ELIMINASI URINE (BAK).

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Ketuban Pecah Terlalu Dini
Advertisements

By: Lisna Annisa Fitriana, S.Kep., Ners, M.Kes
ILMU PENYAKIT DALAM I GANGGUAN DIURESIS, ELEKTROLIT, ASAM & BASA Dr. H
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
Penderita Asam Urat Lebih Banyak Lelaki
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
SIKLUS KEHIDUPAN WANITA
GAGAL GINJAL KRONIk (CHORONIC KIDNEY DISEASE)
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
OLEH Ns. I GEDE SATRIA ASTAWA, S.Kep
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
Askep Lansia dengan Gangguan sistem pencernaan
CAIRAN TUBUH Imran Tumenggung
Management Inkontinensia Urine
KEBUTUHAN PERSONAL HIGIENE by: Richa Noprianty
ASUHAN KEPERAWATAN CONGENITAL ADRENAL HYPERPLASIA
Sistem perkemihan Reflidia yuni putri
Ns. SATRIA GOBEL, SKp, M.Kep, Sp Kom
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
Kebutuhan dasar Masa Nifas
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
PENGENALAN PENYAKIT GLOMERULONEPHRITIS DAN SYSTITIS
GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
Tips Mencegah Timbulnya Gangguan Pencernaan
NAMA: SYUKRIA ANGELIA RESHA TINGKAT: IIB TUGAS : ASKEB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS PADA IBU BERSALIN
ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN RAHMADIA B.
DIABETES MELLITUS.
Kebutuhan Dasar Pada Bayi Baru Lahir
Pengaturan Suhu Imran Tumenggung.
Sistem Ekskresi Manusia
Asuhan Keperawatan pada Pasien Konstipasi
Sistem Ekskresi Manusia
Prinsip perawatan pasien medik
Jam Biologis pada Tubuh Manusia
MELAKSANAKAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI
OLEH Dr. Moh. Natsir M. Abdul
Idiopatik Diabetes Mellitus (DM)
Yophi Nugraha S.Kep.,Ners.,M.Kes
ASKEP PADA KLIEN IBU NIFAS DENGAN RETENSIO URINE
Sistem Ekskresi.
PENYAKIT HIPOKALEMIA.
Konsep Kebutuhan Eliminasi
SISTEM EKSKRESI PARU HATI KULIT GINJAL.
ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
Sindrom Guillain–Barré
By: Lisna Annisa Fitriana, S.Kep., Ners, M.Kes
ASUHAN KALA IV PERSALINAN
ASKEP PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
ASKEP COLITIS ULSERATIF
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
Rijalul Fikri Sistem Urinaria.
Patofisiologi dan terapi penyakit ginjal
Hati (hepar) Merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma.
CONCEPT MAPPING ABOUT DIARE DI SUSUN OLEH : AWINDA SARI AHMAD REDHO HILDA NUR AFNI RAMADHAN SUPRIADIN Y. KALVEIN M.M.
Sistem Ekskresi Manusia
TRAUMA ABDOMEN.
Sistem Ekskresi Manusia
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
TATALAKSANA DIET PADA PASIEN PERIOPERATIF
Apakah Diabetes itu ? Diabetes merupakan keadaan yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat/glukosa akibat kurangnya jumlah insulin.
Transcript presentasi:

ELIMINASI URINE (BAK)

ELIMINASI URINE (BAK) ADALAH PENGELUARAN (PENGElUARAN) MELALUI SALURAN KENCING BERUPA URINE TUBUH DIBERSIHKAN DARI BAHAN-BAHAN YANG MELEBIHI KEBUTUHAN BADAN DARI PRODUK BUANGAN (KOTORAN)

