HERMENEUTIKA Oleh : Zainul adzvar
Perkembangan Hermeneutika, sebagai teori Kritis berkenaan dengan “hukum sejarah” marxis. Pertama, Materialisme Hegelian = materialisme historis direvisi dengan jalan mengambil semangat Hegelian. Beda dengan Materialisme marx.
Ciri Materialisme Hegelian 1. Pengetahuan ditentukan oleh zeitgeist. 2. Kontradiksi tersebut berakar pada hubungan produksi / etos kapitalis. Karenanya muncul “reifikasi” (lukacs), keterasingan hasil kerja dikembangkan jadi “keterasingan epistemologis” depend alienation in an emerging “late” capitalism berkaitan dengan proses orang “mengetahui”. Terjadi intensifikasi keterasingan– dari keterasingan kerja (do) ke ketarasingan epistemologis.
Kant ada kategori transendental lewat imperatifnya. Hegel Pengetahuan tidak hanya ditentukan kategori a priori saja, melainkan “semangat zaman” zeitgeist –totalitas kontradiktif suatu zaman, pengetahuan sudah terdampar disana. The term Hegelian has many meanings when applied to positions in the human sciences.
Kedua, Dialektika Pencerahan Materialisme Hegelian Pencerahan, sebab dialektika tersebut diarahkan pada rasionalitas dalam artian enlightment (baca: bukan renaisance) Pendekatan Marxisme memang dialektis, tapi tidak “cerah” Pendekatan Idealis memang pencerahan, tapi tidak dialektis.
Hermeneutika dialektis = Hermeneutika + Materialisme Hegelian Teori Kritis mengadopsi Hermeneutika dimaksudkan untuk melindungi diri dari bahaya pendekatan positifistik.
Karenanya, tugas Hermeneutika membaca atau menafsirkan agar dapat memahami “the meaningfulness of historical structures” Ia menangkap zeitgeist dengan memperhitungkan kaitan ekonomi, politik dan munculnya zeitgeist. Ia memeriksa semangat suatu zaman melalui jejak-jejak yang ditinggalkan terutama Teks
Posisi Hermeneutika sebagai bagian dari usaha untuk melakukan building theory bagi munculnya teori kritis Pengetahuan Kristis menghasilkan Pengetahuan Sejarah atau sosial atau kultural dalam bentuk “kritis-hermeneutis”
Hermeneutis, sebab Pengetahuan mencakup nilai yang mandiri. Kritis, sebab Pengetahuan tentang obyek sosial harus ditempatkan dalam konteks Sejarah, Fakta bukan sebuah fakta yang tertutup, melainkan fakta dalam gerak sejarah dialektik. Hermeneutis, sebab Pengetahuan mencakup nilai yang mandiri. Pengetahuan / Teori tidak dirumuskan dalam kategori-kategori positifistik, melainkan Hermeneutis.
Hermeneutika dan Persoalan Subyek - Obyek Jaminan agar Pengetahuan tetap Kritis adalah mempertahankan “jarak” antara Subyek dan Obyek, Ini bukan berarti menghapus “jarak” tersebut. Sebab, ketika akan “memahami” ada Prejudice (ada Pengetahuan Pendahuluan)
semangat Hermenutika (menurut P.Ricouer) Knowledge of others is possible, because life produces from externalizes it self in stable configuration : Feelings. Evaluation. Volition. Tend to sediment themselves in a structured acquisition which is offered to others for deciphering.
Karena itu berada dalam “lingkaran setan” Mengetahui makna asli itu mungkin Hermeneutika tidak mengandaikan datang dengan kepala kosong. Anthony Giddens “Human Social life neither begins and end in production”. Disamping produksi, manusia juga “makhluk pencari makna”. Karena itu berada dalam “lingkaran setan” Hermeneutika menyerah pada Filsafat Kehidupan (Nietzsche, Schopenhour, Dilthey)