PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSELING UNTUK ANAK TUNA NETRA
Advertisements

MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Masalah-masalah BELAJAR
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
IDENTIFIKASI & PENANGANAN ANAK BINA NETRA
Pendidikan Untuk Anak Tunagrahita Ringan
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Destina Puji Rahayu Friesca Aster Indah Indriyani Satria Suja Senotsa 4C4C.
FAKTOR MANUSIA.
PENJAS ADAPTED BAGI TUNAGRAHITA
LINGKUP KEPERAWATAN DEWASA
Materi Pertemuan 12 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
PENDIDIKAN TUNANETRA Oleh: Sumaryanti
MATERI KULIAH PENDIDIKAN INKLUSI
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Pengenalan & Pemahaman Masalah Anak
GPK : Mendukung Peran Guru di Kelas Reguler
Masa Kanak-Kanak Akhir/ Masa Sekolah
Media = Perantara/pengantar,
KONSEP KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU (KPP)
POKOK BAHASAN Pertemuan 5 Matakuliah: Psikologi Pendidikan Tahun: 2009.
Penentuan Nilai atau Grade
LINGKUP KEPERAWATAN DEWASA
PENDIDIKAN ANAK LUAR BIASA (PLB)
SLB-A (TUNANETRA) NAMA KELOMPOK : MEGA RAHAYU ( )
Mengenal TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Masalah-masalah dalam belajar
KESEHATAN MENTAL DI SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
PENGKAJIAN OFTALMIK.
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH GURU
PROGRAM PENGEMBANGAN KEKHUSUSAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU
Masalah-masalah BELAJAR
INTERAKSI MANUSIA & KOMPUTER
FAKTOR MANUSIA (2) (LANJUTAN) DOSEN. UTAMI DEWI WIDIANTI.
PERSEPSI PERTEMUAN 9.
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.Psi, Psi
KOMPUTER/MEDIA GRAFIS
TUMBANG PReNATAL, NEONATAL, BAYI
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNA RUNGU
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
KOMUNIKASI PADA KLIEN ANAK
Olivia Tjandra Waluya M. Si., Psi Fakultas Desain dan Industri Kreatif
MODEL KEPERAWATAN LANSIA
MEMILIH DAN MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR
SENSASI DAN PERSEPSI.
3 Keterampilan Dasar Bertanya
Materi pokok bimbingan konseling belajar
PENDIDIKAN ANAK LUAR BIASA (PLB)
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
Blindness (Gangguan Penglihatan)
Perkembangan anak Usia SD
KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR DALAM PEMBELAJARAN TERPADU
Peserta mampu bermitra dg masyarakat dlm : perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program imunisasi melalui komunikasi yg efektif dg memanfaatkan perangkat.
01 Minggu 5 Cerebral Palsy.
POLA ASUH ANAK. PERKEMBANGAN ANAK Faktor bawaan Anak Dewasa Pengaruh lingkungan (pola asuh keluarga)
Definisi Kebutaaan/Gangguan Penglihatan
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 5 Anggota :1.Roni Hermawan ( ) 2. Joko Sutrisno( ) 3. Ilvan Triyudha Pangestu( ) 4. Resti Nurmaya( )
PENDALAMAN MATERI IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK TUNANETRA
Transcript presentasi:

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA Citra Dewi, S.Psi., M.Psi., Psi

Definisi Gangguan Penglihatan Adanya kerusakan penglihatan, dimana walaupun sdh dilakukan perbaikan, msh mempengaruhi prestasi belajar (Mangunsong, 2009) Individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas (Somantri, 2006) Seseorang dinyatakan tuna netra jika setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap kemampuan visualnya, ternyata ketajaman visualnya tidak melebihi 20/200 atau setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap kemampuan visualnya ternyata pandangannya tidak melebihi 20 derajat (Hallahan, Kauffman & Pullen, 2012)

Jenis-jenis Gangguan Penglihatan 1. Buta (Buta akademis/ educationally blind) Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya= 0) Siswa yang tidak dapat lagi menggunakan penglihatannya untuk tujuan belajar huruf awas/ cetak. 2. Melihat sebagian/ kurang awas (Low vision/ the partially sighted) Anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya antara 20/70-20/200, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar. Anak yang mempunyai ketajaman penglihatan normal tetapi medan pandangan kurang dari 20 derajat, sehingga cara belajar utamanya dapat semaksimal mungkin menggunakan sisa penglihatan (visualnya)

Karakteristik anak dg gg. penglihatan Penglihatan samar-samar untuk jarak dekat atau jauh. Medan penglihatan yang terbatas, misalnya hanya jelas melihat tepi/ perifer atau sentral. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua bola mata. Tidak mampu membedakan warna Adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat. Banyak terjadi pada proses penuaan. Sensitif/ peka terhadap cahaya/ ruang terang (photophobic)

Etiologi Biasanya terjadi sejak masa pranatal, sebelum anak dilahirkan, pada proses kelahiran maupun pasca lahir. Jarang terjadi pada usia belasan. Faktor Internal: faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Misal: faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, infeksi (misal: campak jerman) yg dpt ditularkan oleh ibu saat janin masih dalam proses pembentukan di saat kehamilan.

Faktor eksternal: faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misal: kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus.

Proses Identifikasi Skrining Tanda2 dari gangguan pd mata Perilaku: Sulit dlm membaca/ melakukan sesuatu Memegang buku dekat ke mata Tdk dpt dg jelas melihat sesuatu pd jarak tertentu Memajukan kepala; juling Menggosok-gosok mata; sering mengedipkan mata Penampilan: mata merah, berair, dan bengkak spt radang Keluhan: mata trs panas & gatal; tdk dpt melihat dg jelas; pusing.