SECARA GARIS BESAR STRUKTUR SISTEM PERKENCINGAN TERDIRI DARI : GINJAL : MELAKUKAN 2 FUNGSI UTAMA MENGEKSRESIKAN SEBAGIAN TERBESAR PRODUKSI AKHIR METABOLISME TUBUH BERUPA URINE MENGATUR KONSENTRASI GARAM DALAM DARI KESEIMBANGAN ASAM BASA, DARAH SERTA KESEIMBANGAN CAIRAN URETER : BERFUNGSI MENYALURKAN URINE DARI GINJAL KE KANDUNG KENCING

KANDUNG KENCING BERFUNGSI : SEBAGAI RESERVOIR DARI URINE YANG DIPRODUKSI TERUS MENERUS DARI KEDUA GINJAL MENCEGAH TERJADINYA REFLUK YAITU ALIRAN BALIK URINE DARI BULI-BULI KE SISTEM URETER DAN GINJAL URETHRA DAN SPRINGTER BERFUNGSI MENGELUARKAN URINE DARI KANDUNG KENCING

FUNGSI SISTEM PERKENCINGAN YANG NORMAL PENDERITA DAPAT KENCING SPONTAN PRODUKSI URINE : 1 CC/KG/JAM ATAU 50 – 60/JAM KARAKTERISTIK URINE NORMAL : WARNANYA BENING ORANGE, PUCAT, TANPA ENDAPAN, BAUNYA TAJAM. PEMERIKSAAN LABORATORIUM : BERAT JENIS URINE : 1000 – 1025 PH = 6 URINE LENGKAP DALAM BATAS-BATAS NORMAL BUN.S. CREATINE DALAM BATAS NORMAL

URINE HASIL DARI PENYARINGAN DARAH DI GINJAL, DIMANA AMPAS-AMPAS PERTUKARAN IKUT TERSARING DAN DIKELUARKAN OLEH TUBUH MELALUI SALURAN KENCING

ISI URINE 96 % AIR AMPAS-AMPAS PERTUKARAN ZAT UREUM KREATININ ACIDUM URICUM BEBERAPA MACAM GARAM UROCHROM, MEMBERI WARNA URINE

YANG PERLU DI OBSERVASI PADA URINE/DIKAJI ADALAH BANYAKNYA FREKUENSI WARNA JERNIHNYA BAUNYA KEADAAN YANG LUAR BIASA

Faktor yang mempengaruhi eleminasi urine 1. Diet dan Asupan tipe makanan seperti protein dan natrium dpt menentukan jumlah urine yang dibentuk, kopi dapat meningkatkan pembentukan urine. 2. Respons Keinginan Awal untuk berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan berkemih dapat menimbulkan urine banyak tertahan di VU shg mempengarhi ukuran VU dan jumlah Urine . 3. Gaya Hidup Perubahan Gaya Hidup mempengaruhi ketersediaan fasilitas toilet

4.Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekwensi berkemih krn sensifitas untuk keinginan berkemih dan jmlh urine yg diproduksi 5.Tingkat aktivitas eleminasi urine membutuhkan tonus otot VU yang baik utuk fungsi spinkter yang didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat perkembangan Tumbang mempengaruhi pola berkemih 7 6.Tingkat perkembangan Tumbang mempengaruhi pola berkemih 7. Kondisi penyakit kondisi penyakt tertentu mis. Peny DM mempengaruhi produksi urine. 8. Sosiokultural Budaya /kultur masyarakat yang melarang buang air kecil ditempat tertentu.

9.Kebiasaan seseorang kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan berkemih melalui urinal/pot bila dalam keadaan sakit. 10.Tonus otot Tonus otot yang berperan dalam berkemih

11. Pembedahan efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan julmah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi. 12. Pengobatan efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikohnergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine

13. Pemeriksaan Diagnostik prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat mempengaruhi produksi urine kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine

Masalah kebutuhan Eiminasi Urine Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria atau retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.

