Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kelompok E ; Syayid Nurrofik Bahriyan Setiaji Bilhuda Fauzu Yusuf
Pengertian Iman Dalam bahasa Arab, iman berarti pengetahuan (knowledge), percayaa (belief), dan yakin tanpa bayangan keraguan (to be convinced beyond the least shadowof doubt). Dengan demikian iman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul akibat pengetahuan dan keyakinan. Secara bahasa , iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari. Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek dalamnya menyangkut keyakinan dan aspek luarnya berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Sebenarnya masalahnya tergantung dari definisi iman. Kalu kita mengakui definisi iman menurut jahmiah dan Asy’ariyah yang mengatakan bahwa iman hanyalah at-tashdiq (membenarkan di dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua aqidah yang bersinonim.
Senada dengan ini pendapat imam Abu Hanifah yang mengatakan iman hanyalah ‘itiqad, sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak dinamai iman. Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut Ulama salaf (termasuk Imam Ahmad, Malik, dan Syafi’i) yang mengatakan bahwa iman adalah: إٍعْتِقَادٌ بِاَحْجَنَا نِ وَنُطْقٌ بِاللِّسَانِ وَعَمَلٌ بِالْاَّرْكَانِ ‘Sesuatu yang diyakini dalam hati, di ucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh’ empat kategori manusia: Manusia yang memiliki iman yang teguh dan sepenuh hati kepada Allah. Orang dalam kategori ini mengikuti petunjuk Allah, dan mengabdikan jiwa dan raga mereka demi mencarin keridlaanNya dengan berbuat ma’ruf dan meninggalkan perilaku munkar. Manusia dengan kategori ini layak disebut sebagai muslim kaffah.
Manusia yang memiliki iman, percaya kepada Allah, yakin pada hukum Allah dan hari akhir, tetapi imannya tidak mendalam atau cukup kuat untuk secara total patuh kepada Allah. Manusia seperti ini jauh di bawah kategori muslim kaffah, dan mereka mereka akan mendapat pembalasan atas perbuatan dosa yang dilakukannya, meskipun mereka masih tergolong sebagai muslim. Mereka berbuat dosa tetapi tidak ingkar, dan mereka mengakui kekuasaan Allah dan hukumNya, namun juga melanggar aturanNya. Manusia yang tidak beriman sama sekali, menolak untuk mengakui kekuasaan Allah bahkan ingkar kepadaNya. Manusia seperti ini, walaupun perilakunya baik, tidak melakukan bentuk-bentuk kekerasan, tetapi mereka ingkar, maka perbuatan baiknya tidak berarti bagi Allah. Manusia yang tidak beriman dan tidak berbuat baik. Mereka menebarkan kerusakan di muka bumi serta berbuat kekerasan dan penindasan. Manusia kategori seperti ini adalah yang terjelek, sebab mereka selain berbuat ingkar juga berbuat kriminal.
Empat klasifikasi manusia tersebut menunjukan keberhasilan dan keselamatan sejati seseorang itu tergantung pada imannya. وَأَمَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنۡ أَمۡرِنَا يُسۡرٗا ٨٨ Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami" (Q.S. al-Kahfi: 88)
Hubungan Iman dan Islam Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran yang diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan untuk melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti ini, karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya, namun beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman, sedang terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.
Hal ini misalnya terlihat pada ayat: لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وللَّهَِ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Wujud Iman Iman itu, meskipun diyakini dalam hati dan di ucapkan dengan lisan, ia terwujud dalam perbuatan. Jadi, sebagai bukti bahwa seseorang itu beriman, tidaklah di ukur kedalaman hatinya melainkan diukur dari amalnya karena yang tau urusan hati hanyalah Allah dan orang itu sendiri. Jika orang tersebut taat beribadah, beramal saleh dan meninggalkan perbuatan maksiat atau dosa, dan itu dilakukan karna Allah semata, maka itulah wujud iman. Dengan demikian, iman itu terwujud dalam perilaku yang proaktif dan dinamis dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari adanya rasa malu berbuat kejahatan, memberi salam, menyingkirkan duri dari jalan, berbicara yang baik-baik, menghormati tetangga, memuliakan tamu, dan lain sebagainya, semuanya termasuk dalam wujud atau bukti nyata dari adanya iman seseorang.
Proses Terbentuknya Iman Proses terbentuknya iman dalam diri seseorang melalui beberapa tahap. Pertama, didahului oleh pengetahuan (knowledge) seseorang tentang Sang Pencipta jagad raya ini, yakni Allah. Artinya bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berfikir, perenungan mendalam, survey atau penelitian terhadap alam semesta. Kedua, timbulnya sikap percaya kepada Allah. Meskipun kepercayaan pada tahap ini masih labil, tergantung kepada seberapa banyak pengetahuan tentang Allah dan upaya kontemplasinya terhadap alam semesta tersebut, namun iman pada tahap ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang di peroleh atau pengalaman yang di jalani.
Tanda- Tanda Orang Beriman Tanda-tanda orang beriman kepada Allah adalah: Selalu beribadah kepada Allah semata, bukan kepada selain Allah, dan dalam beribadah itu ia tidak mengharapkan apapun kecuali ridla dan maghfirahNya. Selalu beramal saleh dan memakmurkan bumi, karena ia sadar bahwa kehadirannya di muka bumi ini adalah sebagai hamba Allah dan khalifah. Berakhlak karimah dan menjaga martabat dirinya agar tidak terjerumus kedalam lembah kenistaan. Batinnya selalu tenang karena kualitas spiritualnya telah penuh terisi dengan keyakinan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Orang beriman adalah cerdas secara emosional dan spiritual, sebab baginya hidup itu penuh makna, bukan kosong atau hambar belaka. Seseorang yang beriman selalu bersikap humanis, tetapi seorang humanis belum tentu beriman.
Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya, maka semakin bertambah tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada Allah SWT. Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang merancang, menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah. Senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-Nya
Peran iman dan takwa dalam kehidupan modern Iman dan takwa termasuk masalah mental-spiritual. Bagi seseorang yang memiliki keduanya akan memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah: Mendapat keamanan Pahala yang lebih baik Jalan yang lurus Ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya
Pengaruh Iman dalam Kehidupan Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda Iman menanam semangat berani menghadapi maut Iman menanam sikap “self-help” dalam kehidupan Iman memberikan ketentraman jiwa Iman mewujudkan kehidupan yang baik Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen Iman memberi keberuntungan Iman mencegah penyakit