Program/layanan pendidikan di sekolah (1) Kelas Biasa/ Reguler : Guru kelas dibantu oleh konsultan/ guru khusus untuk menyiapkan materi dan pengajaran bagi siswa tunanetra Program Guru Kunjung : Siswa tunanetra berada dalam kelas biasa, tetapi juga mendapatkan latihan untuk pelajaran khusus, spt: ketrampilan mendengar atau menggunakan optacon. Program Ruang Sumber : Siswa tunanetra bersama teman sekelasnya menerima suatu pelajaran tapi pada saat tertentu menerima program tertentu dalam suatu ruangan khusus.

Program/layanan pendidikan di sekolah (2) Kelas Khusus Paruh Waktu: Siswa tunanetra turut berpartisipasi dg siswa lain dlm kelas biasa utk menerima pelajaran ttt. Kelas Khusus Penuh Waktu: Siswa berada di kelas khusus untuk menerima pelajaran. Sekolah Berasrama: Siswa berada dlm kelas & sekolah khusus namun ada kemungkinan bagi mereka utk berpartisipasi dg masyarakat atau mengikuti program sekolah privat yg ada di sekitarnya.

Pertimbangan2 Khusus dalam Pendidikan Braille  sarana/ sistem membaca & menulis yg lazim dipakai anak yg tidak dapat menggunakan matanya utk membaca. Pemanfaatan sisa penglihatan  anak tunantera dapat dilatih utk menggunakan kemampuan sisa penglihatan yg masih dimilikinya. Pemanfaatan kemampuan mendengar  anak2 diajarkan bagaimana cara mendengar yg efektif. Usahakan agar kelas berada dalam kondisi yg bebas dari gangguan suara.

Braille Disusun dari sekumpulan titik-titik timbul (sel) yg membentuk suatu formasi tertentu Unit dasar sistem penulisan Braille adalah sel (kumpulan titik) berbentuk segi empat yg berisi 1-6 titik. Perbedaan formasi titik-titik tsb, yg membedakan simbol huruf yg satu dg yg lain. Dua alat pokok utk penulisan Braille: mesin tik Braille dan alat tulis tangan Braille, yaitu Reglet-Stilus (slate-stylus).

Pemanfaatan sisa penglihatan Strategi untuk membantu anak tunanetra dalam membaca tulisan cetak awas, yaitu: Penggunaan buku2 yg memuat tulisan2 cetak besar. Penggunaan alat/ kaca pembesar atau alat audio visual lain (Hallahan, Kauffman & Pullen, 2012)

Kemampuan merawat diri sendiri, kemampuan menyesuaikan diri, serta ketrampilan sehari-hari lainnya Ketrampilan Berkomunikasi Orientasi dan mobilitas KURIKULUM Bimbingan Vokasional & Pendidikan Karir Stimulasi Penglihatan/ Sensoris

1. Kemampuan merawat diri sendiri, menyesuaikan diri & ketrampilan sehari2 lainnya. Siswa diajarkan agar lebih mampu merawat diri sendiri, juga cara duduk dan berdiri yang baik. Mengajarkan ketrampilan dasar dlm kehidupan sehari-hari agar siswa mampu mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Menanamkan ttg persamaan sbg makhluk Tuhan, sikap menghargai, kerjasama dan kenyataan bahwa mereka akan berhadapan dg masyarakat agar siswa mampu menampilkan sikap & pribadi yg wajar.

2. Orientasi dan Mobilitas Latihan utk menggunakan indra2 yg masih dimiliki utk mengenali lingkungan & bergerak secara leluasa dan aman, dg menggunakan alat atau cara2 tertentu. Mengenali posisi/ keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan serta hubungannya dengan obyek2 lain yg ada di lingkungan tsb. Bergerak atau berpindah tempat dari satu posisi/ tempat ke posisi/ tempat yg lain secara tepat, cepat dan aman.

Metode mobilitas utk anak tunanetra Bergerak berjalan dengan pendamping awas Bergerak/ berjalan sendiri tanpa alat bantu tongkat Bergerak/ berjalan sendiri dengan alat bantu tongkat Bergerak/ berjalan sendiri dengan bantuan anjing penuntun (guide dog) Mobilitas dg bantuan alat elektronik

3. Ketrampilan Berkomunikasi Kompensasi kurangnya penglihatan Mendengar dilatih Komunikasi Berbicara Membaca Dsr bahasa yg kuat dan ketrampilan mendengar yg baik Menulis

Alat bantu dlm berkomunikasi Reglet dan stilus Mesin tik Braille Papan huruf/ papan bacaan Tongkat putih Tape recorder & talking book Bahan cetak besar Alat bantu optikal Kurzweil “Reading Machine” Optacon

4. Bimbingan vokasional dan pendidikan karir Tujuan: menyiapkan mereka memasuki dunia kerja. 5. Stimulasi penglihatan/ sensoris Latihan kemampuan sensori (meliputi: pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan)  mengurangi keterbatasan  mengandalkan indra-indra yg masih dimiliki dlm berbagai aktivitas kehidupan.

Kemampuan pengindraan yg harus dilatihkan: Kemampuan mengenali (identifikasi) Kemampuan membedakan (diskriminasi) Kemampuan memverifikasi (memastikan kebenaran)

Pendidikan tunanetra di Indonesia Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB/ A) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Pendidikan Inklusif/ Sekolah terpadu

Dampak Tunanetra Perkemb. kognitif & kemampuan konseptual Perkembangan motorik serta mobilitas Perkembangan sosial