Bilingualisme dan Diglosia

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAHASA INDONESIA & TEKNIK PENULISAN ILMIAH ( ) 2 SKS
Advertisements

RAGAM BAHASA Bahasa : Simbol / lambang yang dihasilkan oleh alat ujaran / indera manusia untuk melakukan fungsi bahasa. Hasil bunyi Hasil gerak “Manusia.
PENYUSUN ARINA MANFIATUN ( ) PRAHESTI Y.D.A ( )
TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
BAB I Disusun Oleh : KELOMPOK 1 - INDRA RIZAL (30) - ACEP SYAHIDA (21)
SEKITAR BAHASA INDONESIA LARAS ILMIAH
BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR
SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
BAHASA IDONESIA.
Sosiolinguistik 2 Kesantunan, Solidaritas dan Kekuasaan
RAGAM BAHASA INDONESIA
BILINGUALISME DAN DIGLOSIA
MAULFI SYAIFUL RIZAL FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAHASA DAN BUDAYA Bahasa memungkinkan manusia untuk menyampaikan budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Setiap interaksi komunikasi antarbudaya paling.
RAGAM BAHASA RAGAM BAHASA LISAN RAGAM BAHASA TULIS.
Ragam Bahasa Indonesia
Pengantar Linguistik Umum 10 September 2012 Nadya Inda Syartanti
BAHASA INDONESIA BAKU DAN PEMAKAIANNYA DENGAN BAIK DAN BENAR
BAHASA Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Hakikat Bahasa Pengantar Linguistik Umum 4 November 2013
KELOMPOK 1 Andre Tika Diana Riko yozi.
BAB I Bahasa Indonesia.
JALAN SIWALANKERTO PERMAI NO. 1-A SURABAYA
PENGERTIAN DAN OBYEK LINGUISTIK
HUBUNGAN BERPIKIR DAN BERBAHASA ILMIAH
BAHASA INDONESIA BAKU DAN PEMAKAIANNYA DENGAN BAIK DAN BENAR
BAB IV. Sikap Berbahasa (lisan dan tulisan) Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan dengan tepat Sikap berbahasa.
A Karakteristik & Pengembangan Potensi Peserta Didik
1. Perkembangan Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa 1. pengertian bahasa
RAGAM BAHASA PIPIT FITRIYAH BI/Ragam 11/25/2017.
Bahasa Indonesia yang baik dan Benar
Ragam dan Laras Bahasa Indonesia
BAB II RAGAM DAN LARAS BAHASA.
RAGAM BAHASA.
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
RAGAM BAHASA.
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DAN RAGAM BAHASA
Materi Perkuliahan UNDA
RAGAM BAHASA Yanti Trianita S.I.Kom 4/21/2018 BI/Ragam.
FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN
BAHASA Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang timbul karena perbedaan pemakaian
Matakuliah Sosiolinguistik
Aspek Kognitif, Aspek Fisiologis, Aspek Sosial Bahasa
RAGAM BAHASA Oleh : Aizyah Alifia Supardi ( )
Masyarakat Tutur.
JENIS DAN HAMBATAN KEGIATAN BERBICARA
SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
OLEH: MUHAMMAD AZIZ HABIBI Intan zahirah m Sintia ramayanti
SEJARAH ANALISIS WACANA Analisis wacana sebagai sebuah disiplin ilmu (linguistik makro) mulai berkembang sejak tahun 1960-an.
ANALISIS KESALAHAN LILIANA MULIASTUTI.
KARAKTERRISTIK BAHASA INDONESIA ILMIAH
BAHASA BAKU Kelompok 5 : Nafiatul Ulum ( )
Jenis Bahasa Jenis Bahasa secara sosiolinguistik berkenaan dengan faktor-faktor eksternal bahasa:
Dischia Adbilla Axeleana (A
DALAM iklan MEDIA LUAR RUANG
RAGAM BAHASA Bahasa : Simbol / lambang yang dihasilkan oleh alat ujaran / indera manusia untuk melakukan fungsi bahasa. Fungsi Bahasa : Alat komunikasi;
Ragam Bahasa: Variasi bahasa yang timbul karena perbedaan pemakaian
Fungsi dan Ragam Bahasa
RAGAM BAHASA.
Kriteria Penskoran ULBS B. Melayu
Ragam Bahasa Indonesia
PENGERTIAN LINGUISTIK
PEMBIDANGAN LINGUISTIK
DIGLOSIA:PEMERINGKATAN BAHASA DI MALAYSIA
KB 1 HAKIKAT DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA, PEMEROLEHAN, PEMBELAJARAN BAHASA ANAK Oleh : Tatat Hartati Dwi Heryanto.
ASPEK BAHASA DAN FUNGSI BAHASA
BAHASA INDONESIA 1.
Fungsi dan Ragam Bahasa
Transcript presentasi:

Bilingualisme dan Diglosia

Bilingualisme Menurut Mackey (1962) dan Fishman (1975), bilingualisme (bilingualism) adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Adapun orang yang menggunakan dua bahasa tersebut disebut dengan bilingual (dwibahasawan), sedangkan kemampuan untuk menggunakan kedua bahasa disebut dengan bilingualitas.

