KEMISKINAN
Kemiskinan Ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan, Mengapa ? Kemiskinan dialami oleh semua negara di dunia Permasalahan klasik di negara miskin: pertumbuhan versus distribusi pendapatan Penyebaran kemiskinan tidak merata di NSB Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan distribusi pendapatan.
Masalah Strategis Kependudukan 3 Penyediaan Lapangan Kerja Memberikan Kesempatan Pendidikan Meningkatkan Kesehatan Menambah Kesejahteraan Penduduk 77 % unskilled 53 % partisipasi anak usia sekolah Rawan pangan & kurang gizi 16,6 % Penduduk miskin
A P A ?? Kemiskinan absolut: diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu Didasarkan pada konsumsi, terdiri dari dua elemen: Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi Garis kemiskinan (poverty line): Rp/kapita/bulan Desa vs kota
A P A ?? Kemiskinan absolut: Kemiskinan relatif: Kemiskinan struktural diidentifikasikan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu Didasarkan pada konsumsi, terdiri dari dua elemen: Pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya Jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi Garis kemiskinan (poverty line): Rp/kapita/bulan Desa vs kota Kemiskinan relatif: pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan Dibandingkan lingkungan di mana tinggal Kemiskinan struktural Kemiskinan kultural
bagaimana: KEMISKINAN ABSOLUT DAN RELATIF kasus DI DIY SUSENAS tahun 1984 dan 1987 Pendapatan rata-rata per kapita di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di atas garis batas kemiskinan Secara relatif penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta masih ada yang miskin Lihat Tabel 2 dan 3 (di Microsoft Word)
GARIS KEMISKINAN Tabel 2 Pendapatan Rata-rata per kapita di daerah Istimewa Yogyakarta 1984 - 1987 Daerah 1984 1987 Y Y* Kriteria Desa Rp. 12.952 Rp. 7.746 Tidak miskin Rp. 19.879 Rp. 10.294 Kota Rp. 25.290 Rp. 13.731 Rp. 28.978 Rp. 17.318 Catatan : Y = pendapatan rata-rata per kapita Y* = pendapatan minimum kriteria gairs kemiskinan
SEBERAPA BESAR TINGKAT KEMISKINAN TERJADI? Menggunakan cara Headcount Index: menghitung jumlah miskin sebagai proporsi dari populasi Diperbaiki dengan cara Poverty Gap: menghitung transfer yang akan membawa pendapatan setiap penduduk miskin hingga tingkat di atas garis kemiskinan
KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 1976 - 2001 Selama periode 1976 sampai 2001, telah terjadi peningkatan batas garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Perkembangan terakhir kondisi kemiskinan ( tahun 2002) adalah sebesar 38,4 juta jiwa (18,2%) dengan presentase penduduk miskin perkotaan sebesar 14,5% dan di perdesaan sebesar 21,1%.
TREND DALAM INDIKATOR KEMISKINAN: 1969-2001 Menurut BPS ada suatu penurunan yang berkesinambungan dalam persentase populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan, baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan, di Indonesia sejak tahun 1976. Kendati demikian, populasi perkotaan berkembang lebih cepat dibanding populasi pedesaan, sehingga penurunan dalam jumlah absolut kemiskinan jauh lebih lambat dari total kaum miskin tahun 1987. Terdapat dua alasan utama mengapa penurunan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan yang berkesinambungan cukup cepat (Booth, 1992). Pertama, ketidakseimbangan dalam kawasan pedesaan menurun antara tahun 1981 dan 1987. Kedua, garis kemiskinan pedesaan yang ditetapkan oleh BPS dalam kenyataan bertambah lebih lambat antara tahun 1981 dan 1987 dibanding indeks harga pedesaan yang digunakan. Hal ini merefleksikan fakta bahwa harga bahan makanan pokok, khususnya beras, meningkat kurang cepat sejak tahun 1981 dibandingkan dengan harga-harga lainnya.
Studi yang dilakukan oleh Sumarto (2002) dari SMERU Research Institute berdasarkan survei yang dilakukan atas 100 desa selama periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999. Hasil studinya menemukan bahwa: n • Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan. Artinya, ketika perekonomian tumbuh, kemiskinan berkurang; namun ketika perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan, kemiskinan meningkat lagi. n • Pertumbuhan tidak mengurangi kemiskinan secara permanen. Walaupun terjadi pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis, banyak masyarakat yang tetap rentan terhadap kemiskinan. n • Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan. Sehingga pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan. n • Walaupun terjadi pertumbuhan dalam jangka panjang, namun tidak mengurangi kemiskinan secara permanen. Sejumlah besar masyarakat tetap rentan terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, manajemen kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan. n • Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan. Sehingga sangat penting untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan. n • Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan, merangsang pertumbuhan, dan mengurangi kemiskinan.
Persentase Individu yang Hidup dalam Kemiskinan, 1997 dan 2000 Berdasarkan IFLS 2 dan IFLS3 Hasil studi dengan IFLS menunjukkan bukti bahwa selama tiga tahun (periode tahun 1997 sampai dengan akhir tahun 2000) tingkat kemiskinan sedikit menurun namun tidak signifikan, dari 17,4% menjadi 15,5% walaupun terdapat perbedaan antar provinsi dan antar daerah perkotaan dan pedesaan. Jika melihat peningkatan kemiskinan yang besar dan signifikan menjadi 27% yang terjadi antara tahun 1997 sampai akhir tahun 1998, hal ini menunjukkan kembalinya tingkat kemiskinan.
Median Pengeluaran Perkapita (Rp), 1997 dan 2000 Berdasarkan IFLS2 dan IFLS3 Sejalan dengan pergerakan kemiskinan, pendapatan riil meningkat pada sebagian besar masyarakat namun dengan tingkat yang tidak signifikan. Pendapatan median meningkat hampir 6% secara nasional.
Transisi ke dalam/ke luar Kemiskinan, 1997 dan 2000 Berdasarkan IFLS2 dan IFLS3 Gambar di atas menunjukkan pergerakan jumlah masyarakat yang masuk dan ke luar dari kemiskinan. Terlihat bahwa lebih dari setengah masyarakat yang termasuk dalam golongan miskin pada tahun 1997, tidak lagi termasuk dalam kelompok miskin pada tahun 2000 dan hampir separuh yang termasuk dalam golongan miskin pada tahun 2000, justru tidak termasuk dalam golongan miskin pada tahun 1997. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan pergerakan ke luar kemiskinan dari tahun 1997 sampai tahun 2000. Ditemukan juga bahwa penduduk yang tinggal di pedesaan umumnya lebih miskin.
Perkembangan Arah Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI (TA. 1993/1994 s.d. 1998/1999)
D E S A I N P2KP
PENYEBAB KEMISKINAN Menurut Sharp, et.al (1996 : h 173-191) Ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya Perbedaan kualitas sumber daya manusia Perbedaan dalam akses modal
ALTERNATIF SOLUSI Mobilisasi tenaga kerja yang belum didayagunakan agar terjadi pembentukan modal Transfer sumber daya pertanian ke industri melalui mekanisme pasar Sektor pertanian berbasis teknologi menjadi sektor yang memimpin