixir, larutan Dosis: 325-1000 mg (rektal: 650 mg), total per hari tidak lebih dari 4000 mg Interval pemberian : 4-6 jam Anak-anak: 40 - 480 mg dosis tunggal, tgt umur, BB (tidak lebih dari 5 kali dosis dalam 24 jam), biasanya 10 mg/kgBB tidak lebih dari 10 hari

Efek toksik Ruam kulit netropenia trombositopenia pansitopenia overdosis: nekrosis hepar, nekrosis tubulus renalis, koma hipoglikemik

Asam asetat indol: 1. INDOMETASIN Antiinflamasi, analgetika, antipiretika Diabsorbsi cepat dan hampir sempurna di tr. gastrointestinalis

Interaksi dengan obat lain: mengantagonis efek Natriuresis & antihipertensi furosemid antihipertensi diuretika tiazid penghambatan oleh b-adrenergik penghambatan ACE dengan triamteren gagal ginjal akut

Sediaan, cara pemberian, dosis Kapsul peroral, suppositoria Interval pemberian: 8-12 jam Dosis inisial: 25 mg 2 atau 3 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 25 atau 50 mg dengan interval 1 minggu sampai dosis per hari 150-200 mg Bersama makanan atau antasida inj. Iv untuk menginduksi PDA pada neonatus

Indikasi Antipiretik untuk demam yang refrakter Rheumatoid arthritis Ankylosing spondylitis Osteoarthritis Gout akut Bartter’s syndrome gagal jantung pada neonatus karena PDA

Kontraindikasi Gagal ginjal Enterocolitis Trombositopenia Hiperbilirubinemia wanita hamil gangguan psikiatri epilepsi parkinson sebaiknya tidak rutin untuk analgetik atau antipiretik

Efek toksik: vertigo depresi psikosis halusinasi netropenia trombositopenia kerusakan fungsi trombosit ruam kulit gatal, urtikaria serangan asma akut Efek toksik: Anoreksia muntah sakit perut perdarahan lambung pankreatitis akut diare hepatitis sakit kepala dizzines

2. Sulindak Aktivitas kurang dari 1/2 Indometasin toksisitas pada GI: lebih rendah drpd indometasin sedikit/tidak melewati barrier plasenta, terdapat dalam ASI

Dosis Dewasa: 150-200 mg 2x sehari (maks 400 mg/hari) diberikan bersama makanan, tetapi absorbsi lambat

Indikasi Kontraindikasi: Rheumatoid arthritis Osteoarthritis Ankylosing spondylitis Gout akut Kontraindikasi: wanita menyusui

Efek toksik Kejadian toksisitas lebih rendah daripada indometasin nyeri perut, nausea mengantuk, pusing, sakit kepala, cemas ruam, pruritus berkurangnya fungsi trombosit memperpanjang masa perdarahan

3. Tolmetin Antiinflamasi, antipiretin, analgetik Bersama antasida tidak mengurangi konsentrasi dalam plasma Osteoarthritis Rheumatoid arthritis Ankilosing spondilitis

Dosis Dosis inisial: 400 mg 3 x /hari (1:menjelang tidur, 1: saat bangun) Dosis maks. 2 g/hari sebaiknya bersama makanan, susu, atau antasida Dosis inisial anak-anak (2 th/lebih): 20 mg/kgBB/hr (3-4 x) pemeliharaan: 15-30 mg/kgBB/hari

Efek toksik Nyeri epigastrium dispepsi nausea vomitus ulkus lambung & duodenum gelisah Cemas insomnia mengantuk erosi lambung memperpanjang masa perdarahan

Asam antranilat: asam mefenamat Analgetika: Rheumatoid arthritis, trauma jaringan lunak, nyeri muskuloskeletal, dismenorhoe antiinflamasi: rheumatoid arthritis,osteoarthritis dosis analgesi: 500 mg (initial), 250 mg (subsequent) Dosis maksimal/hari: 1500 mg Interval pemberian: 6 jam

Kontraindikasi Riwayat gangguan gastrointestinal bila diare, ruam kulit hentikan

Efek toksik: Dispepsi diare steatorhea gangguan fungsi hepar, ren ruam kulit anemia hemolitik bronkokonstriksi pada penderita yang sensitif aspirin

Asam propionat: 1. Ibuprofen Dosis analgesi: 200-400 mg Dosis maksimal: 2400 mg/hari Interval pemberian: 4-6 jam Rheumatoid arthritis & osteoarthritis: 3200 mg/hari (terbagi), biasanya 1200-1800 mg/hr. Pemeliharaan: dosis dikurangi Nyeri sedang, dismenorhoe: 400 mg tiap 4-6 jam Diberikan bersama makanan atau susu

Kontraindikasi Wanita hamil, menyusui

Efek toksik Nyeri epigastrium nausea perut terasa terbakar trombositopenia ruam kulit sakit kepala Pusing penglihatan kabur ambliopia edema