Menurut Dittmar (1976), pengertian bilingualisme di atas menimbulkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan: a. sejauhmana tingkat kemampuan bahasa kedua seseorang sehingga dia bisa disebut bilingual? Seorang bilingual yang mampu menggunakan bahasa ibu dan bahasa keduanya dengan baik disebut dengan ambilingual (Halliday dalam Fishman 1968), ekuilingual (Oksaar dalam Sebeok 1972), koordinat bilingual (Diebold dalam Hymes 1964).

b. Apakah yang dimaksud bahasa dalam bilingual (langue, kode, dialek, sosiolek)? Bloomfield (1933) menyatakan bahwa bilingualisme adalah kemampua seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa secara sama baiknya. Menguasai dua bahasa berarti menguasai dua sistem kode. Dengan demikian, bahasa dalam hal ini bukan langue, tetapi parole yang berupa berbagai macam dialek dan ragam.

catatan Kode adalah (1) bahasa manusia, (2) sistem bahasa dalam suatu masyarakat, (3) variasi tertentu dalam suatu bahasa. Dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok masyarakat dalam wilayah tertentu (regional), atau golongan masyarakat tertentu (sosial), atau kelompok masyarakat dalam waktu tertentu (temporal)

Mackey (1962) mengatakan bahwa bilingualisme adalah praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian. Dalam hal ini yang dimaksud bahasa oleh Mackey adalah sama dengan langue. Menurut Weinrich (1968), menguasai dua bahasa berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam dari bahasa yang sama.

Catatan: Ragam (bahasa) (register, manner of discourse) adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, mitra tutur, dan orang yang dibicarakan menurut, dan menurut media pembicaraan. Ragam: kesusastraan, lisan, tulis, resmi, santai, pidato, puitis, standar

Haugen (1968) mengemukakan bahwa penguasaan dua dialek dari bahasa yang sama dimasukkan ke dalam bilingualisme.

c. Kapan penggunaan kedua bahasa itu secara bergantian? Penutur bilingual menggunakan bahasa ibu atau bahasa kedua sesuai dengan konteks situasi dan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan konsep sosiolinguistik siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa.

d. Sejauhmana bahasa ibu dapat mempengaruhi bahasa kedua atau sebaliknya? Hal tersebut berkaitan dengan kefasihan penutur bilingual dalam menggunakan dua bahasa. Biasanya penguasaan bahasa ibu lebih baik karena dipelajari sejak kecil dalam keluarga, baru kemudian mempelajari bahasa kedua. Penguasaan bahasa ibu yang lebih baik dan sering digunakan ini sangat memungkinkan penggunaan bahasa ibu penutur bilingual akan mempengaruhi bahasa keduanya.

Akan tetapi, jika bahasa ibu jarang digunakan dan terus menerus bahasa kedua yang digunakan maka kemungkinan besar bahasa kedua akan mempengaruhi bahasa ibu.

e. Apakah bilingualisme berlaku untuk perseorangan atau sekelompok masyarakat tutur? Menurut Mackey (1968), bilingualisme bukan merupakan gejala bahasa, melainkan sifat penggunaan bahasa yang dilakukan penutur bilingual secara bergantian. Oleh karenanya bilingualisme itu milik individu-individu para penutur karena penggunaan bahasa secara bergantian oleh penutur bilingual mengharuskan adanya dua masyarakat tutur. Mackey menambahkan bahwa bilingualisme bukan bagian dari langue, tetapi bagian dari parole.

Berbeda dengan Mackey, Oksaar (1972) berpendapat bahwa bilingualisme bukan hanya milik individu, tetapi juga milik kelompok. Karena bahasa itu penggunaannya tidak terbatas pada antara individu dan individu saja, tetapi bahasa juga digunakan untuk berkomunikasi antarkelompok.

Oleh karena itu, bahasa juga dapat digunakan untuk menunjukkan identitas kelompok. Misalnya: di Belgia digunakan dua bahasa, Belanda dan Perancis sebagai bahasa resmi negara. Di Tunis digunakan dua bahasa, Arab dan Perancis. Oleh karena itu, negara Belgia dan Tunis adalah negara yang bilingual.

Wolf (1974) mengatakan bahwa salah satu ciri bilingualisme adalah digunakannya dua bahasa atau lebih oleh seorang atau kelompok orang dengan tidak ada peranan tetentu dari kedua bahasa itu. Ini berarti bahwa kedua bahasa tersebut dapat digunakan kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja, dan dalam situasi bagaimana saja. Pemilihan bahasa mana yang harus digunakan tergantung pada kemampuan penutur dan mitra tuturnya.

