PADI SAWAH.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Pemilihan Benih dan Pengolahan Tanah
Advertisements

Hama & Penyakit Cabai.
PROSES PRODUKSI BENIH PADI
MATERI PEMBAHASAN TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN IV (TPT 4 )
TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN HAMA
TEKNOLOGI PODUKSI TANAMAN PANGAN UTAMA
Dosis Pupuk KIMIA Semakin TINGGI
Makalah Kunci (Keynote Speech)
SOP DAN GHP PASCA PANEN PADI
Pendampingan SL-PTT PADI DAN JAGUNG di Provinsi Bengkulu
PROSES BUDIDAYA TANAM PADI A. Sertifikasi Benih
KACANG PANJANG.
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN Pengendalian Kimiawi pada Tanaman Padi OLEH : RIKO TRI SANDIWANTORO KELAS L AGROEKOTEKNOLOGI DOSEN PEMBIMBING.
PRODUKSI BENIH (BIJI).
JAGUNG Jagung merupakan komoditi tanaman pangan utama
KELAS BENIH Benih penjenis (Breeder seed) BS: dirakit oleh pemulia, diawasi oleh pemulia atau instansinya, merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
Sebagai Media Penyuluhan
oleh: Mentari Rahma DPS ( ) Maryanto ( )
KELOMPOK TANI SUMBER TANI PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN
Devi Nuraini A Dian Rahayu Dwi Agustiyanto Edi Kurniawan FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012.
Scientific Background in the Development of PHSL
TEKHNIK-TEKHIK PENGENDALIAN HAMA
“Padi GogoRancah” Teknologi Produksi Tanaman Pangan Utama
TEKNIK BUDIDAYA TOMAT.
Pokok Bahasan: RANCANGAN REKOMENDASI PENANGANAN
Bahan Tanam bagian tanaman yang hidup yang akan ditanam.
Faktor-faktor yang diintrodusir oleh manusia
BUDIDAYA TANAMAN PADI Di Posting untuk Materi Penyuluhan Pertanian Oleh : Maryana, SP Penyuluh Pertanian Wilayah Binaan Desa Badakarya, Kec. Punggelan.
3. Analisis Hara dan Pertumbuhan Padi pada Berbagai Varietas dan Kedalaman Muka Air pada Musim Tanam I dan II. Tempat dan Waktu :di Rumah Pastik di lahan.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
BUDIDAYA TANAMAN PADI Persemaian Persemaian Kering
TANAMAN LEGUMINOSA Kedelai
STADIA PERTUMBUHAN JAGUNG:
TEKNIK BUDIDAYA JAGUNG
TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN
KELOMPOK FAKTOR ESSENSIIL
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (DPT)
Pengamatan Tinggi tanaman mulai umur 4 mg setiap 2 mg
Oleh : YOANITA FADLILAH IRIANI
PADI ORGANIK SISTEM SRI.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BENIH PADI
DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGARUH DPI TERHADAP PERKEMBANGAN OPT Di Propinsi Sulawesi Selatan
Jarak antara R-GMJ terluar 30 cm
MEKAR WARNA SARI TANAMAN PADI.
RESPON MORFO-FISIOLOGI WERENG BATANG COKELAT BIOTIPE 1, 2, DAN 3 TERHADAP 6 VARIETAS PADI TAHAN DAN 1 VARIETAS PADI RENTAN UNTUK MENDAPATKAN VARIETAS.
1. Dr. Ir. Hamim, M.Si. (penanggung jawab)
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (DPT)
Prosedur Panen dan Pasca Panen untuk Memproduksi Beras yang Bermutu
Hasil Pekerjaan Paket teknologi pertanian organic
Evaluasi Kesuburan Tanah
KELOMPOK A7 Rio Setiawan W ( )
PASCA PANEN.
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) LAMPUNG
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
STRATEGI PERCEPATAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI VUB PADI BALITBANGTAN
UNSUR – UNSUR DAN CIRI – CIRI PERTANIAN
HAMA PENYAKIT PADI (Oryza sativa)
BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PADI
BUDIDAYA KEDELAI (Glycine max L.)
PENINGKATAN PRODUKSI PADI DENGAN METODE SRI
BERDASARKAN HASIL WAWANCARA DENGAN PETANI YANG SUKSES
Usaha dan Prinsip Dasar Produksi Pertanian KRISMAN SIMANUNGKALIT \ ELIANI MUTIARA MARBUN \ SARIFUDDIN HARAHAP \ MUHAMMAD.
MODUL 1. AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
1. Pengolahan Lahan 2. Persiapan Benih dan Tanaman 3. Pemupukan 4. Pemeliharaan 5. Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) 6. Panen dan Pascapanen.
Modul 6 Kegiatan Pembelajaran 3
Usahatani padi di lahan sawah pasang surut memerlukan teknik budi daya tersendiri, karena keadaan tanah dan lingkungannya tidak serupa dengan lahan sawah.
LUAS LAHAN PERTANIAN INDONESIA LAHAN SEMENTARA TDK DIGUNAKAN
DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM PELAKSANAAN UPSUS PAJALE DI PROVINSI BANTEN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN.
BUDIDAYA KEDELAI. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi.
Transcript presentasi:

