ASUHAN KEPERAWATAN BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI SISTEM NEUROLOGI Ns. Muhammad Ardi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.M.B Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Poltekkes Makassar Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan : SSP adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan beregenerasi rendah sehingga jika terjadi kerusakan pada SSP, biasanya bersifat permanen. SSP tidak berhubungan langsung dengan dunia luar, sehingga infeksi yang terjadi umumnya sekunder dari tempat lain. Jika sudah terjadi infeksi: SSP mempunyai kemampuan mekanisme pertahanan tubuh baik seluler maupun humoral minim sekali Adanya Blood Brain Barrier menyulitkan masuknya antibiotika/khemotherapika, sel radang dan antibody. LCS, media yang baik berkembangnya MO
ASKEP MENINGITIS Meningitis adalah inflamasi meningen yaitu membran yang membungkus otak dan spinal cord yang dapat disebabkan oleh beberapa agen infeksi termasuk virus dan bakteri. Klasifikasi: - Akut dan kronis - Aseptik dan sepsis (Bakteri) virus seperti measles, mumps, herpes simpleks dan herpes zoster; Meningitis ini lebih banyak disebabkan oleh Neisseria meningitidis, Hemophilus influenzae dan Streptococcus pneumonia. Neisseria meningitidis lebih banyak ditemukan pada komunitas yang padat. Penyebab lain meningitis bakteri adalah Mycobacterium tuberculosis.
Patofisiologi Infeksi dari tempat lain atau perluasan infeksi langsung setelah cedera tulang wajah atau sekunder dari prosedur invasif. Masuk melalui aliran darah dan melintasi sawar darah otak Reaksi radang pada meningen. MO di ruang subarachnod menimbulkan inflamasi pada piamataer, arachnoid, CSF dan ventrikel Pembentukan eksudat dan menyebar ke saraf kranial dan spinal Gangguan neurologis, hidrosefalus dan PTIK
Manifestasi Klinik Gejala triad meningitis: nyeri kepala, demam dan meningism (rigiditas nukal atau kaku leher). Gejala meningitis akut sama dengan meningitis kronik meliputi nyeri kepala, demam, muntah dan gangguan mental. Nyeri kepala dan demam merupakan gejala awal yang sering.
Tanda iritasi meningen
Penatalaksanaan Antibiotik dosis tinggi parenteral selama 2 minggu MTB: isoniazid oral (5 mg/kg), rifampicin (10 mg/kg), pyrazinamide (25 mg/kg, maksimal 2 g/hari) dan streptomycin intramuskuler (20 mg/kg, maksimal 1 g/hari) selama 3 bulan isoniazid, rifampicin dan pyrazinamid oral dengan dosis yang sama selama 6 bulan. Ethambutol (20 mg/kg, maksimal 1.2 g/hari) diganti dengan streptomycin pada pasien yang terinfeksi HIV dan diberikan selama 3 bulan jika sebelumnya mendapatkan pengobatan tuberculosis Dexamethason dosis tapering (12-16 mg/hari) selama 4-6 minggu. Manitol hanya digunakan pada dekompensasi akut. Diuretik: Acetazolamide (100 mg/kg) dan furosemide (1 mg/kg) dapat diberikan dalam periode lama hingga 1 bulan
ASKEP ENSEFALITIS Ensefalitis adalah inflamasi jaringan otak sering terjadi pada hemisfer serebral, batang otak dan serebellum, lebih sering disebabkan oleh virus meskipun juga dapat terjadi karena bakteri, jamur atau infeksi parasit.
Etiologi Virus Bakteri Jamur dan parasit Herpes simpleks, herpes zoster, virus polio, EBV, paramyxovirus (campak, mumps). Bakteri Penyakit lyme, sifilis dan tuberkulosis Jamur dan parasit ditemukan pada pasien yang (immunocompromised) termasuk penderita AIDS. Jenis jamur (cryptococcus neoformans), parasit (toksoplasmosis)
Insiden ensefalitis virus 3. 5-7. 4 kasus per 100 Insiden ensefalitis virus 3.5-7.4 kasus per 100.000 orang setiap tahun. Faktor risiko ensefalitis virus termasuk influenza berat, campak, chickenpox, rubella, mumps, herpes kompleks dan demam kelenjar. Sistem immun yang menurun seperti infeksi HIV, anak-anak dan lansia juga merupakan faktor risiko. Meningitis kriptokokus merupakan infeksi jamur yang paling banyak pada pasien AIDS. Pasien dapat mengalami sakit kepala, mual, muntah, kejang, konfusi akibat respon radang.
Manifestasi Klinik Terjadi tiba-tiba Perubahan status mental ringan sampai koma Gejala neurologis terjadi dalam 24-48 jam setelah onset Kejang, kelumpuhan nervus cranialis Perubahan pola napas, demam, nyeri kepala, kaku leher dan muntah Kesulitan berbicara, penurunan pergerakan dan sensasi pada ekstremitas, refleks tendon tidak ada atau mengalami peningkatan
Penatalaksanaan Acyclovir 10 mg/Kg BB/8 jam IV Kortikosteroid Antiepilepsi Terapi oksigen Ventilasi mekanik jika terjadi gangguan pertukaran gas Perawat dan dokter perlu melakukan pengkajian neurologis terus menerus
Komplikasi Dimensia Lebih sering terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh virus herpes, HIV, toksoplasmosis, kriptokokus, cytomegalovirus
Asuhan Keperawatan Pengkajian Anamnese: pada infeksi akut pasien melaporkan adanya nyeri kepala hebat, diikuti muntah, disorientasi, atau delirium. Pasien juga melaporkan adanya fotophobia, menggigil, demam dan aktivitas kejang. Riwayat adanya infeksi ditempat lain. PE: Pasien dapat menunjukkan perubahan status mental dari konfusi ringan sampai koma, gangguan fungsi neurologi. Psikososial: kaji kemampuan koping pasien dan keluarga, ansietas dan stress.
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut Hipertermi Defisit perawatan diri: total (mandi, makan, berpakaian dan toileting) Risko perfusi jaringan serebral tidak efektif Risiko cedera Catatan: Diagnosa keperawatan dapat ditambahkan sesuai dengan hasil pengkajian.
Berikan penurun nyeri dengan analgetik yang diresepkan Tujuan: Melaporkan nyeri terkontrol NOC: Tingkat nyeri (melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah terhadap nyeri, tidak gelisah) NIC: Managemen nyeri Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasi Berikan penurun nyeri dengan analgetik yang diresepkan Berikan terapi nonfarmakologik (latihan napas dalam, massage, distraksi, imajinasi terbimbing) Kontrol faktor lingkungan yang dapat meningkatkan respon ketidaknyamanan (suhu kamar, pencahayaan dan kegaduhan)
EBN (Evidence Based Nursing): Pengkajian nyeri menggunakan skala seperti numeric rating scale, visual analog scale atau verbal descriptor scale. Systematic review pada 164 artikel pengkajian nyeri melaporkan penggunaan single-item rating, valid dan reliable untuk menilai intensitas nyeri (Jensen, 2003). Massage terapy untuk mengatasi nyeri Massage terapi dan aromaterapy dapat memberikan kesejahteraan psikologis (Fellowes et al., 2004).