2. Naproksen Dosis analgesi: 500 mg (initial), 250 mg (subsequent) Dosis maksimal: 1250 mg/hari Interval pemberian: 6-8 jam Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankylosing spondylitis: 250 - 500 mg (2 x sehari) arthritis juvenil (lebih 2 th):10mg/kgBB (dalam 2x ) Gout akut: 750 mg, dilanjutkan 250 mg tiap 8 jam sampai serangan berkurang dismenorhoe, bursitis, tendinitis akut: 500 mg dilanjutkan 250 mg tiap 6-8 jam Diberikan bersama makanan

Efek toksik Sakit kepala pusing banyak keringat depresi ototoksik pruritus jaundice gangguan fungsi ren edema trombositopenia agranulositosis Efek toksik Dispepsi rasa tidak enak perut nausea vomitus perdarahan lambung ngantuk

Naproksen sodium Dosis analgesi: 500 mg (initial), 250 mg (subsequent) interval pemberian: 6-8 jam Dosis maksimal: 1375 mg/hari

3. Fenoprofen Peroral: absorbsi 85% Makanan dalam lambung: memperlambat absorbsi dan menurunkan kadarnya dalam plasma Tetapi sebaiknya tetap diberikan bersama makanan Dosis analgesi: 200 mg Dosis maksimal: 800 mg/hari Interval pemberian: 4-6 jam

Indikasi Rheumatoid arthritis, osteoarthritis: 300-600 mg 3-4 x sehari (maksimal 3,2 g/hari) Nyeri ringan sampai sedang: 200 mg tiap 4-6 jam Sebaiknya diberikan bersama makanan

Kontraindikasi Anak-anak hati-hati pada penderita dengan riewayat ulkus peptik

Efek toksik Perut tidak enak dispepsi konstipasi nausea ruam kulit SSP: tinnitus, pusing, lesu, bingung, anoreksia

4. Ketoprofen Dengan makanan, mengurangi kec. Absorbsi Dosis analgesi: 25 - 50 mg Dosis maksimal: 300 mg/hari arthritis: 150-300 mg (3-4 x) nyeri lain: 25-50 mg tiap 6-8 jam

Efek toksik Lebih ringan daripada aspirin retensi cairan kenaikan kreatinin plasma (pada penderita yang menerima diuretika, > 60 th) fungsi ginjal harus dimonitor.

5. Flubiprofen Sifat-sifat farmakologi, indikasi terapetik, efek samping sama dengan antiinflamasi lain golongan asam propionat RA dan osteoarthritis: 200-300 mg / hari (2-4 x)

Derivat Oksikam: Piroksikam setara dengan aspirin, indomethacin, naproksen untuk terapi jangka panjang RA dan osteoarthritis lebih dapat ditoleransi daripada aspirin atau indomethacin menghambat biosintesis PG, menghambat aktivitas netrofil yang memproduksi siklooksigenase

Makanan dan antasida tidak mempengaruhi kec. & luas absorbsi mengurangi gejala RA & osteoarthritis: 20 mg (2 x) gangguan muskuloskeletal akut dismenorhoe nyeri postoperatif gout akut

Efek toksik Ulkus peptik mengganggu fungsi trombosit memperpanjang masa perdarahan bronkokonstriksi pada penderita hipersensitif aspirin

Derivat Asam Fenilasetat Diklofenak Potensi lebih besar daripada indomethacin, naproksen Bersama makanan memperlambat kec. Absorbsi mengurangi gejala RA: 150-200 mg/hari (2-4 x) Osteoarthritis: 100-150 mg (2-4 x)

Ankylosing spondylitis: 100-125 mg (4-5x) jangka pendek: trauma muskuloskeletal, nyeri bahu, nyeri postoperatif (minor), dismenorhoe

Kontraindikasi Anak-anak wanita hamil wanita menyusui

Efek toksik Perdarahan dan ulserasi dinding usus peningkatan transaminase hepar ruam kulit reaksi alergi retensi air dan edema gangguan fungsi ginjal

Cox-2 SELECTIVE INHIBITORS Celecoxib Rofecoxib

Antiallergic

H1-RECEPTOR ANTAGONISTS

Pharmacological Properties SMOOTH MUSCLE Within the vascular tree, the H1 antagonists inhibit both the vasoconstrictor effects of histamine and, to a degree, the more rapid vasodilator effects that are mediated by activation of H1 receptors on endothelial cells (synthesis/release of NO and other mediators). CAPILLARY PERMEABILITY H1 antagonists strongly block the increased capillary permeability and formation of edema and wheal brought about by histamine. FLARE AND ITCH H1 antagonists suppress both the flare component of the triple response and the itching caused by intradermal injection of histamine.

The second-generation (“nonsedating”) H1 antagonists (e. g The second-generation (“nonsedating”) H1 antagonists (e.g., loratadine, cetirizine, and fexofenadine) are largely excluded from the brain when given in therapeutic doses because they do not cross the blood–brain barrier. An interesting and useful property of certain H1 antagonists is the capacity to counter motion sickness. This effect was first observed with dimenhydrinate and subsequently with diphenhydramine (the active moiety of dimenhydrinate), various piperazine derivatives, and promethazine.