Kandungan urine normal dalam vesika urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih dalam keadaan distensi. Versika urinaria dapat menampung sebanyak 3000-4000 ml urine Tanda –tanda klinis pada retensi Ketidaknyamanan daerah pubis Distensi vesika urinaria Ketidaksanggupan untuk berkemih

Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebab Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria Trauma sumsum tulang belakang Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah Sfingter yang kuat Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

Inkontinensia Urine Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine secara umum. Penyebab dari inkontinensia proses penuaa, pembesaran kelenjar prostat. Penurunan kesadaran dan penggunaan obat narkotik atau sedatif inkontinensia urine terdiri atas

1. Inkontinensia Dorongan Inkontinensia dorongan merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih Kemungkinan penyebab Penurunan kapasitas kandung kemih Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme (infeksi saluaran kemih)

Minum alkohol atau kafein Peningkatan cairan Peningkatan konsentrasi urine Distensi kandung kemih yang berlebihan Tanda-tanda inkontinensia dorongan Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali) Spasme kandung kemih

2. Inkontinensia Total Inkontinensia total merupakan keadaaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan Kemungkinan penyebab Disfungsi neurologis Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan

Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf medula spinalis Fistula Neuropati Tanda-tanda inkontinensia total Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan Tidak ada distensi kandung kemih Nokturia Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

3. Inkontinensia Stres Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kelahiran urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen. Kemungkinan penyebab Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur penunjang yang berhubungan dengan penuaan

Tekanan intra abdominal tinggi (oebsitas) Distensi kandung kemih Otot pelvis dan struktur penunjang lemah. Tanda-tanda inkontinensia stres Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen Adanya dorongan berkemih Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)

4. Inkontinensia Refleks inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu Kemungkinan penyebab Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia refleks Tidak ada dorongan untuk berkemih Merasa bahwa kandung kemih penuh Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada inteval teratur

5. Inkontinensia Fungsional inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang mengalami pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis) Tanda-tanda inkontinensia fungsional Adanya dorongan untuk berkemih Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine

Enuresis Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam hari

Faktor penyebab enuresis Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk kekamar mandi Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudar kandung atau cekcok dengan orang tua)

Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar mandi

Ureterotomi Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membantu stoma pada dinding perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung kemih.

Perubahan Pola Eliminasi Urine Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :

1. Frekuensi Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari 1. Frekuensi Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan stres atau hamil

2. Urgensi Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada mereka

3. Disuria Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma dan struktur uretra.

4. Poliuria Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa ada asupan cairan hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes militus. Defisiensi inti dieuretik hoemon (ADH). Dan penyakit ginjal kronik.

5. Urinaria Supresi Urinaria Supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak secara normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE PENGKAJIAN KEPERAWATAN Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi : Kebiasaan berkemih pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya frekuensi berkemih bergantung pada kebiasaan dan kesempatan banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari

2. Pola Berkemih meliputi : Frekuensi berkemih frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam Urgensi perasaan sesorang untuk berkemih seperti seseorang sering ke toilet karena takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemi

Disuria keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih keadaan demikian dapat ditemukan pada struktur uretra. Poliuria keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.

Urinaria Supresi keadaan urine yang berhenti secara mendadak bila produksi kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan sebagai anuria, tapi bila produksinya antara 100 ml-500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oligouria. Kondisi demikian dapat ditemukan pada penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar, dan renjatan (syok)

3. Volume Urine Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan sebagai berikut : No Usia Jumlah/Hari 1 1 – 2 Hari 15 – 60 ml 2 3 – 10 Hari 100 – 300 ml 3 10 – 2 Bulan 250 – 400 ml 4 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml 5 1 – 3 Tahun 500 – 600 ml 6 3 – 5 Tahun 600 – 700 ml 7 5 – 8 Tahun 700 – 1000 ml 8 8 – 14 Tahun 800 – 1400 ml 9 14 Tahun – Dewasa 1500 ml 10 Dewasa Tua < 1500 ml

