Juornal Reading Motorcycle- Related Traumatic Brain Injuries: Helmet Use and Treatment Outcome GEMALA 1410221089
Abstrak Ringkasan Seiiring meningkatnya pemakian sepeda motor di negara berkembang, kejadian cedera kepala traumatik akibat kecelakaan sepeda motor juga meningkat. Hanya satu alat yang dapat melindungi pengendara dari cedera kepala traumatik yaitu helm. Objektif Tujuannya untuk menetukan treatment outcome pada pasien cedera otak taumatik dari kecelakaan sepeda motor dan tingkat penggunaan helm. Metode Merupakan penelitian prospective dengan menggunakan cross sectional pada pasien cedera otak traumatik terkait sepeda motor yang ditangani di rumah sakit peneliti dari tahun 2010-2014. Pasien dikelola sesuai protokol cedera otak traumatis yang ada pada center tersebut, data ini dikumpulkan dari IGD, ICU, bangsal, dan rawat jalan. Lalu data dianalisi menggunakan enironmental performance index (EPI) info 7 software. Hasil 96 pasien yang diteliti, 87 pria, 9 orang wanita. Dengan jumpal pengendara 65 orang, dan hanya 1 orang yang menggunakan helm. Mayoritas berusia antara 20-40 tahun. 53 pasien mengalami cedera otak ringan, dengan outcome sebesar 84,35% dan tingkat mortalitasnya 12,5%. Tingkat keparahan cidera mempengaruhi outcome secara signifikan. Kesimpulan Pada penelitian ini memnunjukan bahwa helm, digunakan pengendara sepeda motor mendekati nol, sehinggal hasil tersebut berkaitan dengan keparahan cidera.
Pengantar Meningkatnya penggunaan sepeda mototr sebagai transportasi umum pada negara yang berkembang, menyebabkan meledaknya jumlah mereka pada negara tersebut. Meningkatnya sepeda motor berhubungan dengan meningkatnya kecelakaan sepeda motor. Tiap mil perjalanan , pengendara sepeda motor memiliki risiko lebih tinggi 34 kali lipat dari kematian pada kecelakaan dibandingkan dengan orang yang mengemudi kendaraan lain dan 8 kali lebih mungkin terluka. Terkait penggunaan helm mengurangi cedera otak traumatis pada pengendara. Kami melakukan penelitian sepeda motor terkait cedera otak traumatis pada pasien di pusat kami, pada periode lebih dari 3 setengah tahun.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian prospective, descriptive, dan croess sectional pada sepeda motor terkait cedera otak traumatik pada pasien yang di tatalaksana pada pusat kami dari agustus 2010 sampai januari 2014. pasien ditangani sesuai dengan protokol cedera otak traumatik pada pusat peneliti. Protokol peneliti : pasien ditangani di Emegency menggunakan protokol ATLS (primary dan secondary survey) pada primary survey, pasien dilakukan resusitasi memastikan patensi jalan nafas dan satirasi oksigen diatas 95%, peneliti menggunakan cairan normal untuk mempertahankan volume darah bertujuan menjaga volume tetap euvolumia dan normotension. Peneliti memberikan analgesik adekuat, obat antiepileptic pada kejang post traumatic , dan memberikan chlorpromazine. Pemeriksaan cepat untuk mengetahui adanya cedera organ lain yang bisa mengancam kehidupan pasien. Dilakukan penilaian skor GCS pasien post resusitasi.
Pasien dengan cedera traumatik berat dirawat di ICU semntara yang mnegalami cedera otak traumatik ringan – sedang di rawat di bangsal. Pasien dengan lesi CT scan yang tidak membutuhkan pembedahan dan pasien yang tidak mampu melakukan CT scan dikelola secara non operative. Pasien dengan lesi yang membutuhkan pembedahan seperti ekstradural, subdural, dan intracerebral hematom / kontusio, dan fraktur kompresi kranial dilakukan pmebedahan. Prosedur bedah termasuk kraniotomi untuk ekstradural akut, subdural akut, dan intraserebral hematom/ kontusio, dengan burr hole, sedangkan kraniektomi dengan pergantian fragmen tulang pada fraktur kompresi kranium Data dikumpulkan terdiri dari biodata, posisi pasien saat kecelakaan baik pengendara, penumpang, atau pesepedah.menggunakan helm atau tidak saat terjadi kecelakaan, tingkat keparahan cedera ( menggunakan glasgow Outcome score) Dengan menggunakan EPI, “ frequency gadget digunakan untuk menganalisis jenis kelamin, penggunaan helm, keparahan cedera, mode of treatment. Dengan menggunakan “mean gadget” untuk menentukan rata- rata usia pasien, lalu “MxN/2x2 tabel” digunakan untuk menganalisa efek keparahan cedera terhadap outcome. P , 0,05 dianggap signifikan.
