Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SEORANG ANAK LELAKI DENGAN KETERLAMBATAN MOTORIK KASAR
Advertisements

Bab 6 Demam.
Senam Hamil; Langkah bijak mempersiapkan persalinan
PENYAKIT TROPIS & INFEKSI I
KESEHATAN TENTANG DIARE.
ENCEPHALITIS.
Dr.Galuh Ramaningrum,Sp.A SMF Anak RS.Tugurejo
.. SUSPEK TYPOID ...
Palatum Kelompok : Devi Yunita Astuti Melda Kartika Ilham Rezki
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
Kasus SBI.
KELOMPOK 6 B ARUHUL AMINI INTEN NUR RASADINA LICY MAYA RAMADANI M.HABIB HIDAYAT NAZARRUDIN NUR NEFRI YOGI ERSANDI WELLY ELVANDARI.
Migrain.
STROKE (CVD).
KELOMPOK 9 KEPERAWATAN GERONTIK.
NURSING MANAGEMENT of FEBRIS CONVULSION
STUDI KASUS PENGKAJIAN FISIK
NURSING MANAGEMENT of HIDROCHEPALUS
Pendekatan diagnosis Demam pada anak
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR
Riwanti Estiasari, Darma Imran
ELEKTRO CONVULSIVE THERAPY
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
Distosia kelainan janin dan kelainan jalan lahir
ASKEP KLIEN DENGAN MASTOIDITIS
Jenis, Penyebab, Patofisiologi dan gambaran klinis pada ibu MASTITIS
EPILEPSI FARMAKOTERAPI II
Syok anafilaktik Nasman Puar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
ASKEP ANAK DENGAN FEBRIS KONVULSI
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
Idiopatik Diabetes Mellitus (DM)
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
INFEKSI NEONATAL.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
POLIOMYELITIS Oleh: Dewi Rini Astuti Zega, SST
KERACUNAN.
Sindrom Guillain–Barré
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
E P I L E P S I.
ASKEP EFUSI PLEURA KELOMPOK 7. ANALISA DATA NO.DATAMASALAH 1. DS : Klien mengatakan sesak DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping.
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ENCEPHALITIS.
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Gangguan pada sistem pencernaan
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM
ECT TERAPI KEJANG LISTRIK.
PELATIHAN RUTIN IV SYOK HIPOVOLEMIK & SINKOP
Baiq Reski Setiagarini
BRONKITIS OLEH : NINIS INDRIANI.
Asuhan Keperawatan Pada Ibu dengan Hipertensi dalam Kehamilan di RSUD Tarakan Kelompok 25 & 26.
DEMENSIA.
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA  ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi secara tiba-tiba, mulai dari hidung sampai gelembung.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN.
STROKE (CVD).
SISTEM SARAF KONVULSI FEBRIL
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
EPILEPSI DEFINISI : Gangguan paroksimal keatas fungsi otak yang mengakibatkan sawan yang bermula & berakhir dengan spontan.
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA  ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi secara tiba-tiba, mulai dari hidung sampai gelembung.
Migrain Without Aura; A New Definition
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Transcript presentasi:

Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An KEJANG DEMAM Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Definisi Merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas 38OC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam

Definisi Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Klasifikasi Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure) Febrile status epilepticus

1. Kejang demam Sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam

2. Kejang demam Kompleks Bangkitan kejang berlangsung lama > 15 menit. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Etiologi Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronchitis, dan infeksi saluran kemih

Patofisiologi Infeksi virus/bakteri yang mengakibatkan terjadinya inflamasi  hipertermi Terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron Terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran

Mengakibatkan terjadinya lepas muatan listrik Dengan bantuan neurotransmiter, lepas muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya Secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya Terjadilah kejang

Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, aktifitas otot meningkat  menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian merupakan faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.

Kejang dapat mengakibatkan hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur Mengakibatkan terjadinya gangguan peredaran darah  hipoksia meninggikan permeabilitas kapiler  timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari Serangan epilepsi yang spontan

Manifestasi klinik Umumnya kejang demam berlangsung singkat. Serangan kejang dapat berupa klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis

Diagnosis Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam

Pemeriksaan lumbal pungsi Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis. Pungsi lumbal dianjurkan pada: Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) Paresis nervus VI Papiledema

Prognosis Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

Prognosis Kemungkinan berulangnya kejang demam Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah : Riwayat kejang demam dalam keluarga Usia kurang dari 12 bulan Cepatnya kejang setelah demam

Prognosis Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%. sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Prognosis 3. Faktor risiko terjadi epilepsi Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama. Kejang demam kompleks Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Penatalaksanaan Penatalaksanaan saat kejang Untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua saat di rumah adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.

Penatalaksanaan Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit dan diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.

Penatalaksanaan Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.

Penatalaksanaan Pemberian obat pada saat demam Pemberian antipiretik Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan dengan dosis 10 –15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.

Penatalaksanaan Pemberian Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus. begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C

Pemberian obat rumatan Indikasi pemberian obat rumat Kejang lama > 15 menit Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. Kejang fokal

Pemberian obat rumatan Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang Pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang Tetap tenang dan tidak panik Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. Tetap bersama pasien selama kejang Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

Masalah Keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif Risiko cidera Risiko aspirasi Cemas orang tua/keluarga

Terima Kasih