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil adalah : Diet dan asupan (diet tinggi protein dan natrium) dapat memengaruhi jumlah urine yang dibentuk. Sedangkan minum kopi dapat meningkatkan jumlah urine Gaya hidup Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih Tingkat aktivitas

Keadaan Urine No Keadaan Normal Interpretasi 1 Warna Kenunig-kuningan Urine berwarna oranye gelap menunjukkan adanya pengaruh obat,sedangkan warna merah dan kuning kecoklatan mengindikasikan adanya penyakit 2 Bau Aromatik Bau menyengat merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau penggunaan obat tertentu 3 Berat jenis 1,010-1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi urine 4 Kejernihan Terang dan Transparan Adanya kekeruhan karena mukus atau pus 5 pH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa;bila bersifat alkali menunjukkan adanya aktivitas bakteri

No Keadaan Normal Interpretasi 6 Protein Molekul protein yang besar seperti: albumin,fibrinogen,atau globulin tidak dapat disaring melalui ginjal-urine Pada kondisi kerusakan ginjal,molekul tersebut dapat melewati saringan masuk ke urine 7 Darah Tak tampak jelas Hematuria menunjukkan trauma atau penyakit pada saluran kemih bagian bawah 8 Glukosa Adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak Apabila menetap terjadi pada pasien diabetes mellitus

6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine,inkontinensia urine,enuresis, dan lain lain

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut : Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit Kerusakan pada saluran kemih Efek pembedahan saluran kemih

Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau faktor psikologis Pasca pemasangan kateter indwelling Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses penuaan Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi Hambatan lingkungan ke kamar mandi Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak) Kurangnya motivasi (pada anak)

2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan saraf Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan,dehidrasi, atau faktor psikologis Kerusakan mobilitas Hambatan lingkungan Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)

3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibatcedera pada medula spinalis 4. Inkontinensia stres berhubungan dengan Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital Perubahan degeneratif pada otot pelvis akibat kekurangan hormon estrogen Tingginya tekanan intraabdominal dan lemahnya otot pelvis akibat obsesitas,kehamilan dll Penurunan tonus otot (pada lansia)

5. Inkontinensia total berhubungan dengan Defisit komunikasi atau persepsi Inkotinensia dorongan berhubungan dengan Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi,trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan dan lain-lain Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaaan alkohol,asupan berlebih, dan lain-lain

7. Retensi urine berhubungan dengan Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur,BPH, dan lain-lain kerusakan atau ketidakadekuatan jaras eferen akibat cedera dan penggunaa n obat seperti antihistamin atau antikolinergik Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses Stres atau ketidaknyamanan

8. Perubahan body image berhubungan d engan inkontinensia, ureterostomi dan eneuresis 9. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi, dan ookebiasaan kebersihan perineum yang kurang 10. Risiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan drainasi ureterostomi

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN TUJUAN Memahami arti Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh Mencegah infeksi Mempertahankan integritas kulit Memberikan rasa nyaman Mengembalikan fungsi kandung kemih Memberikan asupan caiaran secara tepat Mencegah kerusakan kulit Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

RENCANA TINDAKAN Monitor/observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine,retensi dan inkontinensia Kurang faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah Monitor terus perubahan retensi urine Lakukan kateterisasi urine (lihat pelaksanaan)

RETENSI URINE Latih teknik pengosongan kandung kemih, seperti : Teknik manuver valsava (meregangkan abdomen) dengan cara Membungkuk arah paha Mengontraksikan otot abdomen dengan mengejan atau tahan napasa selama mengejan Menahan regangan atau napas sampai aliran urine berhenti, tunggu satu menit dan tegangkan kemabali Lakukan hingga urine tidak dapat lagi dibuang

2. Teknik manuver erede Tempatkan kepalan tangan di bawah area umbilikal Letakkan salah satu tangan dipuncak tangan yang lain Tekan hingga kuat ke bawah d an ke arah arkus pelvis Ulangi enam sampai tujuh kali sampai tidak ada lagi urine yang dapat dibuang Lakukan hingga pengosongan sempurna

