Anoa Anoa adalah satwa langka khas Sulawesi. Anoa merupakan kerabat dekat sapi dan kambing. Ada dua spesies anoa yaitu: anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuh anoa 160-172 cm, ekornya 18-31 cm. Ukuran tubuhnya yang kerdil menjadi daya tarik anoa. Anoa gunung biasanya berukuran lebih kecil. Rata-rata tinggi badan anoa dewasa 75 cm. Ada yang hanya 69 cm tapi ada juga yang mencapai 106 cm. Berat badan anoa sekitar 150-300 kg. Anak anoa berbulu tebal dengan warna coklat kekuningan. Semakin tua, anoa semakin tidak berbulu dengan warna kulit coklat gelap sampai hitam. Anoa jantan berwarna lebih gelap. Usia hidup anoa hidup bisa mencapai 25 tahun. Biasanya satwa ini melahirkan 1 anak setiap 2 tahun dengan masa kehamilan 300 hari. Anak anoa meninggalkan induknya setelah berusia 3 tahun lalu memasuki masa puber. Anoa betina sering bersama 2-3 ekor anaknya yang berbeda umur. Anoa jantan lebih sering menyendiri dan cenderung agresif terhadap anoa jantan lain. Apabila bertemu dengan musuhnya, anoa akan mempertahankan diri dengan menceburkan diri ke rawa-rawa dan apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya. Habitatnya di hutan tropika dataran, savanna, kadang-kadang dijumpai di rawa-rawa dan di wilayah Sulawesi bagian Utara. Anoa memakan tumbuhan tertentu berupa rumput, herba, perdu dan paku-pakuan. Anoa membantu penyebaran beberapa jenis tumbuhan asli Sulawesi yang bijinya tidak beradaptasi untuk tersebar luas. Dari penelitian yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya (BKSDA) setempat, populasi satwa langka anoa saat ini hanya bisa ditemukan di kawasan cagar alam di pegunungan hutan Lambusango di Kabupaten Buton. Satwa anoa pernah berkembang di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) yang terletak di 3 Kabupaten: Konawe Selatan, Bombana, dan Kolaka. Akibat penyerobotan lahan oleh warga sejak tahun 1997 hingga 2001 lalu, Anoa sudah tidak bisa ditemukan lagi di area tersebut. Aktivitas perburuan ilegal juga memicu satwa langka anoa punah di TNRAW. Para pemburu ilegal biasanya menembak anoa untuk diambil tanduk dan kepalanya yang bila dijual harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Pihak BKSDA sudah berupaya melakukan penangkaran satwa liar ini. Sayangnya satwa anoa termasuk satwa yang susah untuk ditangkarkan. Pada tahun 2000, masyarakat Kab. Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencobanya. Usaha ini gagal karena satwa langka anoa tidak mau kawin karena ada satwa lain yang mengusiknya.