ASPAL
SIFAT ASPAL YANG DIHARAPKAN Fungsi aspal dalam perkerasan beraspal adalah sebagai bahan pengikat agar agregat tidak mudah lepas akibat lalu lintas dan lingkungan. Selain itu aspal juga berfungsi sebagai lapis kedap yang melindungi agregat dan material lain di bawahnya dari pengaruh air. Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan maka aspal diantaranya harus memiliki karakteristik sebagai berikut: Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat hingga perkerasan cukup rapat dan kedap dari air Aspal harus memberikan lapisan yang elastis sehingga perkerasan tidak mudah retak Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan Aspal mempunyai adhesi yang baik terhadap agregat yang dilapisi Aspal mempunyai kohesi yang baik Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk Aspal mudah dikerjakan Aspal aman saat pengerjaan Aspal homogen dan tidak berubah selama penyimpanan Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran,
JENIS ASPAL TERDIARI ATAS ASPAL BUATAN DAN ASPAL ALAM Aspal Buatan adalah aspal yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi Jenis Aspal Buatan mencakup Aspal Keras (Pen), Aspal Cair (Cut Back) dan Aspal Emulsi ASPAL ALAM Batuan (Rock Asphalt) Plastis (Trinidad) Cair (Bermuda Lake Asphalt)
ASPAL ALAM ATAU ASBUTON LOKASI DEPOSIT ASPAL BUTON
DEPOSIT ASBUTON Deposit Asbuton di Kabungka Deposit Asbuton di Lawele
Deposit Asbuton di Beberapa Daerah Singkapan di Pulau Buton No. Daerah Singkapan Asbuton Perkiraan Deposit (ton) Kadar Bitumen (%) 1. Waisiu 100.000 + 35 2. Kabungka 60.000.000 15 - 35 3. Winto 3.200.000 25 - 35 4. Wariti 600.000 + 30 5. Lawele 100.000.000 15 - 30
Tipikal Hasil Analisa Kimia Bitumen Asbuton dan Aspal Minyak No Jenis Pengujian Bitumen Asbuton Aspal Minyak 1. Asphaltene, % 51,32 21,71 2. Malthene, %: - Nitrogen Bases (N) - Acidaffins I (AI) - Acidaffins II (AII) - Paraffins (P) 5,61 26,67 11,77 4,61 1,29 29,77 31,12 16,10 3. N/P 1,25 0,08 4. Parameter komposisi Malthene N + AI AII + P 1,97 0,66
PERBANDINGAN ASBUTON DENGAN ASPAL MINYAK PARAMETER ASBUTON ASPAL MINYAK Keseragaman Kualitas Tergantung deposit yang ditambang Lebih Konsisten Kandungan Bitumen + 25% > 99% Penggunaan dalam campuran Perlu pembatasan supaya tidak terlalu kaku Sesuai dengan kebutuhan aspal yang direncanakan Ketahanan terhadap temperatur tinggi dan lalu lintas berat Lebih baik dari aspal minyak Standar Ketahanan terhadap alur
Bagan Alir Produk Asbuton
JENIS ASBUTON YANG DIMANFAATKAN ASBUTON BUTIR (Buton Granural Asphalt) Sumber Deposit: Kabungka Lawele Gabungan antara Kabungka dan Lawele SEMI EKSTRAKSI (Asbuton Modifikasi/Pra-campur) Sumber Deposit dari Kabungka FULL EKSTRAKSI (Bitumen Asbuton Murni) Sumber Deposit dari Lawele
PENGGUNAAN JENIS ASBUTON UNTUK CAMPURAN ASBUTON BUTIR Campuran Panas Campuran Hangat Campuran Dingin Asbuton Semi dan Full Ekstraksi :
Aspal Buatan Skema Pembuatan Aspal Minyak
Aspal Keras Dalam perkerasan beraspal, pembagian jenis aspal keras dapat berdasarkan nilai penetrasi (Penetration Grade), nilai viskositas (Viscosity Grade) atau temperatur maksium dan minimum perkerasan rencana (Performance Grade). Aspal Keras Di Indonesia, untuk keperluan perkerasan beraspal, telah dikeluarkan SNI (Berdasarkan nilai penetrasi). Berdasarkan SNI tersebut aspal keras dibagi menjadi Aspal Pen 60/70 dan Aspal Pen 80/100.
