Communication & Counseling Techniques CHAPTER 9 Communication & Counseling Techniques JEHAN JESSYCA NATALIE ONGGO REZKY OKABE
Succes Game → coach ability to communicate
The Need for Dialogue Players Assistant Coaches Other Coaches Parents
The Need for Dialogue Referees Teacher Supervisor The Media : Don’t be baited Don’t use jargon Don’t forget you’re always on
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport I. Thou Shalt Be Honest Coach → Credibility Promise that later cannot be kept Contoh kasus: halaman 281
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport II. Thou Shalt Not Be Defensive Succesful Coach → open to a new idea and receptive feedback on their own performance Be an active listener Get assistance from assistants → receive input
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport III. Thou Shalt Be Consistent Inconsistency → mengancurkan rasa percaya atlit
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport IV. Thou Shalt Be Empathetic Do not → attack athete’s character Be → Sensitive to the feeling of others Do not → peers to become verbally destructive toward one another
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport V. Thou Shalt Not Be Sarcastic Haim Ginott (1972) → adult who use sarcasm remarks erect a sound barrier to effective communication with children & athletes Sarcasm DESTROY self confidence & esteem
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport VI. Thou Shalt Praise and Critisize Behavior, Not Personality Why? → realistic information & judgment Should be avoided : Personally-based praise “you are a great guy” Judgemental praise “the best”
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport VI. Thou Shalt Praise and Critisize Behavior, Not Personality Sandwich Approach Constructive Critism → not threatening
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport VII. Thou Shalt Respect The Integrity of Others Respect → athletes feeling, opinion, privacy & individual differences Expressing Anger : On spesific behavior Second strategy after anger
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport VIII. Thou Shalt Use Positive Nonverbal Cues Mortens mengklasifikasikan komunikasi nonverbal menjadi 6 kategori: Body motion Physical characteristics Touching behavior Voice characteristics Body position Eye contact
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport IX. Thou Shalt Teach Skills Komunikasikan tujuan Contohkan keterampilan Mengurangi jumlah informasi, memberikan waktu bagi atlet (melatih mental, rencana, dan review kinerja) Membiarkan atlet mempelajari keterampilan dan strateginya pada saat latihan Memberikan feedback atas kinerja atlet
The Ten Commandments of Effective Communication in Sport X. Thou Shalt Interact Consistenly With All Team Members Pelatih “keep in touch” dengan para member tim secara teratur/konsisten untuk: Menyadari kekuatan dan kelemahan atlet Menunjukkan cara/strategi yang telah menjadikan atlet lebih baik Mengakui keterampilan khusus atlet Mengingatkan atlet akan keterampilan yang harus ditingkatkan Memberikan pujian kepada atlet
Approaching the Coach Pemain dapat terintimidasi dan tidak yakin akan diri mereka ketika ia membicarakan tentang kebutuhan mereka kepada pelatih. The Athlete-Coach Interview Make an appointment to see the coach Plan an agenda Be on time for your appointment Dress neatly and appropriately Take notes Plan warm-up strategies Make the opening statement positive Use “I” statements; avoid “you” statements Give specific, behavioral examples when making your point Be agreeable Verbally review agreements or plans Remember the “recency effect” Keep your conference confidential Have reasonable expectations about the meeting’s outcome
Approaching the Coach Written feedback Keuntungan menggunakan feedback sheet: Pelatih bisa mendapatkan masukan pemain mana saja yang dapat digunakan setiap saat Atlet dapat lebih melampiaskan perasaan mereka Atlet dapat lebih terbuka dan jujur Atlet dapat lebih leluasa menjawab pertanyaan Atlet dapat lebih mengungkapkan apa yang mereka pikir dan rasakan
The Ten Commandments of Effective Communication for Game Officials Keep calm Treat participants with respect Use positive nonverbal cues Listen actively Explain decisions about infractions Do not embarass others Criticize behavior, not character Selectively ignore comments Avoid sarcasm Let “them” have the last word
Communication Techniques in Counseling Athletes Pelatih yang sukses akan menasehati pemain setiap waktu. Pelatih memberikan bimbingan untuk para pemain tentang pembuatan keputusan yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan tim, mendengarkan masalah pribadi atlet, dan memberikan nasihat tentang alternatif mana yang sebaiknya atlet pilih.
