SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Materi 4 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E.,M.Si.,Ak., CA
PUSAT LABA Pusat Laba Adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya maupun masukannya diukur dalam satuan moneter, sehingga labanya dapat dihitun Tidak semua pusat laba berupa divisi, dan sebaliknya tidak semua perusahaan adalah pusat laba. Jika ada perusahaan/divisi yang tidak mempunyai wewenang untuk menentukan harga jual maupun biaya disebut pusat laba semu.
Masalah Yang Ditimbulkan Pusat Laba Laba tidak mencerminkan seluruh hasil kerja manajemen. Penyebabnya adalah: laba hanya mencerminkan hal-hal yang dapat dirupiahkan. Sukarnya menentukan standar laba bagi sebuah pusat laba. Transaksi Intern adalah transaksi antar pusat laba dalam sebuah perusahaan. Harga yang harus dibayar oleh pusat-laba-konsumen kepada pusat-laba-produsen untuk barang/jasa yang diterimanya disebut Harga Transfer.
Akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang independen sehingga dengan demikian transaksi tersebut bersifat obyektif. Akan tetapi persyaratan tersebut akan sulit dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari perusahaan yang berintegrasi vertikal. Dalam perusahaan yang berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari pusat laba sebelumnya. Dan jika pusat laba dalam perusahaan berintegrasi tersebut memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak terdapa di pasar bebas maka pusat laba tidak mencerminkan laba obyektif. Begitu sebaliknya, jika dalam perusahaan tersebut, bahan mentahnya juga tersesia di pasar bebas, dan harga transfer menyesuaikan harga pasar, dapat dikatakan laba tersebut obyektif.
PUSAT INVESTASI Pusat Investasi Adalah pusat pertanggungjawaban yang hasilkerjanya diukur berdasarkan laba dan jumlah investasinya. Dalam bab sebelumnya dikatakan bahwa pusat laba diukur dari laba, karena pusat laba mempunyai wewenang terhadap keluaran dan masukan. Dalam hal ini masukan tersebut termasuk investasi, sehingga dapat dikatakan,pusat laba juga merupakan pusat investasi.
Menurut penelitian Reece dan Cool, tingkat pengembalian investasi (return on investment = ROI) merupakan metode yang paling banyak dipakai untuk menilai prestasi pusat investasi. ROI adalah perbandingan antara laba dengan jumlah investasi. Oleh karena ROI menggunakan komponen laba, maka ROI juga tidak lepas dari kelemahan laba sebagai pengukur prestasi. Disamping itu ROI dapat menimbulkan masalah lain, yaitu menimbulkan rasa tidak adil pada sesama pusat investasi.
Contor: Harga perolehan aktiva sebuah pusat investasi Rp100.000.000 dengan umur ekonomis 5 tahun. Metode depresiasi menggunakan garis lurus dengan resido Rp0. ROI dihitung berdasarkan nilai buku awal tahunan. Laba tahunan sebelum pajak dan depresiasi selama 5 tahun sama, yaitu 15.000.000. ROInya sebagai berikut: 7
Th Inv. Awal Laba ROI 1 100.000.000 15.000.000 15% 2 80.000.000 19% 3 60.000.000 25% 4 40.000.000 38% 5 20.000.000 75% Contoh tersebut menunjukkan bahwa ROI makin lama menjadi makin tinggi, akibatnya makin tua umur pusat investasi, makin tinggi ROInya. Jika pahala diberikan kepada pusat investasi yang lebih tinggi ROInya maka akan menimbulkan rasa tidak adil pada pusat biaya yang lain, maka akan menimbulkan tindakan yang bertentangan dengan tujuan semula
Untuk mengurangi gejala peningkatan ROI,dalamperhitungan ROI digunaka (1) harga perolehan aktiva-bukan harga bukunya dan (2) metode depresiasi anuitas. Th Inv. Awal Laba ROI 1 100.000.000 15.000.000 15% 2 3 4 5
Contoh diatas menunjukkan bahwa besarnya ROI selalu sama sepanjang umur aktiva. Akan tetapi teknik tersebut mempunyai kelemahan: pusat investasi akan cenderung untuk meniadakan suatu aktiva walaupun aktiva tersebut secara ekonomis masih menguntungkan perusahaan. Pusat investasi memilih untuk menghentikan pemakaian aktiva tersebut karena dampaknya akan meningkatkan ROI pusat investasi
Contoh: Jumlah aktiva sebuah pusat biaya adalah 135.000.000 (dinyatakan dalam harga perolehan), biaya modal 16% dan labanya 27.000.000, ROI untuk tahun tersebut 20%. Seumpama pimpinan pusat biaya tersebut mendapat informasi bahwa sebuah kelompok aktiva tersebut dengan harga 30.000.000 mendapat laba sebesar 4.950.000, dengan ROI 16,5%
Sebenarnya kelompok aktiva tersebut layak untuk diteruskan, karena ROI nya 16,5%, lebih besar dari biaya modal sebesar 16%. Namun pimpinan pusat investasi berkeinginan menjual aktiva tersebut karena dengan menjualnya maka ROI pusat investasi akan meningkat. Hal ini karena penjualan kelompok aktiva tersebut akan mengurangi penyebut ROI (jumlah aktiva) dengan jumlah yang relatif besar. Kalau kelompok aktiva tersebut dijual, ROI pusat investasi akan menjadi 21%, lebih tinggi dari ROI semula yang hanya 20%. (27.000.000 - 4.950.000) x 100% = 21% (135.000.000 30.000.000)
Diatas telah disebutkan ROI dapat menimbulkan perilaku pusat investasi tidak selaras dengan tujuan perusahaan, yaitu menjual aktiva yang masih menguntungkan, agar kinerja pusat investasi tersebut menjadi kelihatan baik. Agar dampak buruk penggunaan ROI dapat dihilangkan, dan diciptakan konsep laba residual.
. Laba Residual adalah laba sebelum pajak setelah dikurangi biaya modal. Berbeda dengan ROI yang menggunakan prosentase, maka laba residual menggunakan satuan rupiah untuk mengukur kinerja pusat investasi. Kelemahan konsep laba residual adalah kesukaran dalam menentukan biaya modal. Contoh: Kita lihat ilustrasi contoh berikut ini dengan transaksi yang samadengan diatas.
Seluruh Aktiva Dipergunakan Laba sebelum pajak 27.000.000,00 Biaya Modal (16% x 135.000.000) 21.600.000,00 Laba rsidual 5.400.000,00 Kalau Aktiva 30.000.000 dijual laba sebelumPPh (27.000.000-4.950.000) 22.050.000,00 Biaya Modal {16% x (135.000.000-30.000.000)} 16.800.000,00 Laba residual 5.250.000,00 Oleh karena laba residual – kalau menjual aktiva – akan turun sebesar 150.000, maka pusat investasi tidak berminat untuk menjual aktiva.