Perkembangan psikososial masa kanak-kanak awal (3-6 tahun)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perkembangan Psikologi Bayi - Remaja
Advertisements

Perkembangan sosial pada anak-anak tengah
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KIP / K
Perkembangan Psikososial Masa Kanak-kanak Awal (3-6 tahun)
Vygotsky dan Erikson Pertemuan 3.
Oleh : Yanti Riyantini, MKep.Sp.Kep.An.
TIPE BERMAIN FUNCTIONAL PLAY Bentuk paling sederhana
Pada Masa ini anak sangat aktif
BERMAIN Ns. Nurma Afiani, S.Kep.
THE POWER OF PLAY OLEH FRANCISCA, M. PSI. 10 MEI 2014.
KONSEP DIRI ANAK JALANAN
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PRA SEKOLAH, SD DAN SMP
Perkembangan Anak dalam Sistem Keluarga
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD
Perkembangan Psikososial
MASA ANAK SEKOLAH Materi Pertemuan 2. Masa anak sekolah (6 – 12 tahun) Keterampilan yang diperlukan pada masa anak sekolah (Hurlock dalam Munandar, 1999):
MASALAH PADA ANAK-ANAK DAN PENYELESAIANNYA
PERKEMBANGAN EMOSI-SOSIAL
Masa Kanak-Kanak Akhir/ Masa Sekolah
BODY IMAGE 02 Maret 2009 Tim.
Perkembangan Peserta Didik “Fase Remaja(Adolescence)”
Materi Pertemuan 8 Peran Pendidik dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
BERMAIN DAN JENIS PERMAINAN
Perkembangan psikososial masa kanak-kanak madya
Perkembangan psikososial anak-anak awal
Perkembangan Psikososial Dewasa Awal
Perkembangan Psikososial Usia 1-3 Tahun
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
Perkembangan Anak dalam Sistem Keluarga
Pertemuan II Psikologi Perkembangan Anak
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA
SOSIOEMOSI ANAK Psikologi Perkembangan
Dasar-Dasar Dukungan Psikososial
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Peran Orangtua dalam Kehidupan Anak Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi
Perkembangan Psikologi Bayi - Remaja
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
MASA ANAK SEKOLAH Materi Pertemuan 2.
Konsep Diri By : Afrira Esa Putri.
Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Dewasa Madya
Kecakapan Antarpribadi
ASPEK PSIKOLOGIK PADA ANAK DENGAN KELAINAN ENDOKRIN
KETRAMPILAN INTERPERSONAL
Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Bermain dan perkembangannya
GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas
Perkembangan masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini
Pengasuhan Anak Usia Sekolah Dasar PERTEMUAN 8
Pengasuhan dan Pekerjaan PERTEMUAN 12
Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
SELF THEORY Neka Erlyani.
Tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangan
Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah
PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK DAN REMAJA
PERKEMBANGAN ANAK USIA 4 -6 TAHUN
Perkembangan Anak Usia Sekolah (Bag 2) Perkembangan Psikososial
Olivia Tjandra Waluya M. Si., Psi Fakultas Desain dan Industri Kreatif
Orientasi Psikologis Pembelajaran Di Sekolah dan prasekolah
Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi Psikologi Desain
Kata remaja disebutkan sebagai masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada juga istilah asing yang menunjukan masa remaja, antara lain: puberty.
“P ERKEMBANGAN S OSIAL -E MOSIONAL MASA KANAK - KANAK AKHIR ” ( USIA 6-12 TAHUN ) N AMA : M AWAR S IMANJUNTAK NIM :
Sexual Behaviour Bayi dan Anak. Perkembangan seksualitas bukan hanya perilaku pemuasan seks semata, tapi juga mencakup pembentukan nilai, sikap, perasaan,
SMART PARENTING KKN Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2016.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 5 Anggota :1.Roni Hermawan ( ) 2. Joko Sutrisno( ) 3. Ilvan Triyudha Pangestu( ) 4. Resti Nurmaya( )
MINAT DAN BAKAT.
Transcript presentasi:

Perkembangan psikososial masa kanak-kanak awal (3-6 tahun) Olivia Tjandra Waluya, M.si., Psi