DIGLOSIA

Pengertian Diglosia Menurut Ferguson (1959), diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil dimana terdapat sejumlah dialek-dialek utama dari satu bahasa, terdapat juga ragam yang lain.

dialek-dialek utama itu bisa berupa sebuah dialek standar atau sebuah dialek regional. Ragam lain itu memiliki ciri: (a) sudah terkodifikasi, (b) gramatikalnya sudah kompleks, (c) merupakan wahana kesusastraan tertulis, (d) dipelajari melalui pendidikan formal, (e) tidak digunakan untuk percakapan sehari-hari.

Kriteria Diglosia a. Fungsi Menurut Ferguson (1959), dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari satu bahasa. Variasi pertama disebut dengan dialek T dan yang kedua disebut dialek R. Dalam bahasa Arab, bahasa al-qur’an (bahasa Arab Fusha) merupakan dialek T, sedangkan dialek R –nya adalah berbagai macam dialek yang dipakai oleh bangsa Arab yang disebut bahasa Arab ‘amiyyah atau ad-darijah.

Distribusi fungsional dialek T dan dialek R berarti bahwa ada situasi di mana hanya dialek T atau R itu digunakan. Fungsi T untuk situasi resmi dan formal sedangkan R pada situasi informal dan santai. Penggunaan T dan R yang tidak sesuai dengan situasi akan menyebabkan penuturnya mendapat cemoohan, ejekan, atau tertawaan orang lain.

b. Prsetise Dalam masyarakat diglosis, para penutur biasanya menggunakan dialek T yang dianggap lebih bergengsi, lebih superior, lebih terpandang, dan merupakan bahasa yang logis; dan dialek R dianggap sebaliknya bahkan ada yang menolak eksistensinya. Banyak pakar bahasa Arab yang menyarankan agar bahasa Arab ‘amiyyah tidak perlu digunakan. Anjuran ini sebetulnya kurang tepat karena T dan R mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

c. Warisan sastra Ragam T merupakan ragam yang digunakan dan dihormati oleh masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, karya sastra Arab kontemporer maupun klasik ditulis dengan T walaupun dalam perkembangannya dewasa ini terdapat karya sastra Arab kontemporer yang di dalamnya terdapat beberapa istilah dengan menggunakan dialek R. Tradisi kesusastraan yang selalu ditulis dengan ragam T menyebabkan kesusatraan itu menjadi asing dari masyarakat penuturnya.

d. Pemerolehan Ragam T diperoleh dari pendidikan formal, sedangkan R diperoleh dari pergaulan dengan keluarga dan teman sepergaulan. Dalam masyarakat diglosis banyak orang terpelajar yang menguasai dengan baik kaidah-kaidah T, tetapi mereka tidak lancar menggunakan ragam tersebut. Ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa bahasa Arab ad-darijah tidak mempunyai tatabahasa.

e. Standardisasi Karena ragam T dianggap sebagai ragam yang bergengsi, maka standardisasi perlu dilakukan terhadap ragam T melalui kodifikasi formal. Kamus, tatabahasa, petunjuk pelafalan, dan buku-buku kaidah untuk penggunaan yang benar ditulis untuk ragam T. Sebaliknya, ragam R kadang tidak pernah diurus dan diperhatikan.

f. Stabilitas Kestabilan dalam masyarakat diglosis biasanya telah berlangsung lama di mana ada sebuah variasi bahasa yang diperhatikan eksistensinya dalam masyarakat itu. Perbedaan penggunaan ragam T dan R dalam masyarakat diglosis kadang sering ditonjolkan karena adanya perkembangan bentuk-bentuk campuran yang memiliki ciri-ciri ragam T atau R. Borrowing unsur leksikal unsur T dalam R sudah biasa, tetapi penggunaan unsur leksikal R ke T jarang sifatnya.

g. Gramatika Ragam T dan R dalam masyarakat diglosis merupakan variasi dari bahasa yang sama, tetapi dalam gramatika ternyata terdapat perbedaan. Dalam bahasa Arab Fusha ada tiga penanda kasus untuk nomina dan empat penanda kasus untuk verba. Akan tetapi, dalam bahasa Arab ‘amiyah tidak demikian dan sering terjadi perbedaan serta perubahan.

h. Leksikon Sebagaian besar leksikon T dan R adalah sama, tetapi ada kosa kata T yang tidak ada pasangannya pada R, atau sebaliknya. Ciri yang menonjol pada diglosia adalah adanya kosa kata yang berpasangan. Misalnya: ‘Apakah’ ما ma (AF) إيهih (AA) ‘hidung’ أنفanfun (AF) منخر manakhir (AA) ‘sekarang’ الآنal-an (AF) دالوقت dilwa’t (AA) Dll.

i. Fonologi Sistem bunyi ragam T dan R pada dasarnya merupakan sistem tunggal. Sistem fonologi T merupakan sistem dasar, sedangkan fonologi R yang beragam merupakan subsistem dari sistem T.

شكرا علي اهتمامكم