PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU Citra Dewi, S.Psi., M.Psi., Psi
Frekuensi Frekuensi Kepekaan pendengaran Intensitas Intensitas cps atau Hertz (Hz) 18-18.000 Hz Frekuensi Frekuensi Kepekaan pendengaran desibel (dB) Intensitas Intensitas
Definisi Individu yg kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yg menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Penderitaan anak tunarungu: kesulitan mendengar pembentukan bahasa terhambat
Klasifikasi Tunarungu (Bds saat mulai terjadinya) Prelingual deafness: kondisi ssorg dimana ketulian sdh ada sejak lahir atau terjadinya sebelum dimulainya perkemb.bicara & bahasa Postlingual deafness: kondisi dimana seseorang mengalami ketulian setelah ia menguasai wicara atau bahasa
Klasifikasi Tunarungu (Scr Kuantitatif) Klp I (Ringan) : 20-30 dB borderline antara orang yg sulit mendengar dg orang normal. Klp II (Marginal) : 30-40 dB mengalami kesulitan utk mengikuti pembicaraan pd jarak beberapa meter. Klp III (Sedang) : 40-60 dB butuh alat bantu dengar dan bantuan mata. Klp IV (Berat) : 60-75 dB tuli secara edukatif tdk bisa belajar bicara tanpa menggunakan teknik2 khusus. Klp V (Parah) : >75 dB
Klasifikasi bds letak kerusakan organ pendengaran Tunarungu Periferal Tunarungu konduktif (Conductive deafness) Tunarungu krn kerusakan sensorineural (Sensorineural deafness) Tunarungu campuran (Mixed hearing loss) Tunarungu Auditoris Sentral (Central hearing loss)
Penyebab tunarungu periferal Konduktif : kerusakan krg gg.transmisi suara dr sal.auditoris ke telinga dalam. Masih dpt diperbaiki (scr medis/ pembedahan) & dg alat bantu dengar Mis: tjd malformasi, penyumbatan, pecah/ rusaknya gendang telinga. Sensorineural: kerusakan pd kokhlea atau pd syaraf pendengaran yg membawa suara ke otak. Tdk dpt diperbaiki scr medis, tp dg alat bantu dengar. Mis: meningitis, infeksi virus, campak, dll
Penyebab tunarungu auditoris sentral Kerusakan atau malfungsi sistem syaraf pusat antara otak bawah dg selaput otak. Kerusakan ringan, yg bersifat neurologis pd cerebral cortex, yg berdampak pd persepsi, kemampuan organisasi & pemahaman thd suara. Bukan krn kehilangan kemampuan utk mendengar bunyi. Penderita salah melakukan interpretasi pd apa yg didengar gg. belajar
Karakteristik Ketunarunguan (Menurut Telford & Sawrey) Ketidakmampuan memusatkan perhatian yg sifatnya kronis Kegagalan merespon apabila diajak bicara Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi Mengalami keterbelakangan di sekolah
Gejala dalam kehidupan sehari-hari Reaksi lambat thd instruksi; prestasi lebih rendah dari potensi Melihat siswa lain utk mengikuti apa yg mereka lakukan Meminta orang lain utk mengulangi apa yg mereka katakan Salah menginterpretasi informasi, pertanyaan & pembicaraan Mengeluhkan adanya suara bising di telinganya Bingung dengan kata-kata yg bunyinya hampir sama Melihat wajah pembicara dari dekat atau membaca bibir pembicara Perkemb. bhs terlambat; bahasa tdk gramatikal utk usianya Suka menarik diri dari teman2nya
Etiologi Masalah kromosom yg diturunkan Malformasi kongenital Infeksi kronis Tulang tengkorak yg retak Dampak mendengar suara yg sgt keras Penyakit virus spt rubella pd saat kehamilan ibu Sifilis kongenital
Identifikasi Indikator perilaku : ketidakmampuan memberikan perhatian, mengarahkan kepala/ telinga ke arah pembicara, gagal mengikuti instruksi lisan, meminta pengulangan terutama utk pertanyaan, memiliki masalah wicara, menarik diri, sgt fokus pd wajah atau mulut lawan bicara, respon2 tidak sesuai atau inkonsistensi
Tanda2 fisik: telinga mengeluarkan cairan bernafas melalui mulut sering menggunakan kapas pd telinga ekspresi tampak letih & tertekan 3. Keluhan yg dikemukakan anak: sakit pd telinga / telinga luka mendengar dengungan/ deringan ada “suara” di dlm kepala merasa ada benda di dlm telinga sering deman/ sakit tenggorokan/ tonsilitis
Dampak ketunarunguan Perkembangan bahasa Perkembangan intelektual dan prestasi akademik Perkembangan sosial dan emosional
Intervensi Pendidikan Komunikasi TKLB / TKKh Tunarungu Tingkat rendah Latihan Pendengaran SDLB / SDKh Tunarungu Kelas tinggi Oralism Manualism SLTPLB / SMPKh Tunarungu Komunikasi Total SLTPLB / SMPKh Tunarungu
1. Lat. pendengaran meningkatkan ketrampilan anak mendengar. Kemampuan mendengar penerimaan & keinginan anak utk memakai alat bantu dengar anak mjd pemakai alt bantu dengar yg baik. Lat. Mengembangkan kemamp.anak utk menyadari & membedakan: Suara2 yg mencolok; suara lingkungan Pola iram berbicara & irama musik Pengenalan huruf hidup & mati Bicara dlm situasi yg ramai/ bising
2. Oralism: Sist. kom menggunakan bicara & membaca ujaran. Anak tunarungu mampu mengembangkan ketramp.berbicara & membaca ujaran yg baik, asal diberikan wktu cukup & latihan. Pengajaran oralism harus disesuaikan dg minat & kebutuhan anak. Guru bicara dg jelas, namun artikulasi tetap wajar; lampu juga harus terang
3. Manualism: Sist.kom yg menekankan pd manual alfabet (ejaan jari) & bhs isyarat. Relatif mudah, shg tdk mengalami frustrasi krn mampu mengungkapkan keinginan & isi hati melalui bhs isyarat & ejaan jari.
4. Komunikasi Total: Sist 4. Komunikasi Total: Sist.kom yg berusaha menggabungkan berbagai bentuk komunikasi utk mengembangkan konsep & bahasa pd anak tunarungu. Gerakan2, suara yg diperkeras, berbicara, membaca ujaran, ejaan jari, bhs isyarat, membaca & menulis. Utk meningkatkan kom. 2 arah & mengembangkan potensi anak scr maksimal.
Intervensionis / Guru yg datang ke rumah, sebaiknya.... Suportif, memahami & menguatkan Ingat bahwa orangtua menginginkan yg terbaik bagi anak & keluarganya Menjadi sumber daya bagi keluarga Kenali anak