3. Teknik manuver regangan anal Duduk pada toilet (pispot) Membungkuk pada paha Tempatkan sebuah sarung tangan di belakang bokong Masukkan salah satu jari-jari tangan yang sudah diberi pelumas ke dalam anus sampai sfingter anal Lebarkan jari-jari atau tarik ke arah posterior Laukan regangan sfingter anak dan pertahankan distensi Lakukan mengejan dan berkemih Tarik napas dalam dan tahan sampai mengejan relaksasi

INKONTINENSIA DORONGAN Pertahankan hidrasi secara optimal Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara Tentukan volume kemih setiap kali melakukannya Anjurkan untu menahan selama mungkin Hindari sering berkemih yang merupakan kebiasaan Kembangkan program rekondisi kandung kemih

3. Ajarkan pola kemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa) 4. Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisi, mandi, dan lain-lain 5. Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih 6. Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih

INKONTENANSIA TOTAL Pertahankan jumlah cairan dan berkemih Rencanakan program katerisasi intermiten apabila ada indikasi Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangkan untuk pemasangan kateter indweeling

INKONTINENSIA STRES Kurangi faktor penyebab seperti : Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara : Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelvis dan kekuatan kelemahannya saat melakukan latihan (latihan kegel sebanyak 25 kali, setiap latihan 4-6 set setiap hari) Untuk otot dasar pelvis posterior dengan imajinasi, coba hentikan aliran feses dan kencangkan otot-otot anus dalam waktu 10 detik tanpa merapatkan kaki atau otot-otot abdomen

Untuk otot dasar pelvis anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4 kali sehari Hentikan dan mulailah aliran urine beberapa saat selama berkemih 2. Meningkatkan tekanan abdomen, dengan cara : Latih untuk menghindari duduk lama Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam

INKONTINENSIA REFLEKS Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih seperti : Mekanisme pemicu kutenus Ketuk supra pubis secara dalam,tajam, dan berlubang Anjurkan pasien untuk Posisi setengah duduk Mengetku kandung kemih secara langsung dengan rata-rata 7-8 kali setiap 5 detik Gunakan satu tangan

Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi paling berhasil Lakukan hingga aliran baik Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respons, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan

3. Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2-3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan Tekan gland penis Pukul perut di atas ligamen inguinal Tekan paha bagian dalam 4. Catat jumlah asupan dan pengeluaran 5. Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu

INKONTINENSIA FUNGSIONAL Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen,seperti : a. Pertahankan hidrasi optimal dengan cara berikan asupan caiaran 200-300 ml/hari, kecuali bila terdapat kontraindikasi Ajarkan untuk tidak tergantung pada rasa haus baru minum Atur jarak minum, sebaiknya setiap 2 jam Kurangi asupan caiaran pada malam hari

Kurangi minuman seperti kopi,jus anggur, the atau minuman yang berdampak diuretik Jangan memakan tomat dan jus jeruk dalam jumlah banyak karena dapat menyebabkan sifat basa

b. Pertahankan nutrisi yang adekuat c. Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot) d. Tingkatkan integritas kulit, dengan cara Bersihkan area dan keringkan Berikan salep pelindung e. Tingkatkan higiene perseorangan, dengan cara : Mandi dengan air mengalir Bersihkan perineum dan uretra dari depan ke belakang (bagi wanita )

2. Jelaskancara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine, dan perubahan warna 3. Ajarkan cara memantau adanya tanda dan gejala ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, ingin berkemih sedikit, dan sering meningkatnya pH urine, mual, atau muntah.

D. PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal Melakukan kateterisasi

. Tindakan Keperawatan - Pemasangan Kondom Kateter - Pemasangan Kateter tetap dg melepas - Pemasangan Kateter sementara dg melepas - Bladder Training.