Konsep diri Adalah gambaran keseluruhan mengenai kemampuan dan sifat manusia Merupakan konstruksi kognitif; sebuah sistem representasi yang bersifat menjelaskan dan mengevaluasi diri sendiri yang menentukan bagaimana kita merasa mengenai diri kita, dan memandu perilaku kita. Mulai berkembang pada masa toddler (sekitar usia 2 tahun), saat anak sudah mulai memiliki kewaspadaan diri. pada usia ini pemikiran anak masih berada pada tahap kongkrit, sehingga hal-hal yang mampu anak deskripsikan mengenai dirinya semata-mata yang bersifat kongkrit, seperti kemampuan berhitung, penampilan fisik

Tahap perkembangan konsep diri Tahap 1: Pada usia 4 tahun, anak dapat melakukan single representations: pernyataan diri yang 1 dimensi saja (misal: saya suka pizza) Tahap 2: Pada usia sekitar 5 tahun anak dapat melakukan representational mapping: anak mulai mampu membuat hubungan logis antara 1 aspek dan aspek lain dalam dirinya (misal: “Saya dapat berlari cepat dan memanjat. Saya juga kuat. Saya dapat melempar bola sampai jauh, dan suatu saat saya akan menjadi tim.”) Anak masih memandang dirinya positif atau samasekali tidak mampu, dan belum bisa memandang diri baik pada satu hal, dan tidak pada hal lain. Tahap 3: representational systems: terjadi pada masa kanak-kanak madya. Saat itu anak mulai menggabungkan hal khusus pada dirinya ke dalam hal-hal umum. Deskripsi diri sudah mulai seimbang dan realistis (misal: saya bagus dalam aikido, tetapi tidak bagus dalam matematika)

Self esteem Merupakan bagian evaluatif dari konsep diri, penilaian yang dibuat oleh anak mengenai dirinya secara keseluruhan. Dapat dilakukan oleh anak karena perkembangan kognitif anak yang memungkinkan anak untuk menggambarkan dan menjelaskan dirinya Pada umumnya anak mulai membicarakan mengenai keberhargaan dirinya pada usia 8 tahun, tetapi pada usia 5 tahun, anak sudah dapat mempersepsikan dirinya (misal: saya bisa..., saya tidak bisa...) Persepsi diri anak pada usia 5 tahun cenderung menentukan persepsi diri dan sosial-emosionalnya pada usia 8 tahun

Lanjutan Self esteem Sebagian besar anak usia kanak-kanak awal mempersepsikan self esteem-nya lebih tinggi daripada keadaan yang sebenarnya, karena umpan balik dari lingkungan yang cenderung positif dan kurang memberikan kritik Self esteem yang tinggi memotivasi anak untuk mencapai impian/ harapannya. Hati-hatilah memberikan kritik pada anak prasekolah. Berikan kritik secara positif. Beberapa anak prasekolah yang memperoleh kritik dan merasa dirinya ‘buruk’ anak terus merasa diri ‘buruk’ hingga dewasa

Pengaturan emosi Anak yang dapat memahami emosinya akan lebih dapat mengatur bagaimana dia memperlihatkan emosinya dan lebih peka terhadap perasaan orang lain Pengaturan emosi membantu anak berperilaku tepat terhadap lingkungan dan anak juga dapat lebih mudah bergaul dengan orang lain Jadi penting bagi anak untuk memahami emosinya. Aktivitas yang penting dilakukan anak sejak masa prasekolah adalah menyampaikan perasaan dan ‘membaca’ perasaan orang lain

Tahap 3 psikososial erikson: initiative vs guilt Fokus: “deal with conflicting feeling about the self” Pada saat yang sama anak belajar bahwa sesuatu yang ingin mereka lakukan diterima oleh lingkungan (initiative), tetapi ada perilaku lain yang tidak diterima oleh lingkungan (guilt). Anak yang berusaha mengatur keinginan yang berlawanan dengan penerimaan lingkungan, akan mengembangkan nilai purpose/ tujuan, yaitu keberanian untuk menyesuaikan dan mencapai tujuan tanpa merasa khawatir terhambat oleh perasaan takut atau terkena hukuman

