Dasar-Dasar Dukungan Psikososial Markas Pusat PMI 2015
Tujuan Pembelajaran : Memahami apa itu Dukungan Psikososial Dapat menyebutkan Tujuan Dukungan Psikososial Dapat Menyebutkan Prinsip Dukungan Psikososial
Apa itu tadi ??
Video Dokumentasi Program Dukungan Psikososial Pasca Gempa Bumi Jogja dan Jawa tengah
Apakah Psikososial itu? (1) Penggabungan dari 2 kata… “PSIKO” internal-pikiran, perasaan, nilai, kepercayaan yang dianut individu. “SOSIAL”eksternal-hubungan antara individu dengan lingkungannya
Apakah Psikososial itu? (2) Definisi dari PSIKOSOSIAL…. Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana masing-masing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan. Dampak psikologis dampak yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, perilaku. Dampak sosial dampak yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan masyarakat (misalnya sekolah), dan lingkungan.
Orang yang memiliki kondisi psikososial yang baik (sehat), dilihat dari beberapa tanda berikut ini: Memiliki perasaan yang baik (positif) terhadap diri sendiri Merasa nyaman berada di sekitar orang lain Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan Mampu menjaga pandangan atau pikiran positifnya dalam hidup Memiliki rasa syukur terhadap apa yang dimiliki dalam hidup, bahkan untuk hal sederhana sekalipun Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnya
Ada 8 tahap perkembangan psikososial dalam teori yang didefinisikan oleh Erikson Harapan : Kepercayaan vs Rasa Tidak Percaya Diri (0 – 8 Bulan) Keinginan : Kemandirian vs Rasa Ragu dan Malu (8 Bulan – 3 Tahun) Tujuan : Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 – 6 Tahun) Persaingan : Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (6 – 12 Tahun) Ketelitian : Identitas vs Rasa Bingung (12 – 19 Tahun) Cinta : Keintiman vs Isolasi (19 – 40 Tahun) Perhatian : Aktifitas Umum vs Tekanan (40 – 65 Tahun) Kebijaksanaan : Integritas Ego vs Keputusasaan (65 Tahun Ke Atas)
Harapan : Kepercayaan vs Rasa Tidak Percaya Diri (0 – 18 Bulan) Tahap ini adalah tahapan dasar dari kehidupan awal manusia. Pada usia ini, bayi merasakan dunia melalui mulut, mata, telinga, dan sentuhan. Ibu memiliki tanggung jawab yang sangat penting sebagai pendamping yang memperkenalkan dunia. Bayi memiliki ketergantungan terhadap sentuhan emosional. Sehingga apabila bayi tidak mendapatkan perawatan yang baik secara emosional maka bayi tidak merasa aman. Kegagalan untuk mengembangkan kepercayaan bayi pada dunia awalnya menyebabkan perasaan takut dan rasa tidak percaya diri.
Keinginan : Kemandirian vs Rasa Ragu dan Malu (8 Bulan – 3 Tahun) Tahap ini anak mengembangkan perasaannya yang kuat akan kontrol terhadap konsentrasinya. Latihan buang air kecil dan air besar merupakan bagian penting dari tahapan ini. Dengan adanya pembelajaran untuk mengontrol fungsi tubuhnya sendiri menimbulkan perasaan bebas sekaligus terkontrol. Latihan-latihan lain yang dianggap penting adalah bagaimana mereka mulai belajar mengenakan pakaiannya sendiri atau memilih mainan yang disukainya.
Tujuan : Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 – 6 Tahun) Selama tahun-tahun prasekolah, anak mulai mengembangkan rasa inisiatifnya dan mulai mencari interaksi sosial sendiri dibantu oleh keluarganya. Pencapaian dari tahap ini adalah perasaan saat mencapai tujuannya. Penguasaan anak yang baik terhadap apa yang ia lakukan akan mempengaruhi kemampuan bahasa dan fantasinya untuk mengeksplorasi obyek. Dengan demikian anak akan memahami untuk memimpin kekuatannya atau merasakan perasaan bersalah secara terus menerus jika tidak diberi kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Persaingan : Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (6 – 12 Tahun) Tahap ini meliputi tahun-tahun pertama sekolah. Melalui interaksi sosial dengan orang lain, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga akan prestasi yang diraihnya dan akan kemampuannya bersaing dengan teman yang lain. Anak-anak yang sering dipuji dan didukung oleh keluarga atau guru akan memiliki perasaan kompetensi yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan bagi anak-anak yang kurang mendapatkan dukungan dan penghargaan akan lebih mudah merasa rendah diri.
Ketelitian : Identitas vs Rasa Bingung (12 – 19 Tahun) Selama masa remaja, anak memperjuangkan rasa identitas pribadinya dan mulai mengeksplorasinya satu persatu. Di sini anak akan mempertanyakan “Siapakah Aku yang sebenarnya ?” dan “Dapat menjadi apakah Aku?”. Mereka yang mendapatkan dorongan yang kuat dan positif akan membangun karakter diri yang kuat dan memiliki keyakinan bahwa mereka bisa. Rasa binggung hanya akan terjadi bila anak tidak dibimbing untuk memahami apa yang tidak mereka pahami.
