PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 9

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PERSIMPANGAN BERSINYAL
Advertisements

ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
Kapasitas Simpang Simpang Bersinyal Simpang Tidak Bersinyal
Lets start….
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA’97
Pertemuan 13 Bab 5 Aplikasi Turunan.
APLIKASI PROBABILITAS DAN STATISTIK
SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT
TEORI UMUM PERSIMPANGAN
KARAKTERISTIK ARUS L.L. PARAMETER LALU LINTAS KUANTITAS PENGUKURAN
SAMPLING AUDIT UNTUK TES PENGAWASAN DAN TES SUBSTANTIF TRANSAKSI
Pengujian Beberapa Proporsi (II) Pertemuan 20 Matakuliah: I0014 / Biostatistika Tahun: 2008.
Matakuliah : Kalkulus II
SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005
PERSIMPANGAN BERSINYAL
Pertemuan 24 BRANCH AND BOUND (2)
PENGENALAN TRAFFIC MANAGENET Pertemuan 12
Aplikasi Optimisasi Fungsi Pertemuan 19
KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Pertemuan 6
SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005
Bina Nusantara Analisis Jalur Kerja Proyek Pertemuan 9: Mata kuliah: K0194-Pemodelan Matematika Terapan Tahun: 2008.
LINEAR PROGRAMMING Pertemuan 05
VARIABEL ARUS LALU LINTAS Pertemuan 4
ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
Matakuliah : K0644-Matematika Bisnis
Matakuliah : K0352/Matematika Bisnis
Aplikasi Matriks Pertemuan 25 Matakuliah: J0174/Matematika I Tahun: 2008.
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI)
REKAYASA TRANSPORTASI
BAB 8 PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
SURVEI LALU LINTAS Pertemuan 7
VI. ESTIMASI PARAMETER Estimasi Parameter : Metode statistika yang berfungsi untuk mengestimasi/menduga/memperkirakan nilai karakteristik dari populasi.
REKAYASA TRANSPORTASI
PENDAHULUAN Pertemuan 1
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JAYABAYA
Lengkung Peralihan (Lengkung Transisi, Lengkung Spiral)
Operasi Matriks Pertemuan 24
REKAYASA TRANSPORTASI
DISTRIBUSI KONTINU DISTRIBUSI NORMAL.
REKAYASA TRANSPORTASI
SURVEI JALAN DAN LALULINTAS
ANALISIS SIMPANG BERSINYAL MKJI 1997 Pertemuan 10
Latihan sistem transportasi
LINEAR PROGRAMMING Pertemuan 06
METODE SIMPLEKS Pertemuan 2
Maksimum dan Minimun ( Titik Ekstrim ) Pertemuan 18
MODEL ANTRIAN Pertemuan 12
SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2005
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
DESAIN STRUKTUR BALOK BETON PERSEGI BERTULANGAN RANGKAP PERTEMUAN 14
Gerak 1 Dimensi Pertemuan 4
INVERS TRANSFORMASI LAPLACE DAN SIFAT-SIFATNYA Pertemuan
Titik Ekstrim Fungsi Majemuk Pertemuan 22
MODEL PENUGASAN Pertemuan 07
KOMPONEN TEKNIK LALU LINTAS Pertemuan 2
ANALISIS KAPASITAS & ANALISIS TINGKAT PELAYANAN
DESAIN STRUKTUR KOLOM PENDEK PERSEGI PERTEMUAN 17
PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 8
Ordinary Annuity vs. Annuity Due Pertemuan 13
ANALISIS SIMPANG BERSINYAL MKJI 1997 Pertemuan 10
KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Pertemuan 5
ANALISIS GALAT (Error) Pertemuan 2
Ryan tofik FTSP/TEKNIK SIPIL
PENGENALAN TRAFFIC MANAGENET Pertemuan 12
Tujuan 14-1 Menjelaskan Konsep Sampel Yang Representatif
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA’97 KAJIAN RUAS JALAN.
Lampu Lalu Lintas & Metode Pengaturan Waktu Lampu Lalu-Lintas
DOMINGGUS ZADRACH DUPE NIM ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSNYAL KOTA DENPASAR ( Studi Kasus: Simpang Waturenggong Dan Simpang Dewi Sartika) PROGRAM.
Pertemuan 9 Kalkulus Diferensial
MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI). LATAR BELAKANG  Meningkatnya kemacetan jalan dalam dan luar kota karena bertambahnya volume kendaraan.  Terbatasnya.
Transcript presentasi:

PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 9 Matakuliah : S0473 – Teknik Lalu Lintas Tahun : 2009 PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pertemuan 9

PRINSIP DASAR ANALISIS SIMPANG BERSINYAL Pendekat Kritis dan Rasio Arus Kritis Waktu Siklus Optimum Distribusi Interval Hijau Kapasitas Pendekat Perencanaan Waktu Sinyal Kontrol & Penyesuaian Skema Siklus Sinyal Bina Nusantara University

Simpang 3 Lengan dan 4 Lengan CONTOH SIMPANG Simpang 3 Lengan dan 4 Lengan 1 2 3 4 Simpang 4 Lengan Bersinyal Simpang 3 Lengan Tidak Bersinyal 3 1 2 Bina Nusantara University

6. PENDEKAT KRITIS DAN RASIO ARUS KRITIS Adalah Pendekat / Jalur / Lajur yang memerlukan interval hijau terpanjang. Untuk tiap fase dapat dihitung dengan rasio arus yaitu laju arus rencana / laju arus jenuh. (F/s) Rasio terbesar menunjukkan pendekat kritis. Contoh: Suatu fase sinyal (US) direncanakan melayani arus lalu lintas seperti tabel berikut. Tentukan pendekat kritis dan rasio arus kritis untuk fase tersebut. Pendekat kritis adalah U – ka, lu (Pendekat Utara yang melayani arus belok kanan dan arus lurus). Besarnya rasio arus kritis 0.5 Pendekat F (smp/jam) s (smp/jam) F/s U - ka, lu 600 1200 0.5 U – ki, lu 500 1700 0.294 S – ka, lu 450 1330 0.338 S – ki, lu 720 1600 0.45 Bina Nusantara University

7. WAKTU SIKLUS OPTIMUM (Co) Bila siklus terlalu pendek banyak perubahan fase dalam satu jam, waktu hilang tinggi Bila siklus terlalu panjang  delay (tundaan) panjang Maka siklus harus optimum (penyelesaian optimisasi) dari grafik hubungan waktu siklus dan delay (tundaan). Siklus optimum menurut Webster: Dimana: Co = Waktu siklus optimum (detik) = Nilai yang diperoleh dibulatkan keatas ke kelipatan 5 terdekat L = Jumlah waktu hilang (lost time) semua fase (detik) = diambil sama dengan jumlah interval antar hijau seluruh fase F/s = Rasio arus kritis masing-masing fase GT = Waktu hijau siklus = Co – L (detik) Bina Nusantara University

CONTOH PERHITUNGAN WAKTU SIKLUS OPTIMUM (Co) Diketahui suatu sinyal dua fase dengan rasio kritis dan waktu antar hijau tiap fase seperti tabel disamping. Hitung waktu siklus optimum sinyal tersebut: Σ (F/s) = 0.489 L = 13 Co = 1.5*13 + 5/ (1-0.489) = 47.9 dibulatkan  = 50 detik Bila semua rasio kritis mendekati nol, maka Co ~ 23.5 detik Waktu hijau semua siklus = GT GT = 50 – 13 = 37 detik FASE Rasio Kritis Interval Antar Hijau 1 0.233 6 2 0.256 7 Σ Σ (F/s) = 0.489 L = 13 Bina Nusantara University