Aspal Cair Aspal Cair (Cutback Asphalt) adalah aspal keras yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Sampai saat ini terdapat tiga jenis aspal cair berdasarkan jenis pelarutnya yaitu Rapid Curring (Mengering Cepat) atau RC yang pelarutnya adalah premium, Medium Curring (Mengering Sedang) atau MC yang pelarutnya adalah kerosin, dan Slow Curring (Mengering Lambat) atau SC yang pelarutnya adalah solar. Masing-masing jenis aspal cair ini dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelas berdasarkan viskositasnya yaitu misalnya RC-70, RC-250, MC-30, C-70 dst
Komposisi Perkiraan Aspal Cutback Jenis Aspal cutback Kelas Aspal Pen 60/70 (% berat) Premium RC 30 70 250 800 3000 64 76 82 89 91 36 24 18 11 9 Minyak Tanah (% berat) MC 72 80 85 90 28 20 15 10 Minyak Tanah SC 60 84 88 40 16 12
Aspal Emulsi Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispersikan secara merata ke dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat nonpolar ke dalam air yang bersifat polar diperlukan bahan emulsifier yang molekulnya memiliki bagian nonpolar dan bagian polar. Bagian nonpolar dari emulsifier akan larut atau masuk ke dalam aspal sedangkan bagian polar akan larut atau berada dalam air Aspal Keras Ada tiga jenis emulsifier berdasarkan muatan listriknya yaitu jenis kationik (bermuatan listrik positif), jenis anionik (bermuatan listrik negatif) dan nonionik (tidak bermuatan listrik). Jenis yang sudah biasa digunakan untuk aspal emulsi adalah jenis kationik untuk apal emulsi jenis kationik dan jenis anionik untuk aspal emulsi jenis anionik
Jenis aspal emulsi selain berdasarkan muatan listriknya juga dibedakan berdasarkan kecepatan mantap, viskositas, nilai penetrasi residu dan konsistensi apung. Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi terdiri dari aspal emulsi kationik (partikel aspal bermuatan positif dan tata nama diawali huruf “C” contoh CSS-1) dan aspal emulsi anionik (partikel aspal bermuatan negatif dan tata nama tidak diawali huruf “C” contoh SS). Berdasarkan kecepatan mantapnya (setting) aspal emulsi dibedakan menjadi memantap cepat (Rapid Setting, tata nama ditandai denga huruf “RS”), memantap sedang (Medium Setting, tata nama ditandai dengan huruf “MS”) dan memantap lambat (Slow Settig, tata nama ditandai dengan huruf “SS”)
SPESIFIKASI ASPAL UNTUK PERKERASAN JALAN Persyaratan Asbuton Butir Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian Satuan Tipe 5/20 15/20 15/25 20/25 30/25 Kadar bitumen asbuton SNI 03-3640-94 % 18-22 23-27 Ukuran butir asbuton butir - Lolos Saringan No. 4 (4,75 mm), SNI 03-1968-90 100 - Lolos Saringan No. 8 (2,36 mm), Min. 95 - Lolos Saringan No. 16 (1,18 mm), Min. 75 Kadar air, % SNI 06-2490-91 Maks. 2 Penetrasi bitumen pada 25 oC, 100 g, 5 detik. SNI 06-2456-91 0,1 mm ≤ 10 10 – 18 19 - 22 28 – 32
Persyaratan Bitumen Asbuton Murni No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 60 2. Titik Lembek, C SNI 06-2434-1991 Min. 55 3. Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 Min. 225 4. Daktilitas; 25C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen;% berat RSNI M-04-2004 Min. 99 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 1 8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli Min. 65 9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm Min. 50
Persyaratan Asbuton Modifikasi No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 60 2. Titik Lembek, °C SNI 06-2434-1991 Min. 55 3. Titik Nyala, °C SNI 06-2433-1991 Min. 225 4. Daktilitas; 25°C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M-04-2004 Min. 90 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 2 8. Penetrasi setelah kehilangan berat,% asli 9. Daktilitas setelah TFOT, cm 10 Mineral Lolos Saringan No. 100,% * SNI 03-1968-1990
Persyaratan Aspal Minyak Pen 60/70 No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 - 79 2. Titik Lembek, C SNI 06-2434-1991 48 - 58 3. Titik Nyala, C SNI 06-2433-1991 Min. 200 4. Daktilitas 25C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M -04-2004 Min. 99 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8 8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli Min. 54 9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm Min. 50 10. Uji noda aspal - Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylene SNI 03-6885-2002 Negatif 11. Kadar paraffin,% SNI 03-3639-2002 Maks. 2
