Anak Didik dalam Islam Pendidkan Agama islam Disusun Oleh Citra Anindita Pertiwi (165009041) Fitri Rahmawati (165009104) Sarif Hidayatuloh ( 165009076)
Pengertian Istilah murid dipahami sebagai orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan. Peserta didik dipahami sebagai pendidik menyayangi murid sebagaimana anaknya sendiri dan dalam hal ini faktor kasih sayang pendidik terhadap peserta didik dianggap kunci keberhasilan pendidikan. Adapun istilah peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir, istilah ini menekankan pentingnya peserta didik berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun......" (Q.S. An-Nahl: 78). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini, keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut;
Aspek paedagogis Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam hal ini manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya adalah tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dressur, artinya mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah
Aspek Sosiologis dan Kultural Aspek Sosiologis dan Kultural Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia harus memiliki tanggung jawab sosial (social responsibility) yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi) dan saling pengaruh mempengaruhi.
Aspek Tauhid Aspek tauhid ini adalah aspek yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang ber-Ketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religoius artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang ber-Ketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink yang disebut instink religious atau garizah Diniyah.
Keterbatasan Dan Kemungkinan Keberhasilan Pendidikan Peserta Didik lingkungan dan sarana pendidikan
Keterbatasan Dan Kemungkinan Keberhasilan Pendidikan Sebagai manusia biasa, pendidik memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah keterbatasan itu dapat ditolerir atau tidak. Keterbatasan yang dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, misalnya pendidik yang sangat ditakuti oleh peserta didik sehingga tidak mungkin peserta didik datang berhadapan dengannya. Pendidik yang tidak tahu apa yang akan menjadi isi interaksi dengan peserta didik, akan menjadikan kekosongan dan kebingungan dalam interaksi. Serta pendidik yang bermoral, termasuk yang tidak dapat ditolerir, karena pendidikan pada dasarnya adalah usaha yang dilandasi moral.
lingkungan dan sarana pendidikan Peserta didik peserta didik sebagai manusia memiliki perbedaan, dalam kemampuan, bakat, minat, motivasi, watak, ketahanan, semangat, dan sebagainya. Sehingga hal tersebut dapat membatasi kelangsungan hasil pendidikan, solusinya pendidik harus mencari metode-metode pembelajaran sehingga dapat berkembang seoptimal mungkin. lingkungan dan sarana pendidikan Lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas dan berlangsungnya usaha pendidikan. Lingkungan dan sarana yang tidak memadai, akan menghambat berlangsungnyaproses pendidikan. Disini pendidik harus lebih kreatif dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber proses pembelajaran.
Keutamaan Belajar Keutamaan Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat agung lagi mulia. Keutamaan ilmu dan orang yang menuntut ilmu sudah begitu jelas sebagaimana yang telah disebutkan, baik dalam Al-Quran maupun hadist nabi Di antara keutamaan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Dimudahkan jalannya menuju surga Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ “Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 84.)
Keutamaan Belajar 2. Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya 3. Mendapatkan pahala haji secara sempurna Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ “Barangsiapa yang pergi menuju masjid, dia tidak bermaksud kecuali untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka baginya pahala seperti berhaji secara sempurna.” (HR Ath-Thabrani, hadits ini dinilai hasan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 86.) 4. Kedudukannya seperti orang-orang yang berjihad di jalan Allah Di dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ “Barangsiapa keluar (dari rumahnya) dalam rangka menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.” (HR At-Tirmidzi, hadits ini dinilai hasan li ghairihi oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 88.)
Etika Belajar 1. Ikhlas dalam Belajar dan Mengajar Ikhlas wajib dilakukan setiap pribadi dalam melakukan ketaatan kepada AllohSubhanahuwata’alaTa’ala. Orang yang menuntut ilmu hendaknya memasang niat yang ikhlas, begitu juga dengan belajar dan mengajar, yang merupakan bagian dari peribadatan kepada AllohSubhanahuwata’alaTa’ala.Ikhlas dalam hal ini berarti bahwa mengajarkan mengharap ridhoAllohSubhanahuwata’ala. Alloh SubhanahhuWaTa’ala berfirman dalam surat azZumar ayat 11: قُلۡإِنِّيٓأُمِرۡتُأَنۡأَعۡبُدَٱللَّهَمُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ ١١ Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah AllohSubhanahuwata’ala dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Agama.Maksudnya Adalah sesungguhnya aku hanyalah diperintahkan untuk memurnikan ibadah kepada AllohSubhanahuwata’ala yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi –Nya.
Etika Belajar 2. Sabar dalam Belajar Mengajar Kata as-Shabru dari segi bahasa berarti mencegah dan menahan.Yaitu kedudukan tinggi yang tidak akan diraih kecuali oleh orang yang memiliki semangat tinggi dan jiwa yang suci. Sifat sabar ini bukanlah perkara yang mudahdicapai, melainkan butuh adaptasi dan latihan panjang sampai terbiasa terhadap hal itu dan akrab dengannya. 3. Bertanya Kepada Orang yang Lebih Mengetahui وَمَآأَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ إِلَّا رِجَالٗانُّوحِيٓإِلَيۡهِمۡۖفَسَۡٔلُوٓاْأَهۡلَٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٤٣ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”. (Surat an- Nahl: 43)
Terima Kasih!