Kemasan Konvensional/Tradisional by Dr. Yudi Pranoto
Kemasan Konvensional/Tradisional by Dr. Yudi Pranoto
Pengemasan tradisional atau konvensional adalah pengemasan bahan pangan yang telah lama dipraktekkan sebelum adanya sentuhan industrialisasi sebagaimana kemasan logam, gelas, plastik dan kertas. Biasanya memanfaatkan bahan-bahan yang ada dialam secara langsung (memanfaatkan bahan botanis) atau dengan sedikit perlakuan. Akan tetapi bahan-bahan tersebut secara umum memberikan sifat barrier yang rendah terhadap produk yang dikemas.
Pada penggunaan untuk makanan, berfungsi bukan saja sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama, tapi juga merupakan upaya untuk membereskan, mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan praktis dibawa-bawa, dipegang atau dibuka ketika hendak disantap. Selain itu, bahan kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada makanannya. Misalnya, peuyem ketan yang dibungkus dengan daun pisang berbeda keharuman rasa-nya dari yang dibungkus dengan daun jambu air. Pada jenis makanan tertentu pengemasan dengan bahan botanis, juga turut membantu proses, misalnya, penjamuran pada tempe dan peragian (fermentasi) pada peuyeum ketan.
Di antara sekian banyak kemasan modern yang saat ini digunakan, ternyata masih ada karya kemasan tradisional yang masih tetap bertahan. Keberadaan kemasan tradisional bukan hanya sekedar merevitalisasi fungsi dan bahan kemasan, tetapi merupakan suatu fenomena yang patut diperhatikan oleh para penggunanya, sebab ternyata kemasan dari bahan alam (botanis) yang bersifat tradisional memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh kemasan modern dari bahan kertas ataupun plastik. Jenis kemasan untuk membungkus (mengemas) bahan makanan tradisional mempunyai aneka bentuk, bahan, dan teknik pembuatannya yang unik.
Tidak jarang jenis makanan tertentu dibedakan dari yang lainnya bukan melalui rasanya tapi melalui cara membungkus (teknik) dan bentuknya. Contohnya, lontong dibedakan dari leupeut karena perbedaan cara mengemas serta bentuknya padahal keduanya memanfaatkan bahan kemasan yang sama (daun pisang) dan juga terbuat dari bahan yang sama pula (beras), begitu pula rasanya sama. Disini dapat dicatat bahwa desain kemasan memberikan identitas pada makanannya.
Berikut beberapa jenis kemasan tradisional yang telah dipakai untuk pangan Kapas : Biasanya dianyam dengan rapat dan kuat. Yang ditenun oleh pabrik tidak begitu mahal Merupakan pembungkus yang bagus untuk tepung, biji-bijian, biji kopi, gula butiran. Dapat digunakan berkali-kali karena bahan relatif tahan dan tetap dengan pencucian. Selain itu juga mudah ditandai yang membedakan jenis dan isi barang dalam kemasan.
2. Kayu : Kontainer pengapalan dari kayu secara tradisional telah digunakan secara luas untuk bahan pangan termasuk buah-buahan, sayuran, teh dan beer. Kemasan kayu memberikan perlindungan mekanis yang baik dan rasio berat ke kekuatan yang tinggi. Penggunaan pengemasan kayu hingga sekarang masih dipakai secara luas untuk mengemasan komoditi hasil pertanian dan produk-produk fabrikan sebagai pengemas sekunder.
3. Bambu : Bambu banyak dipakai sebagai bahan anyaman untuk keranjang dengan berbagai bentuk untuk mewadahi bahan pangan mentah ataupun masak.
4. Daun : Daun pisang; adalah yang paling umum dan luas dipakai untuk mengemas makanan. Pemakaian untuk produk tempe telah dikenal luas di seluruh pelosok tanah air. Daun kelapa; sering dipakai untuk mengemas produk-produk dimasak, seperti ketupat. Daun jagung dan bungkus jagung; sering dipakai untuk membungkus makanan pasta, gula merah atau makanan masak. Daun jati; dengan ukurannya yang lebar secara luas masing dipakai untuk membungkus makanan pokok di kalangan masyarakat.
References: Hicks, A., 2002. Minimum Packaging Technology for Processed Foods: Environmental Considerations. AU J.T. 6(2): 89-94 (Oct. 2002). Sabana, S., 2000. Kemasan sebelum kertas dan plastic. Jurnal Seni Rupa dan Desain. Volume 1,1, Agustus 2000.