Persyaratan Peremaja Hangat Jenis Pengujian Metoda Persyaratan Pengujian PH-1000 Viskositas: - pada 60C (cSt) atau - pada 82,2C, (dtk) AASHTO T-72 800 - 1600 100 - 200 Kelarutan dlm TCE, (%) SNI 06-2438-1991 Min. 99,5 Titik nyala, (C) AASHTO T-73 Min. 180 Berat Jenis, SNI 06-2441-1991 Min. 0,95 Penurunan berat (TFOT), (% terhadap berat awal) SNI 06-2440-1991 Maks. 5 Kadar parafin lilin, (%) SNI 03-3639-94 Maks. 2
Persyaratan Aspal Cair Penguapan Cepat NO. JENIS PENGUJIAN RC-70 RC-250 RC-800 RC-3000 Min Mak MIn 1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 70 140 250 500 800 1600 3000 6000 2. Titik Nyala (TOC) 0C - 27 3. Kadar air (%) 0,2 4. Penyulingan, sulingan pada temperatur: 190 0C (%) 10 225 0C (%) 50 35 15 260 0C (%) 60 45 25 315 0C (%) 85 80 75 sisa penyulingan pada temperatur 360 0C (%) 55 65 5. Pengujian residu penyulingan Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 600 2400
Persyaratan Aspal Cair Penguapan Sedang No. JENIS PENGUJIAN MC-30 MC-70 MC-250 MC-800 MC-3000 Min Mak 1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 20 60 70 140 250 500 800 1600 3000 6000 2. Titik Nyala (TOC) 0C 38 - 66 3. Kadar air (%) 0,2 4. Penyulingan, sulingan pada temperatur: 225 0C 25 10 260 0C 40 15 55 35 315 0C 75 93 05 90 87 45 80 sisa penyulingan pada temperatur 360 0C (%) 50 67 5. Pengujian residu penyulingan Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 300 1200 Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 120
Persyaratan Aspal Emulsi Tipe Mantap Cepat Mantap Sedang No. Kelas RS - 1 RS - 2 HFRS - 2 MS - 1 MS - 2 MS - 2h Jenis Pengujian min mak A. Pengujian Aspal Emulsi 1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 - 2. Viskositas SF pada 50 0C, detik 75 400 3. Stabilitas setelah penyimpanan 1 24 jam, % 4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N CaCl2, % 60 5. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) Baik baik b. lapisan batuan kering, Cukup Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 6. Uji campuran semen (%) 7. Analisa sringan (%) 0,10 8. Sisa penyulingan (%) 55 63 65 9. Destilat minyak (%) volume emulsi B. Pengujian Sisa Penyulingan Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 200 40 90 Daktilitas 5 cm/menit (cm) Kelarutan dlm trechloroethilene,% 97,5 Uji apung 60 0C (detik) 1200
Persyaratan Aspal Emulsi (lanjutan) Tipe Mantap Sedang Mantap Lambat No. Kelas HFMS-1 HFMS-2 HFMS-2h HFMS-2s SS-1 SS-1h Jenis Pengujian min mak A. PENG. ASPAL EMULSI 1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 - 50 2. Viskositas SF pada 50 0C, detik 3. Stabilitas setelah penyimpanan 1a) 1 a) 24 jam, % 4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N CaCl2,% 5. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) Baik baik b. lapisan batuan kering, Cukup Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 6. Uji campuran semen (%) 2,0 7. Analisa sringan (%) 0,10 a) 8. Sisa penyulingan (%) 55 65 57 9. Destilat minyak (%) volume emulsi B. PENG.SISA PENYULINGAN Peng. Residu penyulingan Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 200 40 90 Daktilitas 5 cm/menit (cm) Kelarutan dalam trichloroethylene 97,5 (% berat) Uji apung 60 0C (detik) 1200
Persyaratan Aspal Emulsi Ktionik PENGIKATAN CEPAT PENGIKATAN SEDANG PENGIKATAN LAMBAT NO. SIFAT-SIFAT (CRS-1) (CRS-2) (CMS-2) (CMS-2h) (CSS-1) (CSS-1h) Min Mak 1. Kekentalan pada 250C (detik) - 20 100 Kekentalan pada 500C (detik) 400 50 450 2. Pengendapan 1 hari (%) 1 Pengendapan 5 hari (%) 5 3. Pemisahan 35 ml 0,8 (%) Sodium dioctylsufosuccinate 40 4. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) 80 b. lapisan batuan kering, 60 Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 5. Muatan listrik positif Positif 6. Hasil uji camp. semen (%) 7. Analisa saringan (%) 0,10 8. Penyulingan : a. sisa destilasi (%) 65 57 b. kadar minyak (%) 3 12 9. Residu penyulingan : a. Penetrasi pada 250C, 100 g, 250 90 5 detik b. Daktilitas pd 250C, 5cm/min c. Kelarutan terhadap trichloro- 97,5 ethiyene (TCE) (% berat)
SEKIAN & TERIMA KASIH