Total 96 pasien yang diteliti HASIL 65 pengendara motor 22 sebagai penumpang 9 pesepedah Total 96 pasien yang diteliti 87 laki-laki 9 wanita Dari 87 pengedara dan penumpang, 86 tidak menggunakan helm saat terjadi kecelakaan. Dan hanya satu pasien yang menggunakan helm.
53 pasien mengalami cedera ringan 23 pasien mengalami cedera berat 29 pasien dengan cedera sedang Keparahan cedera Secara keseluruhan fungtional outcome yang menguntungkan adalah 84,38%, favorable outcome pada cedera kepala berat mencapai 52,17%. Keparahan cedera secra signifikan mempengaruhi hasil
DISKUSI Dari 86 driver / penumpang, hanya satu pasien (1,16%) mengenakan helm. Nwadiaro et al. [14] dalam studi mereka di utara-tengah Nigeria ditemukan 100% tidak menggunakan helm. Arosanyin et al. [18] in Zaria, Nigeria, found 16% helmet use in their study. In Ilorin, Nigeria, Arosanyin [19] found 13.5% helmet use Menurut peneliti Alasan yang mereka temukan adalah biaya akuisisi dan lemahnya penegakan hukum penggunaan helm. Dalam Iribhogbe dan Odai [20] studi, mereka menemukan bahwa banyak pengendara sepeda motor mengeluhkan biaya helm sementara banyak memiliki helm tapi menolak untuk memakainya karena "ketidaknyamanan.“ mesikupin terdapat bukti bahwa penggunaan helm dapat mencegah cedera kepala
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penggunaan helm menurunkan tingkat kematian keseluruhan crash sepeda motor saat yang membandingkan helm dengan pasien nonhelmeted Fakta bahwa hanya pasien yang menggunakan helm dalam penelitian kami yang memiliki cedera kepala berat. cedera kepala telah ditemukan menjadi penyebab utama kematian bahkan dalam pengendara helm. Ini juga telah menyimpulkan bahwa helm dan peralatan keselamatan lainnya menunjukkan manfaat dalam mengurangi kematian atau cedera serius. Diantara pasien dengan cedera kepala ringan pada penelitian, didadapatkan favorable outcome 94,34% dan tingkat kematian 3,77%. Memiliki hasil yang sama seperti penelitian jacob et al dari 2784 pasien dengan cedera kepala ringan memiliki favorable outcome 87% dan tingkat kematian 2%. Dan pada cedera kepala berat favorable outcome 52,17% dan tingkat kematian 39,13%. Pada penelitian ini terkait keparah cedera memiliki hasil yang signifikan dengan nilai p : 0,0002
Pada penelitian ini, hubungan antara lesi intrakranial dengan dengan outcome tidak signifikan Begitu juga pada penelitian yang dilakukan Rudehill. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Nelson et al pada 890 CT scan didapatkan bahwa extradural hematom dapat memprediksi outcome Pada penelitian ini pasien dengan extradural hematom memiliki 100% favorable outcome. Sebaliknya, pasien dengan hematoma subdural memiliki favorable outcome 63,64% dan mortalitas 27,72%. Pada hematoma subdural, dampaknya lebih parah dibandingkan dengan hematoma ekstradural, dan cedera parenkim yang berhubungan dengan hematoma subdural memainkan peran utama dalam penentuan outcome
Hampir seluruh pengendara sepedah motor tidak menggunakan helm KESIMPULAN Hampir seluruh pengendara sepedah motor tidak menggunakan helm Pada penelitian ini juga ditemukan secara signifikan keterkaitan keparah cedera Pasien dengan extradural hematome memiliki outcome yang lebih baik daibandingkan dengan subdural hematom
Tinjauan Pustaka Cedera Kepala
(Brain injury association of America) CEDERA KEPALA Suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital atupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. (Brain injury association of America) Dewasa muda kecelakaan kendaraan Orang tua jatuh Pria lebih sering daripada wanita 2:1
KLASIFIKASI Cedera tumpul Mekanisme Cedera Cedera tembus Cedera kepala ringan CEDERA KEPALA Beratnya Cedera Cedera kepala sedang Cedera kepala berat Fraktur kranium Cedera difus Morfologi Perdarahan Kontusio
MEKANISME CEDERA Cedera tumpul Cedera tembus
PERDARAHAN INTRAKRANIAL PERDARAHAN EPIDURAL PERDARAHAN SUBDURAL PERDARAHAN INTRASEREBRAL
PERDARAHAN EPIDURAL Pengumpulan darah diantara tabula interna dan duramater (ruang epidural) Fraktur linier laserasi A. meningea media (tersering) atau vena Bikonveks atau cembung Gejala klinis khas : interval lucid Gejala sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, pupil mata anisokor, yaitu pupil ipsilateral melebar, hemiparesa kontralateral.