8. DISTRIBUSI INTERVAL HIJAU Waktu Hijau Semua Siklus diperoleh dari GT = Co – Σ I Proporsi interval hijau untuk fase i dihitung dengan persamaan berikut: Contoh: Diketahui Waktu Hijau (GT) semua siklus sinyal dua fase waktu pagi = 37 detik. Laju arus rencana dan arus jenuh tiap waktu seperti tabel disamping. Bagaimana prosentase interval hijau semua waktu dan distribusi interval hijau masing2 fase untuk keadaan pagi. No Waktu Fase 1 Fase 2 F s 1 Pagi 500 1200 250 1250 2 Siang 200 1700 100 1400 3 Sore 450 1330 300 1500 4 Malam 1600 75 1100 Bina Nusantara University

Distribusi interval hijau masing-masing fase waktu pagi hari: Jawab: Prosentase interval hijau tiap fase dan tiap waktu dihitung tabelaris diatas, hasil di dua kolom terakhir. Distribusi interval hijau masing-masing fase waktu pagi hari: Fase 1 = g1= 67.5% x GT = 67.5% x 37 det = 24.97 detik  dibulatkan = 25 detik Fase 2 = g2 = 32.5% x GT = 32.5% x 37 det = 12.02 detik  dibulatkan = 12 detik No Waktu Fase 1 Fase 2 Σ F/s % GT Fase F s F/s 1 2 Pagi 500 1200 0.416 250 1250 0.200 0.616 67.5 32.5 Siang 200 1700 0.118 100 1400 0.071 0.189 62.4 37.6 3 Sore 450 1330 0.338 300 1500 0.538 62.8 37.2 4 Malam 1600 0.063 75 1100 0.068 0.131 48.1 51.9 Bina Nusantara University

9. KAPASITAS PENDEKAT Kapasitas tiap pendekat dihitung sesuai rumus dalam step 4, yaitu: c = (g / C) s (kend/jam) Contoh: Dari hasil perhitungan contoh sebelumnya, hitung kapasitas pendekat untuk keadaan 1 (pagi). DATA: g1 = 25 detik g2 = 12 detik C = Co = 50 detik s1 = 1200 s2 = 1250 Jawab: Pendekat US : c = 25 / 50 x 1200 = 600 kend/jam Pendekat BT : c = 12 / 50 x 1250 = 300 kend/jam Bina Nusantara University

10. CHECKING (KONTROL) Kontrol Kapasitas Pendekat Tiap Fase / Laju Arus Rencana Fase Fase 1 US : 600 / 500 > 1 Fase 2 BT : 300 / 250 > 1 Bila kapasitas pendekat lebih kecil daripada laju arus rencana maka waktu siklus & interval hijau fase terkait perlu diperbesar.  Step 11 Kontrol Interval Hijau Tiap Fase / Interval Hijau Minimum Fase Bila interval hijau suatu fase lebih kecil daripada interval hijau minimum, perbesar waktu siklus dan perbesar interval hijau fase terkait  Step 11 Bina Nusantara University

11. PENYESUAIAN SKEMA SIKLUS SINYAL Penyesuaian perlu dilakukan bila: Kapasitas suatu pendekat untuk suatu fase lebih kecil daripada arus laju rencana pendekat tersebut Interval hijau suatu pendekat pada suatu fase lebih kecil daripada interval hijau minimum yang diperlukan untuk pendekat tersebut Penyesuaian dilakukan dengan: Memperbesar waktu siklus fase yang bermasalah Memperbesar interval hijau fase tersebut  Akan terhitung kembali interval hijau efektif sehingga fase yang bermasalah dapat berlangsung sesuai laju arus rencana. Pedoman: Variasi waktu siklus, menurut Webster, berkisar antara 0.75 Co dan 1.5 Co tanpa tambahan tundaan (delay) yang berarti. Bina Nusantara University

MATERI PENDUKUNG Dokumen dalam: http://www.bts.gov/ntl/subjects/traff-devices.html 2. http://www.dot.ca.gov/dist11/operations/cfeaver.htm Bab 2, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), DitJen Bina Marga, Departemen PU, Jakarta, 1997. Bina Nusantara University