Menggunakan Kalimat Tanya Secara tertulis sesuai dengan Situasi Komunikasi Kalimat tanya/kalimat interogatif merupakan kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat tanya dibentuk untuk memancing respon yang berupa jawaban (Tarigan, 1985:22).
Kalimat tanya dapat dibentuk dengan cara (1). Memakai formulasi 5W+1H (What,Who, When, Where, Why, How), yaitu menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Contoh: Apa(kah) dia guru berprestasi? Syifa mencari siapa? kapan insiden penculikan itu terjadi? Di mana kantor polisi terdekat di daerah ini?
Lanjutan e. Mengapa kita harus bekerja sama untuk menanggulangi banjir? f. Bagaimana proses persidangan itu berlangsung? (2). Membalikkan urutan kata (mengubah urutan kata) dalam kalimat berita, Contoh: Syarif sudah mengerjakan tugas (kalimt berita) Sudahkan Syarif mengerjakan tugas? (kalimat tanya)
Lanjutan (3). Menempatkan kata bukan, belum, atau tidak. Kata itu ditempatkan di akhir kalimat dan diselingi tanda koma. Contoh: Para siswa tidak setuju para siswa tidak setuju, bukan? 2. Tamu undangan sudah datang tamu undangan sudah datang, (apa) belum ? 3. Paket itu dikirim paket itu dikirim, tidak?
Kata bukan dipakai dalam kalimat yang menyatakan konfirmasi Kata bukan dipakai dalam kalimat yang menyatakan konfirmasi. Yakni penegasan tentang sesuatu yang ditanyakan. Kata belum umumnya didahului oleh kata apa.kata ini hanya dipakaindalam kalimat yang terdapat kata sudah yang berfungsi untuk menanyakan apakah sesuatu sudah terjadi apa belum. kata tidak dipakai apabila tidak terdapat kata sudah dalam kalimat serta untuk manyatakan apakah sesuatu terjadi atau tidak.
Macam-macam kalimat tanya Kalimat pertanyaan biasa Kalimat pertanyaan retoris dan oratoris Kalimat pertanyaan yang senilai dengan perintah Kalimat pertanyaan tersamar
1. Kalimat pertanyaan biasa Kalimat pertanyaan biasa ialah kalimat pertanyaan yang memerlukan jawaban. Contoh: Siapakah yang menulis artikel itu? Kalimat di atas memerlukan jawaban, misalnya: Latif
2. Kalimat pertanyaan retoris dan oratoris Yaitu kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Penanya tidak memerlukan jawaban karena hanya untuk menegaskan, membakar semangat, atau bahkan untuk menyindir. kalimat pertanyaan jenis ini dibedakan menjadi:
Kalimat retoris kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Biasanya digunakan oleh pengarang untuk memperindah gubahannya. Contoh: apalagi yang dapat kita kerjakan kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
b. Kalimat oratoris kalimat ini sama dengan kalimat retoris, yaitu kalimat yang tidak memerlukan jawaban. Namun kalimat ini lazim dipergunakan olah pembicara pada waktu berorasi(pidato) Contoh: Apakah kita biarkan negara kita dijajah lagi?
3. Kalimat pertanyaan yang senilai dengan perintah Ada pula kalimat pertanyaan yang sebenarnya nilainya sama dengan kalimat perintah. Pada jenis ini, penanya sudah mengetahui jawabannya. contoh: Sanggupkah kita mendisiplinkan diri? Mengapa tidak kita akhiri saja permainan ini?
Penanya sebenarnya tidak menginginkan jawaban Penanya sebenarnya tidak menginginkan jawaban. Akan tetapi menghendaki agar kita berdisiplin dan mengakhiri permainan. Jadi, kelimat pertanyaan di atas tergolong pertanyaan tersamar yang bertujuan untuk memohon. Kadangkala pertanyaan juga digunakan oleh penutur untuk menyindir pendengar atau lawan bicara. contoh: Mengapa kita menjadi mudah lupa sehingga menelantarkan program kerja? Apakah saudara besok berkenan hadir pada acara peresmian kantor cabang baru?
4. Kalimat pertanyaan tersamar Ialah kalimat yang bentuk ekspresinya berupa kalimat tanya, namun isi atau maksudnya bukan untuk bertanya melainkan untuk tujuan-tujuan lain, seperti memohon, meminta, mengajak, merayu, menyindir, meyakinkan, dan menyanggah.
Contoh-contoh kalimat tanya tersamar Tujuan memohon - Bersediakah Bapak membuka acara” Bazar Siswa”? - Sudikah Bapak membimbing penulisan artikel ini? 2. Tujuan meminta - Bolehkah kamus ini saya pinjam barang satu minggu? - Bisakah saya mengikuti pendalaman materi menulis?
3. Tujuan mengajak - Bagaimana kalau kita ikut terlibat dalam pameran sini ini? - Bisakah kalian mengikuti kuliah pagi? 4. Tujuan menyindir - bagus sekali, siapa yang melukis ini? (lukisannya jelek) Bersih sekali kelas ini ya? (ruangnya kotor sekali) 5. Tujuan merayu -Nanti kita jadi ke mal, Bu? - Kapan kita bisa mengenang masa indah di pantai kuta, Pak?
6. Tujuan meyakinkan - Perlikah saya bersumpah dengan kitab suci di hadapan kalian? - Apakah tampang saya sebagai orang yang tidak jujur? 7. Tujuan menyanggah - Apakah tindakan represif aparat itu justru kontradiktif dengan keadaan yang kondusif ini? -Bagaimana kalau ada fakta lain yang bertentangan dengan pendapatmu itu?
Di samping pembagian di atas, kalimat tanya dibagi lagi menurut cakupan terhadap isi pertanyaan. kalimat tanya ini dimaksudkan untuk menekankan seluruh rangkaian pertanyaan itu. hal ini berarti ada bagian yang lebih dipentingkan atau kita hanya mementingkan salah satu bagian yang menjadi pokok pertanyaan. hasil jawabannya pun akan berbeda dengan kedua jenis pertanyaan tersebut. jenis pertanyaan pertama menghasilkan jawaban ya tau tidak,
Sedangkan yang kedua akan menghasilkan jawaban yang sesuai dengan bagian yang dipentingkan. Jadi, berdasarkan cakupan isi pertanyaan, kalimat tanya dapat dibagi menjadi: Pertanyaan total contoh: Pertanyaan: Anda membaca sajak itu di depan peserta diskusi? Jawaban: Ya!/Tidak!
b. Pertanyaan parsial contoh: pertanyaan: Siapa yang membaca puisi itu b. Pertanyaan parsial contoh: pertanyaan: Siapa yang membaca puisi itu? jawaban : Syifa pertanyaan: Siapa yang akan di tugaskan ke luar kota? jawaban : Syarif! Pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban Ya/Tidak juga dapat digunakan untuk klarifikasi dan konfirmasi.