PERDARAHAN SUBDURAL Perdarahan yang mengumpul diantara duramater dan arachnoid (ruang subdural) Robekan pembuluh darah/ vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. Biasanya mengikuti dan menutupi hemisfer otak Gejala: sakit kepala, mual, muntah, papiledema, pupil anisokor, sampai penurunan kesadaran.
PERDARAHAN INTRASEREBRAL Pengumpulan darah fokal diakibatkan oleh cedera regangan atau robekan pembuluh-pembuluh darah intraparenkimal otak. Kebanyakan dihubungkan dengan kontusio serebri Gejala defisit neurologis, sakit kepala, muntah, papiledema
BERATNYA CEDERA GCS SCORE GCS 13-15 Cedera Kepala Ringan (CKR) GCS 9-12 Cedera Kepala Sedang (CKS) GCS ≤8 Cedera Kepala Berat (CKB)
DIAGNOSTIK Pemeriksaan laboratorium (darah rutin, GDS, analisa gas darah, elektrolit, dll) Pemeriksaan Radiologi (rontgen kepala, CT scan)
INDIKASI CT SCAN Penurunan kesadaran (CKS, CKB) Defisit neurologis dan lateralisasi Luka tembak, bacok pada kepala Dirawat 1 hari tidak ada perbaikan GCS Trauma dengan nyeri kepala,muntah, bradikardi, dll yang tidak membaik
INDIKASI CT SCAN PADA CKR CT Scan diperlukan pada cedera otak ringan (antara lain : adanya riwayat pingsan, amnesia, disorientasi dengan GCS 13-15) dan pada keadaan berikut : Faktor resiko tinggi perlu tindakan bedah saraf Faktor resiko sedang perlu tindakan bedah saraf Nilai GCS < 15 2 jam setelah cedera Amnesia sesudah cedera (> 30menit) Dicurigai ada fraktur depress atau terbuka Mekanisme cedera berbahaya (mis : pejalan kaki tertabrak kendaraan bermotor, penumpang terlempar dari kendaraannya, jatuh dari ketinggian >3 kaki atau 5 anak tangga Adanya tanda-tanda fraktur dasar tulang tengkorak (mis : raccoon sign,rinorhea dan otorhea, battle sign) Muntah ( > 2x episode) Usia > 65 tahun
PENATALAKSANAAN
PRIMARY SURVEY AIRWAY A Periksa jalan nafas jika ada obstruksi atau benda asing, pasang endotracheal Tube (ETT) atau pipa orofaring, suction B BREATHING Perhatikan laju dan dalam respirasinya, bila tidak mampu respirasi normal berikan oksigen C CIRCULATION Periksa warna kulit, capillary refill time, tekanan darah dan denyut nadi D DISABILITY Periksa GCS dan refleks pupil EXPOSURE Lepaskan pakaian mencari cedera lain yang mungkin ada, dengan log roll E
SECONDARY SURVEY Pemeriksaan ulang TTV Pemeriksaan Head To toe
Terimakasih