Gender Identitas gender : kesadaran akan kewanitaan atau kepriaan, serta segala hal yang terkait dengan hal tersebut  penting dalam perkembangan konsep diri Anak pada usia prasekolah memiliki kemampuan yang tidak berbeda jauh antara laki-laki dan perempuan Mengenai gender, baru lebih tampak pada masa remaja Peran gender: perilaku, minat, sikap, keterampilan, dan sifat yang dibedakan oleh budaya terhadap pria dan wanita. Misal: wanita mengurus rumah dan menjaga anak, pria mencari nafkah Stereotipe gender secara umum: semua wanita pasif dan tergantung, semua pria agresif dan tidak tergantung Memahami peran gender dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, tetapi peran budaya setempat dan pembelajaran sangat penting, selain faktor genetik yang merupakan faktor bawaan dalam diri anak

Bermain: hal penting pada kanak-kanak awal Bermain adalah hak setiap anak Anak memerlukan banyak waktu bebas untuk bermain yang bebas dan melakukan eksplorasi Bermain sangat penting untuk perkembangan tubuh dan otak anak karena anak dapat berimajinasi, berinteraksi dengan lingkungannya, menemukan cara pemecahan masalah, dan mempersiapkan diri dalam peran sebagai orang dewasa nantinya. Melalui bermain anak dapat merangsang penginderaan, melatih otot, koordinasi mata-gerak, menguasai tubuhnya, membuat keputusan, dan menguasai keterampilan baru.

Tahapan kognitif dalam bermain Functional play (locomotor play): latihan berulang untuk gerakan otot besar (cth: menggelindingkan bola) Constructive play (object play): penggunaan obyek atau bahan untuk membuat sesuatu (cth: menyusun balok menjadi rumah, atau menggambar) Dramatic play (pretend play, fantasy play, imaginative play): baik untuk perkembangan sosial, bahasa, kognitif anak (cth: main guru-guruan, polisi- polisian) Formal games with rules: bermain terorganisir dengan aturan (contoh: main monopoli, main kwartet, petak umpet). Mulai dapat dilakukan saat anak berusia 7 tahun

Dimensi sosial dalam bermain Parten (1932 dalam Papalia, 13th ed): bermain terbagi menjadi 6 tahap: Unoccupied behavior: anak tidak tampak bermain, tetapi ia memperhatikan hal yang menarik Onlooker behavior: anak menonton anak lain bermain Solitary independent play: anak bermain sendiri, tanpa interaksi dengan teman di sekitarnya Parallel play: anak bermain sendiri, tapi berada di antara anak-anak lain. Associative play: anak bermain dengan anak lain Cooperative/ organized supplementary play: anak bermain dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama Umumnya anak usia prasekolah berada di tahap 3,4,5. Bermain juga dipengaruhi gender, dan budaya

Pengasuhan

Pengasuhan Pada masa ini, orangtua dan sekolah mulai memberlakukan disiplin Ada 3 gaya pengasuhan menurut Baumrind (1971, dalam Papalia 13th ed): Authoritarian parenting: orangtua berusaha membuat anak mematuhi seperangkat aturan dan menghukum anak jika melanggar. Pengasuhan kurang hangat. Anak cenderung menarik diri, merasa tidak puas, curiga Permissive parenting: orangtua berkonsultasi dengan anak mengenai aturan dan kebijakan, dan jarang menghukum. Mereka hangat, tidak mengatur, dan tidak mengontrol. Anak cenderung kurang dewasa, kurang kontrol diri, dan kurang eksplorasi Authotitative parenting: orangtua penuh cinta dan menerima anak , tetapi juga mengharap perilaku yang positif dari anak, dan lembut dalam menetapkan aturan. Anak merasa aman dan dicintai. Anak cenderung percaya diri, dapat mengontrol diri, asertif, puas, dan eksplorasi

lanjutan Ada 1 tambahan gaya pengasuhan dari Maccoby n Martin (1983 dalam Papalia 13th ed): Negectful/uninvolved: orangtua yang tertekan atau depresi, fokus pada kebutuhannya sendiri daripada anak. Biasanya anak bertumbuh menjadi anak yang bermasalah dalam perilakunya