Tatap muka ke 4 TEORI PERTUMBUHAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM USAHA PENGGEMUKAN
Teori Pertumbuhan Pertumbuhan dimulai pada saat terjadinya pembuahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses hiperplasia (peningkatan jumlah sel jaringan) dan hipertrofi (peningkatan ukuran sel). Pertumbuhan sebelum lahir (pre natal), dipengaruhi oleh mutu genetik induk, induk / pejantan, pakan induk dan kondisi induk. Pertumbuhan post natal dibagi atas 2 tahap yaitu sebelum sapih (prae weaning) dan tahap sesudah sapih (post weaning).
Laju pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat suplai daging. Kecepatan pertumbuhan merupakan kunci sukses pada peternakan yang bertujuan memproduksi daging. Diantara individu dalam satu bangsa atau diantara bangsa ternak terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti nutrisi, fisis dan mikrobiologis shg menyebabkan adanya perbedaan laju pertumbuhan.
Pertumbuhan ternak dapat dimanipulasi dengan perlakuan nutrisi yang berbeda Peningkatan pertambahan bobot badan dapat diperoleh dengan meningkatkan jumlah konsumsi pakan dan pakan dengan kandungan nutrien yang cukup, akan memungkinkan ternak tumbuh dan mencapai ukuran tubuh maksimal sesuai dengan sifat genetik yang dimilikinya.
Kurve pertumbuhan Pada kondisi normal, terutama pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), kurve pertumbuhan ternak mengikuti pola seperti huruf S (sigmoid). Berdasarkan pola pertumbuhan tersebut, laju pertumbuhan yang optimal dicapai pada saat menjelang dan sekitar pubertas dan secara gradual akan menurun sampai terhenti (tidak meningkat) pada saat dewasa tubuh
Kurva pertumbuhan normal
Kurve Gain
Potensi pertumbuhan ternak diukur dari: Saat pertumbuhan : berat lahir, ADG prae weaning, berat sapih, ADG post weaning, FCR. Saat dipotong : berat potong, persen karkas, komposisi karkas, edible portion, feed cost per gain, dry matter/carcass ratio serta nilai ekonomi dari produk pemotongan termasuk retail cut dari karkas. Angka persentase growth rate (gain/berat hidup x 100%). Angka ini akan menurun sesuai dengan perkembangan umur dan berat badan, hal ini disebabkan gain yang tidak stabil, tetapi diikuti perkembangan BB yang selalu meningkat.
Implementasi dalam penggemukan : Daging sebagai produk utama ternak potong, kualitas dan kuantitasnya sangat ditentukan oleh kronologis terbentuknya jaringan edible portion (terutama daging) melalui proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan dan perkembangan dari semua jaringan tubuh secara kumulatif dapat diukur dari pertambahan berat badan ternak.
Pertumbuhan post natal dibagi 2 tahap : prae weaning dan post weaning. Perbedaan prinsip pada : faktor eksternal yang mempengaruhinya. Prae weaning, didominasi oleh faktor nutrisi induk (air susu induk), post weaning dipengaruhi oleh faktor pakan. Faktor pakan tidak selalu memberikan respon linier pada individu ternak yang sedang tumbuh. Karakteristik biologis yang dikendalikan oleh sifat dan potensi genetis akan membatasi perkembangan setiap jaringan, meskipun jumlah dan kualitas pakan yang diberikan berlebih.
Pada saat dan menjelang pubertas, pertumbuhan ternak memasuki tahap yang cepat, sedangkan pada dewasa tubuh laju pertumbuhan ternak akan lambat. Hal ini perlu dipahami oleh peternak karena kalau dikaitkan dengan pakan, akan mengakibatkan penurunan efisiensi pakan (FCR tinggi), feed cost per gain mahal, gain lebih rendah. Perubahan laju pertumbuhan karena perkembangan umur perlu diperhatikan oleh peternak dalam menentukan kapan harus memotong dan menjual ternaknya.
Perkembangan BB ternak tidak selalu memberikan peningkatan keuntungan bagi peternak atau bahkan kemungkinan peternak merugi. Kecepatan pertumbuhan relatif (KPR) untuk setiap komponen jaringan berbeda pada setiap tahap perkembangan umur. Pada awal pertumbuhan KPR yang cepat pada syaraf dan tulang, pada sekitar pubertas yang tercepat adalah muskulus, sedangkan pada akhir pertumbuhan yang tercepat adalah lemak.
Setiap PBB tidak selalu diikuti oleh perkembangan jaringan muskulus Setiap PBB tidak selalu diikuti oleh perkembangan jaringan muskulus. Pada akhir pertumbuhan, didominasi oleh lemak yang secara ekonomi tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan nilai pakan yang dikonsumsi. Nilai ekonomi dari investasi operasional (terutama dari pakan) akan cenderung menurun setelah umur pubertas terlampaui karena ADG yang menurun dan proporsi jaringan lemak meningkat.