What is Counseling? Konseling adalah proses – jangka panjang – yang melibatkan penanggapan akan sikap, perasaan, dan perilau atlet. Tugas konselor (pelatih) adalah: Mengumpulkan informasi Membantu atlet memecahkan masalah Memberikan informasi atau nasihat Peran pelatih adalah untuk membantu atlet merasa aman pada saat mengungkapkan perasaan pribadinya dan persepsinya tanpa harus mempertaruhkan risiko (harga diri atau partisipasi atlet dalam tim).
What is Mentoring? Tidak seperti konseling atlet, mentoring > berbagi nilai, kekuatan, kompetensi, dan sebagainya.
The Need to Counsel Athletes Atlet sering membutuhkan bantuan dalam hal manajemen waktu dan keterampilan belajar. Karena atlet harus sekolah dan tetap latihan > mengakibatkan konsetrasi, kinerja olahraga, dan pengejaran akademik. Peran pelatih adalah untuk mempersiapkan atlet secara akademis dan psikologis dalam kehidupan.
The Need for Team Counseling Konseling tim dilakukan untuk menangani masalah pribadi dan masalah hubungan antar anggota. Pemain yang tidak bahagia adalah pemain yang tidak termotivasi dan tidak efektif. Tujuan utama konseling tim adalah untuk memfasilitasi diskusi secara individu atau kelompok untuk menghadapi dan menangani masalah.
Fundamental Counseling Skills for the Coach Konselor yang efektif adalah, jika memiliki kemampuan untuk: Listening Showing concern Being supportive Being honest Respecting privacy
The Microskills Approach to Counseling Microskills approach → konseling yang efektif perlu menggunakan teknik tertentu dalam jenis yang lebih luas dari keterampilan Keterampilan tersebut adalah attending behaviors (listening) dan influencing behaviors (speaking)
Attending behaviors → eye contact, body language, verbal Influencing behaviors → melibatkan pelatih dalam pertumbuhan atau perubahan atlet. Pelatih cenderung harus lebih mendengarkan dan menyediakan pertukaran komunikasi lisan, jika ia ingin mempengaruhi perubahan perilaku atlet
Attending Behaviors Strategies Hackney & Nye (1973) mengidentifikasi tiga kategori pola komunikasi yang salah: Underpaticipation Overparticipation Distracting participation
Underparticipators memiliki citra ketidakamanan, ketidakmampuan, atau keduanya Hal ini mengurangi kepercayaan atlet terhadap pelatih Penyebab utama underparticipation mungkin diakibatkan oleh ketakutan pelatih untuk terlibat dengan pemain atau topik tertentu
Overparticipators dapat menutupi kecemasan mereka, seperti pada orang yang selalu harus menjadi pusat perhatian dan selalu berbicara atau melucu Pelatih yang overparticipate biasanya menghadapi atlet dengan langsung to the point ke kesimpulan dengan sedikit memikirkan perasaan atlet
Distracting participator merespon berlebihan terhadap isu-isu yang tidak relevan, terkadang dengan tawa keras Isu-isu yang relevan mungkin tidak pernah dibahas karena takut percakapan menjadi ‘terlalu serius’ Mengalihkan pembicaraan agar isu-isu utama tidak dibahas
Coach counseling harus sampai ke intisari dan membahas topik sampai penutupan tercapai Pelatih tentunya ingin didekati sehingga mereka dapat mempengaruhi emosi dan tindakan atlet Untuk mendorong keterbukaan dan kejujuran, pelatih yang efektif menggunakan beberapa strategi berikut: facial animation, good eye contact, soft tone of voice, occasional smiling, moderate rate of speech, and occasional use of minimal verbal reinforces
Proper Strategies for Influencing Behavior Influencing behavior → tujuannya untuk pelatih dapat membuat respon verbal yang tepat Keterampilan konseling yang akan dibahas adalah responding Terdapat dua jenis responding, yaitu responding to content dan responding to feelings