PADI SAWAH

PENDAHULUAN Peningkatan produktivitas padi minimal 0.3 ton/ha 2010 2011 2012 2013 2014 Luas Panen (ha) 13.253.450 13.203.643 13.445.524 13.835.252 13.793.640 Produktivitas (kuintal/ha) 50,15 49,80 51,36 51,52 51,35 Produksi (ton) 66.469.394 65.756.904 69.056.126 71.279.709 70.831.753 Produksi dan Konsumsi Beras Nasional Target Swasembada padi 2017  Peningkatan produktivitas minimal 0.3 ton/ha

USAHA PENCAPAIAN SWASEMBADA Orde Tahun Kebijakan Pangan Orde Lama 1964 Bimbingan Massal (BIMAS) 1965 Intensifikasi Massal (INMAS) Orde Baru 1980 Intensifikasi Khusus (INSUS) 1987 Supra Intensifikasi Khusus (Supra INSUS) Reformasi 2001 Gema Palagung 2007 Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan System Intensification of Rice (SRI)

KOMPONEN DASAR PTT PADI SAWAH IRIGASI Varietas Modern (VUB, PTB, dan Hibrida) Bibit bermutu dan sehat Pengaturan cara tanam (Legowo) Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/petak omisi/Permentan No. 4/2007 PHT sesuai OPT saran

KOMPONEN PILIHAN PTT PADI SAWAH IRIGASI Bahan organik/pupuk kandang/amelioran Pengolahan tanah yang baik Pengelolaan air optimal (pengairan berselang) Pupuk cair (PPC, organik, bio hayati)/ZPT, pupuk mikro Penanganan panen dan pascapanen

VARIETAS PADI SAWAH

VARIETAS PADI UNGGUL BARU (VUB) No Nama Varietas Tahun 1. Ciherang 2000 2. Sintanur 2001 3. Cigeulis 2002 4. Cibogo 2003 5. Mekongga 2004 6. Inpari 1 2008 7. Inpari 2 8. Inpari 3 9. Inpari 4 10. Inpari 5 Merawu 11. Inpari 6 JETE 12. Inpari 7 2009

PADI TIPE BARU (PTB) No Nama Varietas Tahun 1. Cimelati (semi PTB) 2001 2. Gilirang (semi PTB) 2002 3. Ciapus (semi PTB) 2003 4. Fatmawati 5. IPB 3S 2012 6. IPB 4S

PADI HIBRIDA (PH) No Nama Varietas Tahun 1. Maro 2002 2. Hipa 3 2004 3. Hipa 4 4. Hipa 5 Ceva 2006 5. Hipa 6 Jete 6. Hipa 7 2009 7. Hipa 8 Pioneer 8. Hipa 9 2010 9. Hipa 10 10. Hipa 11 11. Hipa 12 SBU 2011 12. Hipa 13 13. Hipa 14 SBU 14. Hipa Jatim 1 15. Hipa Jatim 2 16. Hipa Jatim 3 17. Hipa 18 2013 18. Hipa 19

Olah Tanah Sempurna dan Rata PENGOLAHAN TANAH Olah Tanah Sempurna dan Rata Penggenangan  Pembajakan  Penggaruan dan perataan (leveling)  penggenangan Pembenaman Jerami Memperbaiki kesuburan biologi tanah Meningkatkan daya pegang air Meningkatkan musuh alami, menekan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Mengurangi dosis pupuk NPK Menyeimbangkan unsur hara tanah (menyehatkan tanah) Adaptasi terhadap perubahan iklim global

Benih Bermutu dan Bersertifikat Benih Penjenis (Breeder Seed/BS) Benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya harus merupakan sumber untuk perbanyak benih dasar. Benih penjenis berlabel kuning. Benih Dasar (Foundation Seed/FS) Keturunan pertama dari benih penjenis. Benih diproduksi oleh instansi/badan yang ditetapkan oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih. Benih penjenis berlabel putih. Benih Pokok (Stock Seed/SS) Keturunan dari benih penjenis atau benih dasar. benih penjenis berlabel ungu. Benih Sebar (Extension Seed/ES) Keturunan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok. Benih penjenis berlabel biru.

Seleksi Benih

PERSEMAIAN Gunakan benih bermutu Sebelum di semai benih disortir dengan larutan garam, semai benih yang tenggelam dan buang benih yang melayang Rendam benih sehari semalam dan beri perlakuan fungisida Inkubasikan benih pada karung basah sampai tumbuh tunas Pengamatan dan pengambilan telur ngengat penggerek batang

PENANAMAN Pindah tanam bibit pada umur 10 - 14 hari setelah semai Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” Jarak tanam yang digunakan : 30 cm x 15 cm, 20 cm X 20 cm dengan 2 – 3 bibit/lubang atau 20 cm x 40 cm x 15 cm dengan 2 – 3 bibit/lubang Beri perlakuan pencelupan akar dengan probiotik

Jarak tanam “legowo” (legowo = luas; lapang), baik 2:1 atau 4:1. Jajar Legowo Jarak tanam “legowo” (legowo = luas; lapang), baik 2:1 atau 4:1. Populasi tanaman > 160.000/ha Keuntungan jajar legowo : Border effect Mengurangi serangan hama dan penyakit Perawatan lebih mudah

Legowo 2 : 1 Legowo 4 : 1

PENGAIRAN BERSELANG Pada saat tanaman berumur 3 HST (hari setelah tanam) petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 5 cm dan berikutnya tidak ada penambahan air sampai kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak. Hari ke 7 HST petakan sawah diairi kembali hingga genangan air setinggi 5 cm dan tidak ada penambahan air sampai kondisi air dipetakan habis dan tanah menjadi mengering sedikit retak kembali. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal. Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat 10 – 15 hari sebelum panen.