Cinta : Keintiman vs Isolasi (19 – 40 Tahun) Tahap ini mencakup awal masa dewasa dimana orang-orang mulai peduli akan kapasitas kebutuhan untuk mencintai. Mereka akan bertanya “Apakah saya dapat mencintai dan dicintai?” Sangatlah penting dalam usia ini untuk mengembangkan komitmen hubungan dengan orang lain yang dipercaya untuk saling berbagi hampir sebagian hidupnya. Kuatnya identitas pribadi berpengaruh besar terhadap perkembangan hubungan intim.Namun jika seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah maka akan muncul perasaan depresi, sendiri, dan takut untuk berkomitmen lebih dalam.
Perhatian : Aktifitas Umum vs Tekanan (40 – 65 Tahun) Selama masa dewasa ini, orang-orang terus membangun kehidupannya dan fokus terhadap perkembangan karir dan keluarga. Di sini orang-orang akan mempertimbangkan tentang kontribusi yang telah ia lakukan selama hidupnya. Mereka yang sukses dalam tahap ini akan terlibat lebih aktif di lingkungan keluarga dan masyarakat. Mereka yang gagal akan merasa tidak produktif dan tidak ingin terlibat lebih jauh dengan dunia. Perhatian adalah kunci dari tahap ini karena dengan adanya tekanan namun mereka akan terus berusaha bangkit.
Kebijaksanaan : Integritas Ego vs Keputusasaan (65 Tahun Ke Atas) Tahap ini merupakan tahapan usia bagi orang-orang yang mencoba untuk merefleksikan dirinya kembali. Mereka yang tidak berhasil pada tahap ini merasa bahwa kehidupan mereka telah terbuang percuma, hidupnya sia-sia, dan mengalami penyesalan yang berlebih-lebihan. Dari pikiran-pikiran negatif itu, muncullah keputusasaan untuk terus meneruskan hidupnya. Mereka yang merasa bangga akan segala yang telah dilakukan beserta dengan prestasi yang dibuat, maka mereka akan mencapai kebijaksanaan bahkan ketika mendekati kematian.
Dukungan Psikososial PMI: Merupakan suatu pendekatan kepada para penyintas bencana (alam atau lainnya) yang bertujuan mendorong ketahanan individu dan masyarakat. Bertujuan untuk kembali ke kehidupan normal, memfasilitasi partisipasi masyarakat yang terkena dampak untuk mencapai pemulihan dan mencegah Dampak Lanjutan (yang lebih buruk) dari situasi yang traumatis.
Dukungan Psikososial PMI BUKAN merupakan : Terapi psikologis atau psikiatris Terapi bagi penderita gangguan jiwa
MASYARAKAT YG TERTIMPA BENCANA Piramida Intervensi MASYARAKAT YG TERTIMPA BENCANA RUMAH SAKIT JIWA PUSAT LAYANAN KONSELING, TERAPI TRADISIONAL MASYARAKAT YG SEDANG SHOK, WORKSHOP MANAJEMEN STRES, KONSELING KELOMPOK PSIKOSOSIAL, PSIKOEDUKASI, DUKUNGAN SPIRITUAL ORANG YG BUTUH BANTUAN KLINIS DOKTER, PSIKOLOG,TERAPIS ORANG DEPRESI / TRAUMA PROFESIONAL KESEHATAN MENTAL, KONSELOR TERAMPIL ORANG SHOCK, BERDUKA, TAKUT, MERASA BERSALAH PEKERJA SOSIAL TERLATIH MASYARAKAT UMUM (BINGUNG,SEDIH, MARAH,TIDAK PERCAYA) KEGIATAN RELAWAN PSP
Sistem Dukungan sosial
Penugasan Setiap peserta menulis 1 contoh kondisi psikososial penyintas yang baru saja mengalami peristiwa traumatis Praktekkan Diskusikan bersama
7 Prinsip Dukungan Psikososial Bagian integral dari siklus penanggulangan bencana. Mengembalikan masyarakat ke kehidupan normal dan mencegah dampak yang lebih lanjut. Informasi dan psikoedukasi reaksi normal dalam situasi abnormal. Diberikan bersama program bantuan bencana lainnya (medis, logistik) Setiap petugas memiliki ketrampilan teknis dasar dukungan psikososial. Diberikan secepat mungkin dengan prinsip transparansi dan pelibatan masyarakat dalam konteks budaya lokal. Perlu didukung oleh tenaga profesional kesehatan mental
1. Bagian Integral dari Siklus Penanggulangan Bencana
2. 2. Upayakan agar secepatnya kembali ke kehidupan normal.
3. Informasi dan psikoedukasi reaksi normal dalam situasi abnormal.
4. Diberikan Bersama Program Bantuan Bencana yang Lain
5. Petugas Memiliki Ketrampilan Teknis Dasar Dukungan Psikososial
6. Diberikan segera dengan prinsip transparansi dan pelibatan masyarakat dalam konteks budaya lokal.
7. Perlu didukung oleh Tenaga Profesional Kesehatan mental