Filsafat Sosiologi Komunikasi Dian Setio Purwanty, S.Sos., M.M. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Bandung, 01 Maret 2011
Sebelum Yunani Kuno ( + 600SM) Mistik menjadi fenomena yang dipercaya Seorang mistikus merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di masyarakat yang terdiri dari orang pintar, elite masyarakat dan orang kuat. Pikiran manusia bekerja berdasarkan kesadarannya terhadap alam semesta yang ada, sementara kesadaran manusia memiliki hubungan yang sangat terbatas dengan realitas subjektif dan realitas objektif.
Yunani Kuno ( + 600SM) Pergeseran pemikiran dari mitos ke logos. Filsuf alam mulai mencari penjelasan rasional atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam berselubung kabut mistis. Para filsuf mulai menyibukkan diri dengan pertanyaa- pertanyaan tentang asas pertama dan prinsip yang mengatur alam semesta.
Abad Pertengahan (300SM – 1300SM) Bercirikan teosentris. Kebenaran utama adalah kebenaran teologis yang termaktub dalam wahyu Tuhan. Manusia tidak mampu mencapai pengetahuan sejati tanpa iluminasi kebenaran Ilahi. Rasionalitas mengalami deotonomisasi dari posisinya semula yang independen pada masa filsuf-filsuf Yunani.
Filsafat Modern (Abad 17 - 19) Disebut juga masa renaisans. Renaisans diikuti oleh masa aufklarung yang mejadi titik tolak modernisme. Pertentangan antara dua paham pemikiran yang berbeda, secara rasio dan empirisme. Immanuel Kant (1724-1804, rasio dan empirisme adalah sama-sama sumber pengetahuan dimana kesan-kesan empiris dikonstruksikan oleh rasio manusia melalui kategori-kategori menjadi pengetahuan.
Positivisme (Abad ke-20) Munculnya istilah “sosiologi” pertama kalinya oleh August Comte, sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah. Kriteria ilmu pengetahuan yang benar : Objektif Fenomenalisme Reduksionisme Naturalisme Pengaruh positivisme terhadap ilmu pengetahuan Klaim kesatuan ilmu Klaim kesatuan bahasa Klaim kesatuan metode
Alam Simbolis Merupakan reaksi keras terhadap positivisme terutama pada asumsi kesatuan metode untuk ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu manusia. Metode positivistik mengasumsikan bahwa objek-objek alam maupun manusia bergerak secara deterministik-mekanis. Menurut Ernest Cassirer, manusia adalah makhluk yang memiliki substratum simbolis dalam benaknya hingga mampu memberikan jarak antara rangsangan dan tanggapan. Refleksi tersebut melahirkan apa yang disebut sistem-sistem simbolis, seperti ilmu pengetahuan, seni, religi dan bahasa.
Postmodernisme Postmodernisme sesungguhnya merupakan terminologi untuk mewakili suatu pergeseran wacana di berbagai bidang yang bereaksi keras terhadap wacana modernisme yang terlampau mendewakan rasionalisme Postmodernisme tidak bisa dikonseptualisasikan dalam satu definisi yang jelas dan terpilih karena segala sesuatu yang berbau menyatukan justu diharamkan Kapitalisme lanjut telah bergeser dari sebuah sistem kultural dan ekonomi yang berlandaskan disiplin ke sistem yang berlandaskan kenikmatan konsumsi. Menurut Lyotard, postmodernisme adalah periode dimana ketidakpercayaan pada narasi-narasi raksasa yang sifatnya universal dan esensialis semakin gencar.
SOSIOLOGI MODERN Ilmu ini mepelajari social statistics dan social dynamic. Tingkatan intelektual : Tahap teologis Tahap metafisika Tahap positivistik Sekulerisme pengetahuan manusia mulai terlihat secara jelas dengan memisahkan apa yang terjadi pada manusia dengan unsur yang menciptakan mereka.
Lahirnya Sosiologi Komunikasi Melahirkan tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Perspektif teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologis mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Kajian tentang interaksi sosial disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontrak sosial dan komunikasi. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting di tafsirkan oleh seseorang.