Responding to content berarti pelatih berkomunikasi untuk memahami pengalaman atlet Hal ini melibatkan membayangka dunia orang lain seolah-olah pelatih adalah atlet Pelatih harus dapat memfasilitasi pemahaman empati dengan mendorong atlet untuk lebih spesifik tentang pengalaman atau perasaan, dan dengan tidak menunjukkan sikap pribadi kepada atlet
Atlet dapat mengekspresikan perasaan mereka secara langsung melalui pemilihan kata atau tidak langsung oleh nada suara, dengan menggambarkan situasi tanpa menyatakan perasaan mereka, atau dengan mimik wajah dan tubuh Apapun bentuk ekspresi mereka, peran pelatih adalah untuk menanggapi perasaan yang mendasari atlet
Counseling Techniques for the Coach-Athlete Interview Ivey (1983) memaparkan tiga strategi yang biasa digunakan dalam konseling olahraga: Asking the right question Confronting Summarizing
Asking the Right Question Teknik bertanya yang efektif mendorong klien untuk berbicara lebih bebas dan terbuka Pertanyaan dapat berfungsi untuk berbagai macam: Membantu untuk memulai wawancara Membantu atlet menguraikan masalah Membantu untuk memberi contoh konkrit terhadap perasaan atlet Memberi diagnosis dan penilaian masalah
Berbagai jenis pertanyaan memiliki tujuan berbeda-beda Yang penting adalah mengajukan pertanyaan secara selektif dan dengan cara yang tidak mengancam Terdapat dua jenis pertanyaan, open dan closed
Strategi bertanya memiliki keterbatasan tertentu, terutama bila digunakan oleh konselor yang belum terlatih Masalah yang harus dihindari: Memberi pertanyaan yang ‘bombardir’ Mengajukan pertanyaan sebagai pernyataan Bertanya ‘kenapa’ secara berlebihan dari yang diperlukan
Confrontation Konfrontasi harus digunakan sangat hati-hati Konfrontasi → teknik yang memungkinkan klien untuk memahami isu-isu yang lebih jelas tanpa merasa stres dan bersalah Biasanya diterapkan untuk mengatasi individu yang defensif Konfrontasi yang efektif harus menggunakan pertanyaan, reflektif, dan feedback
Techniques for Confrontation Mengidentifikasi keganjilan yang jelas dengan mengarahkan atlet untuk konfrontasi diri Menarik konflik secara spesifik dengan menggunakan keterampilan bertanya Meringkas dimensi yang berbeda dari ‘perbedaan- perbedaan’ secara berkala Memberi feedback dengan pendapat dan pengamatan tentang ‘perbedaan’
Summarization Summarization → teknik untuk menyimpulkan kata-kata, perilaku, dan perasaan klien, kemudian disampaikan kepada kliem dalam bentuk garis besar Tujuannya untuk meninjau isi percakapan, klarifikasi isu-isu, dan menyesuaikan pesan-pesan atlet Summarization dapat digunakan di awal dan di akhir sesi wawancara
Short-Term Team Counseling Konseling tim melibatkan pertemuan dalam kelompok yang relatif kecil untuk berbagi permasalahan Konseling tim tidak melibatkan isu-isu individu atau pribadi Trik menggunakan konseling tim adalah sebagai konstruktif yang dapat menangani isu-isu secara positif dan diselesaikan untuk kepuasan semua anggota tim
The Short-Term Counseling Process Jika tujuan pertemuan tim adalah untuk berbagi perasaan, mendiskusikan masalah, menawarkan pendapat, dan pertukaran informasi, maka peserta harus merasa aman dalam lingkungan pertemuan Dialog kelompok terbuka berarti bahwa pendapat dari setiap anggota kelompok harus ditoleransi dan dikomunikasikan tanpa penilaian, atau tuduhan Konseling kelompok memiliki dua peran, yaitu mengungkap dan mengeksplorasi perasaan anggota kelompok dalam suasana terbuka, dan mendukung para peserta yang membutuhkan bantuan mengatasi keadaan mereka saat ini
Planning the Group Meeting For whom is the meeting intended? What’s there to discuss? Be prepared to be put on the spot What is the role of team captains?
Implementing the Meeting The meeting’s purpose Expectation of the meeting Establishing the ground rules The meeting’s verbal content Closing the session After the session
Review
THANKYOU ☺