PEMUPUKAN

Penggunaan BWD & Pemupukan N

Pemupukan Kalium & Fosfor Status Hara Kadar hara terekstrak HCl 25% (mg P2O5/100g) Dosis acuan pemupukan P (kg SP-36/ha) Rendah <20 100 Sedang 20-40 75 Tinggi >40 50

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) Cara Pengendalian Stadia padi/kondisi lingkungan sawah Bera Olah Tanah Semai Tanam Bertunas Bunting Matang Tanam serempak + Sanitasi habitat ++ Gopyok massal Fumigasi LTBS TBS Rodentisida Keterangan : + = dilakukan; ++ = difokuskan; LTBS = Sistem bubu perangkap linear; TBS = sistem bubu perangkap

Penggerek Batang Padi Pengendalian : Pengaturan Pola tanam Tanam serempak Pergiliran tanaman Pengaturan waktu tanam Fisik dan Mekanisasi Fisik : penyabitan serendah mungkin waktu panen Mekanik : mengumpulkan telur Hayati Pemanfaatan musuh alami  parasitoid Konservasi musuh alami  hindari penggunaan pestisida Kimiawi Penggunaan insektisida dengan bahan aktif : carbofuran, dimehypo, bisultap, amitraz dll Aplikasi silika Pengendalian :

Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens) Pengendalian : Pola Tanam Gunakan varietas tahan Aplikasi N di split jangan sekaligus Tanam serempak Pengeringan awal tanam Hayati Pemanfaatan musuh alami  parasitoid, predator, patogen Konservasi musuh alami  hindari penggunaan pestisida Kimiawi Penggunaan insektisida dengan bahan aktif : dimehypo, monosultap, etofenprox, imidacloprid, fipronil, karbofuran dll

Hawar Daun Bakteri Penyebab : Xanthomonas campestris pv. oryzae Pengendalian Menggunakan varietas tahan & benih berkualitas Pemilahan benih berkualitas Pemupukan urea berdasakan Bagan Warna Daun (BWD), Kepmen, PHSL Pengairan berselang Monitoring hama penyakit dengan konsep PHT Panen dengan perontok Pengendalian Kimia : penggunaan pestisida dengan bahan aktif difenoconazole, propiconazole, Trifloxystrobin 25 %+ Tebuconazole 50%, dll

Penyakit Blas Penyebab : cendawan Pyricularia grisea Pengendalian Penggunaan varietas tahan Penggunaan pupuk N sesuai dosis anjuran Penggunaan fungisida dengan bahan aktif : difenokonasol, isoprotionalane, benomyl, mancozeb, kasugamycin, thiophanate methyl, tiofanat metil Gejala penyakit blas daun (A), blas leher (B), blas buku (C) dan blas kolar (D)

Gulma Golongan Rumput Golongan Teki Golongan Daun Lebar Paspalum distichum Cyperus difformis Monochoria vaginalis Echinochloa crusgalli Cyperus iria Marsilea crenata Leptochloa chinensis Fimbristyllis littoralis Spenochlea zeylanica Cynodon dactylon Scirpus juncoides Limnocharis flava Leersia hexandra Pistia stratiotes Alternanthera philoxeroides

PANEN

Perontokan Panen Bawah Panen Atas ** Alas Panen ukuran 9 m x 9 m

MUTU GABAH Kualitas No. Komponen mutu I II III 1. Kadar air (% maksimum) 14,0 2. Gabah hampa (% maksimum) 1,0 2,0 3,0 3. Butir rusak + Butir kuning (% maksimum) 5,0 7,0 4. Butir mengapur + Gabah muda (% maksimum) 10,0 5. Butir merah (% maksimum) 4,0 6. Benda asing (% maksimum) - 0,5 7. Gabah varietas lain (% maksimum) Sumber: SNI 0224-1987

MUTU BERAS No Komponen mutu Satuan Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV MutuV 1. Derajat sosoh (minimal) (%) 100 95 85 2. Kadar air (maksimal) 14 15 3 Butir kepala (minimal) 89 78 73 60 4. Butir patah (maksimal) 5 10 20 25 35 5. Butir menir (maksimal) 1 2 6. Butir merah (maksimal) 7. Butir kuning/rusak (maksimal) 8. Butir mengapur (maksimal) 9. Benda asing (maksimal) 0,02 0,05 0,20 10. Butir gabah (maksimal) (butir/100g) Sumber: SNI 6128:2008

TERIMA KASIH