5.Strategi Budaya Islam: Mempertimbangkan tradisi dan modernisasi
Seni dan Simbol Kebudayaan yang memiliki tiga wujud (ide, aktivitas,karya) dapat dikatakan sebagai simbol. Daya dari budi manusia, berupa simbol. Oleh karena itu manusia disebut animal symbolicum (Ernest Cassirer). Simbol artinya, segala sesuatu yang dimaknai.manusia menampilkan gagasannya dalam bentuk yang tidak vulgar, tapi dengan simbol
Simbol paling dasar/penting adalah bahasa. Dengan bahasa, menusia menciptakan kebudayaan dan kehidupan sosial. Kehidupan sosial pada dasarnya adalah kehidupan simbolik. Termasuk kehidupan keagamaan. Bagian dari perangkat simbol adalah seni.
Seni Bukan Alat Seni bukan alat dakwah, juga bukan alat pendidikan, meskipun menurut Max Eastman, fungsi karya seni adalah mengkomunikasikan apa yang dilihat, membayangkan kembali apa yang sudah diketahui secara konseptual dan praktis menjadi bentuk-bentuk yang berbeda atau sama sekali baru. Sebab seni menurut Kuntowijoyo, juga ekspresi, impresi dan pemikiran. Seni bukan alat untuk mencapai tujuan dan setelah tujuan dicapai, seni dibuang. Padahal seni tidak pernah bisa dibuang.
Kesenian = ekspresi keislaman Kesenian yang merupakan ekspresi dari keislaman menurut Kuntowijoyo mempunyai tiga fungsi: a. Sebagai ibadah, tasbih untuk mengagungkan Allah. b. Menjadi identitas kelompok. c. Berarti Syiar (lambang kejayaan). Berdakwah menggunakan seni, dakwahnya menjadi sejuk. Berkampanye menggunakan seni, menjadi damai, tenteram. Mengajar menggunakan seni, menjadi menyenangkan. Bela diri menggunakan seni, enak dilihat.
Seni dan Perkembangan Islam Clifford Geertz mengetengahkan definisi agama dengan mencamtumkan dua konsep: model for (teks) bersifat tetap, dan model of (konteks) bersifat tidak tetap. Secara mudah dapat diartikan, konsep pertama yaitu ajaran agama, konsep yang kedua adalah kebudayaan. Agama, tetap, sedang kebudayaan berubah. Islam berkembang melalui konsep yang kedua.
Fungsi Para da’i/guru Para da’i/guru mengembangkan Islam di Jawa bertindak sebagai: a. Penganalisis budaya (cultural analysis) b. Penafsir budaya (cultural interpretation) c. Penyelaras budaya (cultural synthesizer). d. Penemu budaya (cultural inovator)
Lanjutan: Penganalisis budaya berarti, lebih dulu menelusuri persamaan-persamaan simbolis pada berbagai unsur budaya (Islam dan lokal) yang akan dijadikan “jembatan”
Penafsir budaya: menjadi penafsir budaya setempat. Simbol-simbol yang sangat kuat uratnya, tidak diganti, tapi diberi roh Islam, misal upacara slametan, pemimpin slametan tidak membaca mantera, tapi do’a. sedangkan upacara slametan tetap berlangsung. Kegemaran pada pertunjukan wayang pada masyarakat Jawa- maka dibuatkan lakon carangan (lakon yang bukan berasal dari pakem (Bharatayuda dan Ramayana)) seperti Dewa Ruci, Jimat Kalimasada, Petruk dadi Ratu dan sebagainya.
Penyelaras budaya: melengkapi seni budaya yang ada: di Jawa misalnya masyarakatnya dibuatkan tembang/nyanyian mocopat (Mijil, Kinanti, Sinom, Asmaradana, Megatruh,dan Pocung) selain tembang Tengahan dan Tembang Gede yang sudah ada sebelumnya. Demikian juga nasehat dan zikir dilantunkan dengan irama lokal: selawatan angguk, rodat, tombo ati.
Penemu budaya: memunculkan budaya baru: budaya santri, arusnya dari bawah, naik ke atas.
Islam datang tidak dalam ruang hampa seni budaya, Islam mengakomodasi dan juga beradaptasi seni budaya yang sudah ada Tanggung jawab pendidikan budaya = budi pekerti dan karakter = - semua kalangan – hidden curriculum ; - guru agama ; konsep normatif, kesejarahan, keteladanan – -tematik
Strategi Budaya Islam Strategi kebudayaan Islam menyatukan dimensi ajaran al-Qur`an dan Hadits dengan dimensi ijtihad dan tajdid sosial keagamaan. Ciri khasnya adalah adanya hubungan yang erat dan timbal balik antara sisi normativitas al-Qur`an dan as-Sunnah serta historisitas pemahamannya pada wilayah kesejarahan tertentu.
Langkah-langkah penerapan Struktur Budaya dan Seni Islam dalam PAI Tawaran Kuntowijoyo (dari peran da’i) a. cultural analysis b. cultural interpretation c. cultural synthesizer d. cultural inovator
Tawaran Philip Kotler (1978) = teori perubahan masyarakat, termasuk masyarakat sekolah: Causes Change Agency Change Target Channel Change Strategy